Gilingan papan penggilesan! Teman-temanku sakit. Typhus, Demam berdarah,muntaber dan diare. Dan beberapa dirawat di Rumah Sakit. Sementara penyakit lemesku masih belum ketauan penyebabnya. Hehehe. Menurut analisa seorang sarjana informatika asal Jogja, penyakit lemes ini kemungkinan karena...FOL blom cair ahahahhaha...#kidding.
Sekarang kantor sepi dan makin sepi karena lagi banyak yang sakit.
Lalu mendadak romantisme orang sakit menguar kuat. Apakah itu? Aku sempat liat seorang teman cewe sakit dan dia sedang disuapi pacarnya, padahal yah sepuluh menit sebelumnya teman aku itu baik baik aja, alias masih cukup kuat bahkan buat jalan ke toilet sendirian. Hehehe. Oke, kita tinggalkan temen satu ini, beralih ke temen yang lain. Yang dijenguk orang tuanya. Dan sang ibu dengan telaten mengusap punggung anaknya yang sedang mencoba tidur dengan amat sangat lembut. Sementara sang ayah sibuk bertanya pada istrinya apa yang dimaui anaknya. Trus ada lagi teman yang barusan sembuh setelah opname tiga harian di RS, datang ke kantor dengan diantar sang pacar yang kemudian menelepon dia setiap tiga jam buat reminding makan dan minum obat. Trus yang terbaik nih, seorang kakek nuntun istrinya yang udah nenek juga gitu buat baringan di tempat tunggu dokter. HWOOOOW..mataku membuka segede bola kasti.
Astagfirullah, engga boleh iri. Tapi nyadar juga sih, agak iri sama yang lagi sakit yah. Aku juga pengen bisa begitu. Enggak tiap hari dong, sesekali aja begitu walau cuma kena masuk angin dan diperlakukan bak orang kena bisa ular :D. Ah tapi apa enaknya sakit dan merepotkan orang lain? Tapi kalau liat contoh diatas, kayaknya engga ada yang repot deh, semua seneng-seneng aja tuh ngurusin.
Tapi ga enak juga sih yah bilang ke ortu tentang penyakit aku. Misal.."Bu, lemes banget, nyaris pingsan waktu mau beli makan"..bayangken jadinya ortuku?
Tapi mungkin ga yah kalau aku sakit, aku bisa begitu dan bikin orang lain iri karena aku diperlakukan begitu? :)
Hahaha, niatnya udah ga baik. Jadi sebaiknya tetap sehat dan ga boleh repotin orang. Kalau bisa, bantu orang aja, jadi mungkin bisa bikin orang lain "iri" dan bilang "Enak yah punya temen ilma" atau "Enak yah jadi pasangan ilma"..atau "Bersyukur yah punya anak ilma"...nah loh..sama ga bagusnya yah niatnya ? heheheh :D
Ah iri..iri yang baik, karena rasanya melihat kasih sayang mereka dan itu meresap sampai hatiku. Rasanya ingin memiliki apa yang kulihat. Tapi akan jauh lebih baik kalau aku mampu menyediakan apa yang kusaksikan...Well, pada akhirnya ini adalah antara aku dan Tuhanku sendiri :)
Semoga lekas sembuh yah buat yang sakit.. :) Buat yang lagi rawat orang terkasih yang lagi sakit, keep ur "do good things" :)
Selasa, 31 Januari 2012
Senin, 30 Januari 2012
(._.)
Diketik dari ruang 419 lantai 4 Rumah Sakit Tebet Jakarta Selatan. Guess what? My baby lovely bunny boy diopname disini. Dan sampai pada hari ke-tiga ia disini, penyakit yang ia idap masih jadi misteri. Dan pertanyaan dia hari ini adalah kenapa aku ga masuk kantor? hahaha.
Otakku tidak dapat berhenti berputar sementara mulutku lebih sering mengunci rapat. Jadilah aku kini pendiam yang berpikir. Aku sedang berpikir untuk keluar dari pekerjaanku. Topik yang sudah lama kutimbang sejak aku masuk di ZTE. Ironi yaaah? =)
Dan sekarang aku harus terus menulis mengeluarkan isi otakku karena mulutku makin merapat. Ugh. Ada apa ini? Somebody hear me?
Otakku tidak dapat berhenti berputar sementara mulutku lebih sering mengunci rapat. Jadilah aku kini pendiam yang berpikir. Aku sedang berpikir untuk keluar dari pekerjaanku. Topik yang sudah lama kutimbang sejak aku masuk di ZTE. Ironi yaaah? =)
Dan sekarang aku harus terus menulis mengeluarkan isi otakku karena mulutku makin merapat. Ugh. Ada apa ini? Somebody hear me?
Jumat, 27 Januari 2012
Pengen Apa Hayo?
Tau ngga aku pengen apa?
Aku pengen tanganku membuka lemari tempat paspor tersimpan. Lalu pergi ke beberapa kedutaan besar dan meminta visa.
Aku pengen memesan tiket pesawat terbang promo ke negara-negara lain. Apapun, asal promo. Tak masalah kalau negara itu adalah Afghanistan. Atau bahkan Palestina. Atau Lithuania.
Aku pengen mengepak barangku dan berkata pada dunia, aku akan mengelilingimu.
Aku pengen memeluk anak-anak kecil yang sedang merintih kelaparan. Mengajar anak-anak kecil membaca dan menulis dan berhitung. Memberi mereka makanan dan menyuapi susu coklat yang lazis.
Aku pengen menendang dan menampar orang orang tak tahu diri yang suka meremeh temehkan hidup orang lain.
Aku pengen menemui banyak orang, mengajak bicara, menatap mata hijau, biru, coklat, hitam, menyentuh kulit berbulu pirang mereka. Atau berkulit hitam.
Aku pengen mengendarai jeep menyusuri taman safari Afrika. Melihat hewan hewan buas menjadi teman.
Aku pengen paralayang sendirian. Cuma ada aku dan atmosfer, dan langit biru dan titik titik kecil semesta dibawah kakiku.
Aku pengen berteriak kencang waktu diatas gunung, melambai pada matahari terbit.
Aku pengen menggenggam tangan orang yang kusayang waktu matahari tenggelam di Ubud sana.Ya, di Ubud yang cuma sepelemparan galah disana.
Aku pengen menyelam dan terus menyelam didalam air biru yang memabukkan.
Aku pengen ke Mekkah, menyentuh Ka'bah, menemui Hal Besar Bernama Dia.
Diantara semuanya, akhirnya, aku cuma pengen tersenyum :)
Aku pengen tanganku membuka lemari tempat paspor tersimpan. Lalu pergi ke beberapa kedutaan besar dan meminta visa.
Aku pengen memesan tiket pesawat terbang promo ke negara-negara lain. Apapun, asal promo. Tak masalah kalau negara itu adalah Afghanistan. Atau bahkan Palestina. Atau Lithuania.
Aku pengen mengepak barangku dan berkata pada dunia, aku akan mengelilingimu.
Aku pengen memeluk anak-anak kecil yang sedang merintih kelaparan. Mengajar anak-anak kecil membaca dan menulis dan berhitung. Memberi mereka makanan dan menyuapi susu coklat yang lazis.
Aku pengen menendang dan menampar orang orang tak tahu diri yang suka meremeh temehkan hidup orang lain.
Aku pengen menemui banyak orang, mengajak bicara, menatap mata hijau, biru, coklat, hitam, menyentuh kulit berbulu pirang mereka. Atau berkulit hitam.
Aku pengen mengendarai jeep menyusuri taman safari Afrika. Melihat hewan hewan buas menjadi teman.
Aku pengen paralayang sendirian. Cuma ada aku dan atmosfer, dan langit biru dan titik titik kecil semesta dibawah kakiku.
Aku pengen berteriak kencang waktu diatas gunung, melambai pada matahari terbit.
Aku pengen menggenggam tangan orang yang kusayang waktu matahari tenggelam di Ubud sana.Ya, di Ubud yang cuma sepelemparan galah disana.
Aku pengen menyelam dan terus menyelam didalam air biru yang memabukkan.
Aku pengen ke Mekkah, menyentuh Ka'bah, menemui Hal Besar Bernama Dia.
Diantara semuanya, akhirnya, aku cuma pengen tersenyum :)
Dimulai dari Sini
Oke, postingan berikut mungkin tidak terdengar menyenangkan, tapi mungkin sedikit mencerahkan (utamanya buat saya dong). Bermula dari beberapa hari yang lalu, waktu ibu dan bapak berkunjung ke Jakarta. Selama dua hari satu malam mereka disini, poin utama yang dikeluhkan adalah panasnya kamar saya, dimana saya sendiri telah terbiasa dengan suhu kamar tersebut (yang memang sedikit lebih tinggi daripada suhu rumah di Jogja). Saya sudah merasakan hawa yang tidak nyaman merayap di punggung. Saat mereka pulang, saya merasa pusing dan leher saya kaku. Saya berpikir itu adalah penyakit biasa, yang cukup efektif diobati dengan Panadol. Tapi tidak,dua hari kemudian, badan saya makin menghangat dan kepala memberat. Pandangan saya agak sedikit bergoyang tingting. Dan menyerahlah saya ke rumah sakit. Intinya setelah berjibaku dengan obat dan tes kesehatan, badan saya disimpulkan mengandung bakteri coli yang cukup tinggi yang memungkinkan mereka membuat saya merasa sakit. Bakteri tersebut berkembang lebih cepat karena stress, kelelahan dan atau kehidupan yang tidak sehat.
Hari ini adalah hari ketiga saya tidak bekerja. Semua rencana perjalanan dibatalkan, tiket tidak bisa diuangkan kembali dan beberapa hal yang seharusnya saya kerjakan di kantor menjadi tertunda.
Dan hari ini juga saya merenungkan beberapa hal yang menyebabkan ini terjadi setelah sekian lama saya jarang sakit meski diluar kota dan lebih banyak aktivitas daripada di Jakarta.
Yaitu :
1. Saya tidak tahan suhu udara yang tinggi. Hal ini dapat dengan mudah membuat saya sakit kepala dan bermata cekung karena sulit tidur dimalam hari. Dalam hal ini adalah suhu Jakarta yang menyengat dan tidak stabil, dan suhu kamar saya yang hampir menyamai suhu diluar sana. Saya mempertimbangkan untuk memasang AC didalam kamar saya , kemudian mengurungkannya mengingat bahwa saya sering keluar kota. Sayang sekali membayar mahal untuk kamar yang tidak digunakan. Penyelesaian dari masalah ini adalah mencari pekerjaan yang memungkinkan saya untuk bisa tinggal lebih lama didalam kamar dingin dan atau memilih pekerjaan bergaji lebih besar yang membuat saya tidak sayang meninggalkan kamar berharga lumayan.
2. Saya tidak tahan dengan lingkungan pekerjaan saya. Itu adalah pemicu stress dan mata cekung yang saya miliki. Sulit untuk menjelaskan bagaimana kedua hal tersebut diatas bisa amat mempengaruhi fisik dan psikologi seseorang. Bagi orang lain, hal tersebut adalah kemanjaan yang harus dihapus dari muka bumi, bagi saya itu adalah kenyataan. Bagaimana mengatakan bahwa saya mengaku salah atas desain masa depan yang saya bangun sejak lulus dari universitas. Kemudian saya berada-demi Tuhan,itu adalah ujian sekaligus berkah- dibawah kekuasaan "Hitler" yang tidak masuk akal, bersama timnya yang juga membuat saya merasa tertekan karena perilaku yang tidak bisa dipahami oleh otak kanan kiri saya. Bagaimana Hitler jadi-jadian itu memandang secara personal, kami bagian dari tim-nya, secara buruk. Mengira bahwa setiap penyakit yang menimpa kami adalah karena kecerobohan kami atas makanan tertentu. Mengira bahwa setiap kecelakaan yang menimpa kami adalah karena kami minta. Dan itu diperparah oleh banyak orang yang tidak tahu dan ikut campur diantara kami dan sang Hitler. Saya tidak menyukainya. Penyelesaian dari masalah ini adalah saya keluar dari pekerjaan ini dengan seminim mungkin kerugian yang ditanggung kedua belah pihak.
3. Saya tidak tahan dengan Jakarta, tapi hanya bagian tertentu saja. Yakni bagian macet, berdebu, polusi, panas dan kusam. Sayang sekali, bagian itu punya persentase 99 persen. Yang satu persen sisanya ada didalam gedung mewah, apartemen, mall dan pertokoan berpenyejuk udara.
4. Saat sedang sakit, saya sungguh menjadi asosial. Saya ingin dilayani, diperhatikan, diingatkan, dipeluk, ditemani,dan dirawat. Di Jakarta, itu adalah hal yang mustahil. Maka satu-satunya hal yang mungkin dilakukan disini adalah menjadi asosial. Saya tidak ingin menyapa siapapun. Saya hanya ingin bertemu dengan saya dan badan saya. Bertanya padanya mengapa ia sakit dan apa yang ia kehendaki. Semalam saya nyaris pingsan gara-gara mondar mandir ke sebuah toko buah demi membeli jeruk dan sekaligus nasi goreng, dimana kemudian saya ingat saya sudah meminum tiga pil antibiotik yang dua diantaranya menyebabkan perasaan melayang dan keringat dingin. Saya nyaris mengikuti kehendak tubuh saya untuk memingsankan diri, tetapi kemudian ingat akan asosialitas Jakarta yang bisa membuat saya terbaring entah dimana dengan tanpa apapun ditangan dan tak dikenali.
5. Apa yang saya sukai dari keadaan ini adalah saya bisa tidur kapanpun saya mau dan tidak ingin melakukan apapun meski ini sebenarnya adalah akumulasi dari hal hal yang harus saya lakukan dikemudian hari.
Oke ini dulu... ^__________^
Hari ini adalah hari ketiga saya tidak bekerja. Semua rencana perjalanan dibatalkan, tiket tidak bisa diuangkan kembali dan beberapa hal yang seharusnya saya kerjakan di kantor menjadi tertunda.
Dan hari ini juga saya merenungkan beberapa hal yang menyebabkan ini terjadi setelah sekian lama saya jarang sakit meski diluar kota dan lebih banyak aktivitas daripada di Jakarta.
Yaitu :
1. Saya tidak tahan suhu udara yang tinggi. Hal ini dapat dengan mudah membuat saya sakit kepala dan bermata cekung karena sulit tidur dimalam hari. Dalam hal ini adalah suhu Jakarta yang menyengat dan tidak stabil, dan suhu kamar saya yang hampir menyamai suhu diluar sana. Saya mempertimbangkan untuk memasang AC didalam kamar saya , kemudian mengurungkannya mengingat bahwa saya sering keluar kota. Sayang sekali membayar mahal untuk kamar yang tidak digunakan. Penyelesaian dari masalah ini adalah mencari pekerjaan yang memungkinkan saya untuk bisa tinggal lebih lama didalam kamar dingin dan atau memilih pekerjaan bergaji lebih besar yang membuat saya tidak sayang meninggalkan kamar berharga lumayan.
2. Saya tidak tahan dengan lingkungan pekerjaan saya. Itu adalah pemicu stress dan mata cekung yang saya miliki. Sulit untuk menjelaskan bagaimana kedua hal tersebut diatas bisa amat mempengaruhi fisik dan psikologi seseorang. Bagi orang lain, hal tersebut adalah kemanjaan yang harus dihapus dari muka bumi, bagi saya itu adalah kenyataan. Bagaimana mengatakan bahwa saya mengaku salah atas desain masa depan yang saya bangun sejak lulus dari universitas. Kemudian saya berada-demi Tuhan,itu adalah ujian sekaligus berkah- dibawah kekuasaan "Hitler" yang tidak masuk akal, bersama timnya yang juga membuat saya merasa tertekan karena perilaku yang tidak bisa dipahami oleh otak kanan kiri saya. Bagaimana Hitler jadi-jadian itu memandang secara personal, kami bagian dari tim-nya, secara buruk. Mengira bahwa setiap penyakit yang menimpa kami adalah karena kecerobohan kami atas makanan tertentu. Mengira bahwa setiap kecelakaan yang menimpa kami adalah karena kami minta. Dan itu diperparah oleh banyak orang yang tidak tahu dan ikut campur diantara kami dan sang Hitler. Saya tidak menyukainya. Penyelesaian dari masalah ini adalah saya keluar dari pekerjaan ini dengan seminim mungkin kerugian yang ditanggung kedua belah pihak.
3. Saya tidak tahan dengan Jakarta, tapi hanya bagian tertentu saja. Yakni bagian macet, berdebu, polusi, panas dan kusam. Sayang sekali, bagian itu punya persentase 99 persen. Yang satu persen sisanya ada didalam gedung mewah, apartemen, mall dan pertokoan berpenyejuk udara.
4. Saat sedang sakit, saya sungguh menjadi asosial. Saya ingin dilayani, diperhatikan, diingatkan, dipeluk, ditemani,dan dirawat. Di Jakarta, itu adalah hal yang mustahil. Maka satu-satunya hal yang mungkin dilakukan disini adalah menjadi asosial. Saya tidak ingin menyapa siapapun. Saya hanya ingin bertemu dengan saya dan badan saya. Bertanya padanya mengapa ia sakit dan apa yang ia kehendaki. Semalam saya nyaris pingsan gara-gara mondar mandir ke sebuah toko buah demi membeli jeruk dan sekaligus nasi goreng, dimana kemudian saya ingat saya sudah meminum tiga pil antibiotik yang dua diantaranya menyebabkan perasaan melayang dan keringat dingin. Saya nyaris mengikuti kehendak tubuh saya untuk memingsankan diri, tetapi kemudian ingat akan asosialitas Jakarta yang bisa membuat saya terbaring entah dimana dengan tanpa apapun ditangan dan tak dikenali.
5. Apa yang saya sukai dari keadaan ini adalah saya bisa tidur kapanpun saya mau dan tidak ingin melakukan apapun meski ini sebenarnya adalah akumulasi dari hal hal yang harus saya lakukan dikemudian hari.
Oke ini dulu... ^__________^
Senin, 23 Januari 2012
Dear World
My bags are packed, again, I will go in a short time later. Dont you ever realize, every time I hold my flight tix, I hold my tears down. Cause I will come back home in an uncertainly date. I miss my home. Aku sedih saat melihat ibu dan bapak menahan air mata mereka di stasiun Jatinegara sembari memelukku. Mereka berkata pelan, mereka akan pergi lagi melepasku sendiri lagi di kota yang mereka tak akan bisa menemaniku. Saat mereka bertanya apakah aku ketakutan karena sendiri dan aku jawab bahwa aku baik saja sambil aku memalingkan muka karena, jika aku menjawabnya sambil menatap mata mereka, aku tahu aku akan menangis dan memohon mereka untuk tidak pergi. Saat mereka bertanya bagaimana aku saat aku sakit dan sendirian, aku menjawab dengan tawa bahwa aku baik saja, dan aku kembali berbohong. Saat mereka berkata siang malam disana adalah doa pada Dia yang mampu menjagaku dimanapun aku. Dan saat mereka memelukku dan berkata bahwa mereka tidak bisa menjagaku selamanya, aku ingin sekali menangis dan mengemis untuk dibawa pulang kerumah mereka. Tapi tidak bisa.
Dan malam ini aku mengemasi kembali koperku. Bersemangat seakan ini adalah perjalanan pertama dan terakhirku, dan setelah ini tidak ada lagi. Dan setelah ini aku akan bertemu orang orang yang kusayang. Dan setelah ini aku bisa memeluk mereka lagi.
Aku selalu membutuhkan waktu dua hari untuk mengepak koperku. Bukan karena aku kesulitan menyusun barang. Jika aku mau, aku bisa mengepak barangku dalam waktu satu jam. Tapi tidakkah ada yang sadar, bahwa aku membutuhkan waktu dan sedang mengepak hatiku sendiri. Seperti malam ini. Aku menyiapkan hatiku lagi untuk pergi, setelah satu minggu yang lalu aku membongkar koperku.
Air mataku tumpah mengingat banyak hal. Dunia ini adalah masa yang beku yang pernah kujalani. Banyak hal adalah tentang uang, dan seorang anak yang tetaplah anak bagi kedua orang tuanya telah dibatasi kedekatan mereka dengan sosok materi.
Aku tidak banyak mengerti apa yang sebenarnya sedang diperebutkan oleh semua orang disekitarku. Bagaimana jika satu-satunya hal yang dibutuhkan setiap manusia adalah keluarga mereka? Koloni mereka? Rumah mereka? Apakah suatu hari orang akan sadar bahwa ia tidak akan dapat memakan uang? Memeluk uang sembari tidur? Dan menyusut air mata yang merangsek tumpah dengan uang kertas dan bukannya bahu orang yang mereka sayangi?
Dan yang tak lebih kumengerti adalah, aku ada dalam pusaran itu. Masaku sedang bergerak dengan laju yang tidak dapat dikontrol oleh siapapun. Dan pusaran tadi ikut memutar kapalku hingga aku sendiri merasa mual dan salah.
Apakah aku harus terus menekan perasaanku sendiri dan berlaku seolah masa ini adalah masa yang memang sudah sewajarnya terjadi?
Ah seharusnya tidak. Seharusnya masa yang dikendalikan oleh manusia. Bukan manusia yang dikendalikan jaman.
Pusing mengingatnya. Lebih pusing lagi kalau harus menerawang dan menyadari bahwa ini adalah kesalahan.
Aku kembali mengepak koperku. Dan mengemasi hatiku yang bercerai. Membungkus banyak doa bagi mereka yang tak ada dalam jangkauanku.
Seandainya orang sadar, jaman ini tidak perlu dipertahankan.
What did I miss mom?
Your sickness? Your pain? Your tears?
I am so sorry mom, I've never been there
For the f*cking business with the sh*t people
I am so sorry Dad
For not being there when you were so missing me
For being here with the sick team
I am sorry grandma for too seldom to see you,
For too seldom to hug you
like you did to me when I was young
For too busy with the insane city
I am sorry bro for not congrate you
For being sh*t with this mortal combat
And not being there for your graduation
I am sorry God for this. I know I mess up everything.
For not to be with You when I really went away from Your lines.
I am sorry God for mess your gift.
I am sorry God,
please taking care of them who I loved
I am so sorry God...
We all need that person who can be true to you
But I left them when I found them and now I wish I'd stayed
Cause I'm lonely and I'm tired, I'm missing you again oh no
Once again
There's nothing here for me on this barren road
There's no one here while the city sleeps
And all the shops are closed
Can't help but think of the times I've had with you
Dear World..................
Dan malam ini aku mengemasi kembali koperku. Bersemangat seakan ini adalah perjalanan pertama dan terakhirku, dan setelah ini tidak ada lagi. Dan setelah ini aku akan bertemu orang orang yang kusayang. Dan setelah ini aku bisa memeluk mereka lagi.
Aku selalu membutuhkan waktu dua hari untuk mengepak koperku. Bukan karena aku kesulitan menyusun barang. Jika aku mau, aku bisa mengepak barangku dalam waktu satu jam. Tapi tidakkah ada yang sadar, bahwa aku membutuhkan waktu dan sedang mengepak hatiku sendiri. Seperti malam ini. Aku menyiapkan hatiku lagi untuk pergi, setelah satu minggu yang lalu aku membongkar koperku.
Air mataku tumpah mengingat banyak hal. Dunia ini adalah masa yang beku yang pernah kujalani. Banyak hal adalah tentang uang, dan seorang anak yang tetaplah anak bagi kedua orang tuanya telah dibatasi kedekatan mereka dengan sosok materi.
Aku tidak banyak mengerti apa yang sebenarnya sedang diperebutkan oleh semua orang disekitarku. Bagaimana jika satu-satunya hal yang dibutuhkan setiap manusia adalah keluarga mereka? Koloni mereka? Rumah mereka? Apakah suatu hari orang akan sadar bahwa ia tidak akan dapat memakan uang? Memeluk uang sembari tidur? Dan menyusut air mata yang merangsek tumpah dengan uang kertas dan bukannya bahu orang yang mereka sayangi?
Dan yang tak lebih kumengerti adalah, aku ada dalam pusaran itu. Masaku sedang bergerak dengan laju yang tidak dapat dikontrol oleh siapapun. Dan pusaran tadi ikut memutar kapalku hingga aku sendiri merasa mual dan salah.
Apakah aku harus terus menekan perasaanku sendiri dan berlaku seolah masa ini adalah masa yang memang sudah sewajarnya terjadi?
Ah seharusnya tidak. Seharusnya masa yang dikendalikan oleh manusia. Bukan manusia yang dikendalikan jaman.
Pusing mengingatnya. Lebih pusing lagi kalau harus menerawang dan menyadari bahwa ini adalah kesalahan.
Aku kembali mengepak koperku. Dan mengemasi hatiku yang bercerai. Membungkus banyak doa bagi mereka yang tak ada dalam jangkauanku.
Seandainya orang sadar, jaman ini tidak perlu dipertahankan.
What did I miss mom?
Your sickness? Your pain? Your tears?
I am so sorry mom, I've never been there
For the f*cking business with the sh*t people
I am so sorry Dad
For not being there when you were so missing me
For being here with the sick team
I am sorry grandma for too seldom to see you,
For too seldom to hug you
like you did to me when I was young
For too busy with the insane city
I am sorry bro for not congrate you
For being sh*t with this mortal combat
And not being there for your graduation
I am sorry God for this. I know I mess up everything.
For not to be with You when I really went away from Your lines.
I am sorry God for mess your gift.
I am sorry God,
please taking care of them who I loved
I am so sorry God...
Dear God, the only thing I ask of youIs to hold them when I'm not around, when I'm much too far away
We all need that person who can be true to you
But I left them when I found them and now I wish I'd stayed
Cause I'm lonely and I'm tired, I'm missing you again oh no
Once again
There's nothing here for me on this barren road
There's no one here while the city sleeps
And all the shops are closed
Can't help but think of the times I've had with you
Pictures and some memories will have to help me throughDear God.....................
Dear World..................
Kamis, 19 Januari 2012
Si SOPA
SOPA apaan sih? Semacam tempat duduk empuk di ruang keluarga atau di ruang tamu? Itu Sofa. Atau nama artis indo yang kawin cerai itu? Itu Sofia Latjuba. Atau Minuman berSopa macam kokakola? Itu Soda. Atau Sopa Sopa Gue? Ituuu Suka Suka Gue...
Jadi SOPA apaan?
Nah itu deh definisinya. Dari sana, bakal ada sensor kegiatan internet dah tuh. Wikipedia juga udah melancarkan protes atas SOPA dengan meng-off-kan sementara sitenya. Karena SOPA juga bisa banget buat ngelarang orang ngopas apa yang ada di internet. Nah mati dah tuh kaum kayak aku yang suka kopas seenak jidat dari internet, Google lebih pasnya. Misal mau ngunduh lagunya Rihanna, bisa butuh waktu berapa tahun coba? Kalau butuh apa-apa dari mesin pencari, gimana? SOPA itu sedikit bahaya dan bisa bikin kita kembali ke jaman kegelapan.
WHY?
Karena :
Tapi keuntungannya, kalau kita punya karya otentik, itu bisa jadi milik kita seutuhnya dan ga gampang buat dikopas gitu aja. Tapi yaaa...bukannya banyak hal-hal baru lahir karena kita lihat apa yang ada lalu dibuatlah inovasi?
Mmmmm, ini opini aku aja. Kalau mau lebih jelasnya apa isi SOPA ini, buka aja Undang Undang SOPA
Selamat membaca, sekedar buat nambah kapasitas otak aja boleh dooong ^_^
Jadi SOPA apaan?
Stop Online Piracy Act (SOPA), also known as House Bill 3261 or H.R. 3261, is a bill that was introduced in the United States House of Representatives on October 26, 2011, by House Judiciary Committee Chair Representative Lamar S. Smith (R-TX) and a bipartisan group of 12 initial co-sponsors. The bill, if made law, would expand the ability of U.S. law enforcement and copyright holders to fight online trafficking in copyrighted intellectual property and counterfeit goods.[2] Presented to the House Judiciary Committee, it builds on the similar PRO-IP Act of 2008 and the corresponding Senate bill, the PROTECT IP Act (PIPA).[3]
Nah itu deh definisinya. Dari sana, bakal ada sensor kegiatan internet dah tuh. Wikipedia juga udah melancarkan protes atas SOPA dengan meng-off-kan sementara sitenya. Karena SOPA juga bisa banget buat ngelarang orang ngopas apa yang ada di internet. Nah mati dah tuh kaum kayak aku yang suka kopas seenak jidat dari internet, Google lebih pasnya. Misal mau ngunduh lagunya Rihanna, bisa butuh waktu berapa tahun coba? Kalau butuh apa-apa dari mesin pencari, gimana? SOPA itu sedikit bahaya dan bisa bikin kita kembali ke jaman kegelapan.
WHY?
Karena :
Nah....
- Internet service providers will be required to block your access to the site (section 102(c)(2)(A)(i)) within five days.
- Search engines (Google, Yahoo, Bing, etc.) will be forced to remove all references to the offending sites from their indexes (section 102(c)(2)(B)).
- Ad providers (Google AdSense, Federated Media, etc.) will be required to stop providing ad service to the site.
- Payment providers (PayPal, Visa, etc.) will be required to terminate service to the site.
Tapi keuntungannya, kalau kita punya karya otentik, itu bisa jadi milik kita seutuhnya dan ga gampang buat dikopas gitu aja. Tapi yaaa...bukannya banyak hal-hal baru lahir karena kita lihat apa yang ada lalu dibuatlah inovasi?
Mmmmm, ini opini aku aja. Kalau mau lebih jelasnya apa isi SOPA ini, buka aja Undang Undang SOPA
Selamat membaca, sekedar buat nambah kapasitas otak aja boleh dooong ^_^
Sing along through it isn't your favorite song
Hmmmm...you know what? The best sense is hold his hand and smiling at each other. Knowing that I love you and You love me become "I Love Us" and see it clearly from our eyes..
Thank you so much Aayyy..for these beautifull moments..
^_^
I love you...as always and will always..Amin
Thank you so much Aayyy..for these beautifull moments..
^_^
I love you...as always and will always..Amin
Seperti Ditusuk-Tusuk Jarum
Ini adalah sebuah tulisan yang seharusnya telah terpublikasi pada sebuah hari di bulan ini. Pada hari itu aku mengingat betul perasaanku yang berbaur dalam kenangan sebuah hari setahun yang lalu. Aku menemukannya di hotel di Surabaya. Mata kami bertatapan. Aku tidak merasakan apapun kecuali seperti meluncur dalam gelap. Aku pernah menangisinya. Mengisi kekosongan hari tanpa rasaku dengan tegukan root beer demi mencoba mengeluarkan sesuatu dari dalam diriku. Ruang hatiku yang pernah terisi dengan semua hal yang baik tentangnya mendadak tertutup dan tergores. Dan lalu aku masih terus berusaha bangun untuk kemudian mempercayai bahwa orang lain tidak akan melakukan hal yang sama sepertinya. Aku berusaha ditengah semua teori tentang kepercayaan yang terdengar omong kosong.
Aku tidak menyalahkannya. Apalagi menghakiminya. Adalah haknya untuk mencari kebahagiaan. Mendapati fakta bahwa alasan engkau berbahagia karena seseorang kemudian seseorang itu mendapati kebahagiannya pada orang lain dan bukan dirimu, adalah hal yang amat menusuk. Yang kemudian membuatnya berdarah adalah, ia meninggalkan kamu begitu saja dengan alasan yang teramat duniawi. Seperti biasa apalagi kalau bukan karena 3K. Kecantikan, kemapanan, dan kedekatan secara fisik. Apa artinya? Mencoba memberimu pelajaran tentang kedewasaan. Dan itu yang terjadi.
Dan apakah ia tahu, bahwa efeknya sampai sekarang? Totally not.
Sejak saat itu aku memutuskan buat tidak mempercayai apapun tentang laki-laki. Kecuali adek dan bapak, tentunya.
Dan tahukah, itu adalah hal yang amat sangat menyakitkan. Tidak mempercayai seseorang adalah sakit tanpa obat yang melebihi kanker. Itu menggerogoti apapun yang kamu punya. Dan tiba-tiba kamu kehilangan hidup kamu sendiri.
Dan awal Januari kemarin, aku memutuskan untuk berputar haluan dengan mempercayai seseorang laki-laki. Menyerahkan sepenuhnya apa yang disebut keyakinan. Kalau dimisalkan kepercayaan adalah serupa ruang Bimasakti dan isinya, maka itulah yang aku berikan padanya.
Gila? Tidak. Karena kalau aku tidak mengambil opsi itu, maka aku akan terus memelihara 'kanker' tadi. Dan mendadak aku mati.
Aku tidak menyalahkannya. Apalagi menghakiminya. Adalah haknya untuk mencari kebahagiaan. Mendapati fakta bahwa alasan engkau berbahagia karena seseorang kemudian seseorang itu mendapati kebahagiannya pada orang lain dan bukan dirimu, adalah hal yang amat menusuk. Yang kemudian membuatnya berdarah adalah, ia meninggalkan kamu begitu saja dengan alasan yang teramat duniawi. Seperti biasa apalagi kalau bukan karena 3K. Kecantikan, kemapanan, dan kedekatan secara fisik. Apa artinya? Mencoba memberimu pelajaran tentang kedewasaan. Dan itu yang terjadi.
Dan apakah ia tahu, bahwa efeknya sampai sekarang? Totally not.
Sejak saat itu aku memutuskan buat tidak mempercayai apapun tentang laki-laki. Kecuali adek dan bapak, tentunya.
Dan tahukah, itu adalah hal yang amat sangat menyakitkan. Tidak mempercayai seseorang adalah sakit tanpa obat yang melebihi kanker. Itu menggerogoti apapun yang kamu punya. Dan tiba-tiba kamu kehilangan hidup kamu sendiri.
Dan awal Januari kemarin, aku memutuskan untuk berputar haluan dengan mempercayai seseorang laki-laki. Menyerahkan sepenuhnya apa yang disebut keyakinan. Kalau dimisalkan kepercayaan adalah serupa ruang Bimasakti dan isinya, maka itulah yang aku berikan padanya.
Gila? Tidak. Karena kalau aku tidak mengambil opsi itu, maka aku akan terus memelihara 'kanker' tadi. Dan mendadak aku mati.
Lalu apa rasanya bertatapan dengan orang yang akibat perbuatannya amat memberi bekas pada dirimu? Seperti ditusuk-tusuk jarum.
Hujan Membantuku
Aku memeluknya waktu hujan turun sore itu. Aku tersenyum dan berkata bahwa ia bisa pergi, menuruti bayang kebahagiaan yang akan menuntunnya ke sebuah tempat. Aku tersenyum dan air hujan ikut melarutkan air mataku yang tersembunyi.
Ia berkata aku akan baik baik saja. Ia berkata untuk terus mempercayai tentang waktu yang akan membawa seseorang datang memelukku dan menyandingku seumur hidupku.
Seseorang yang menyematkan cincin bertatah namaku di jarinya. Dan tidak akan menyakiti seekor semut pun, apalagi menyakitiku.
Lalu ia menjejak pergi. Genggaman tanganku terlepas. Aku melambai. Mengucap beberapa kalimat penyemangat untuknya.Ia tertawa dan mengacungkan jempol. Wajahnya bersinar menatap jalanan didepan. Seperti biasa, aku tersenyum dan berterima kasih pada hujan yang meluruhkan hujan dari sudut mataku.
=================================
Sepatuku berderap memasuki bandara kota tempat ia bermukim sejak lima tahun silam. Sejak hujan turun mengikuti kepergiannya. Aku melangkah membawa sebuah baju hangat rajutan. Ah, seperti apa ia sekarang. Apakah ia tahu aku telah menanti waktu ini bertahun tahun. Apakah ia tahu aku selalu kehilangan orang yang dekat denganku. Ah, tidak sabar menemuinya. Dan membelai ringan rambutnya yang kadang menutupi telinga lebarnya. Seperti apa ia sekarang.
=================================
Dan debarku mencapai puncaknya. Saat ia mengangsurkan tangannya menyalami aku, menggenggam tanganku, sambil menanyakan kabarku dengan mata yang sama hangatnya seperti dulu. Sembari ia memperkenalkanku pada seseorang berbadan tegap disampingnya. "Ini teman sejiwaku". Katanya ringan.
=================================
Aku luruh. Sayang tidak ada hujan membantuku tersenyum.
Dan aku masih tersenyum saat kusadar , gerimis muncul di sudut gelap mataku.
==================================
Rajutan baju penghangat kuletakkan di kursi bandara seperti aku meletakkan harapanku.Kurajut baju itu dengan benang-benang harapan untuk bisa menuai rumah masa depan bersamanya. Dalam peluknya yang erat dan lengannya yang kokoh. Rambutnya yang selalu menutupi telinga. Dengan hatinya yang hangat. Dengan kelelakiannya yang merengkuh jiwa wanitaku.
Aku kalah. Aku menyerah.
==================================
Tak ada hujan, tapi aku tersenyum seperti biasa.
==================================
Ia berkata aku akan baik baik saja. Ia berkata untuk terus mempercayai tentang waktu yang akan membawa seseorang datang memelukku dan menyandingku seumur hidupku.
Seseorang yang menyematkan cincin bertatah namaku di jarinya. Dan tidak akan menyakiti seekor semut pun, apalagi menyakitiku.
Lalu ia menjejak pergi. Genggaman tanganku terlepas. Aku melambai. Mengucap beberapa kalimat penyemangat untuknya.Ia tertawa dan mengacungkan jempol. Wajahnya bersinar menatap jalanan didepan. Seperti biasa, aku tersenyum dan berterima kasih pada hujan yang meluruhkan hujan dari sudut mataku.
=================================
Sepatuku berderap memasuki bandara kota tempat ia bermukim sejak lima tahun silam. Sejak hujan turun mengikuti kepergiannya. Aku melangkah membawa sebuah baju hangat rajutan. Ah, seperti apa ia sekarang. Apakah ia tahu aku telah menanti waktu ini bertahun tahun. Apakah ia tahu aku selalu kehilangan orang yang dekat denganku. Ah, tidak sabar menemuinya. Dan membelai ringan rambutnya yang kadang menutupi telinga lebarnya. Seperti apa ia sekarang.
=================================
Dan debarku mencapai puncaknya. Saat ia mengangsurkan tangannya menyalami aku, menggenggam tanganku, sambil menanyakan kabarku dengan mata yang sama hangatnya seperti dulu. Sembari ia memperkenalkanku pada seseorang berbadan tegap disampingnya. "Ini teman sejiwaku". Katanya ringan.
=================================
Aku luruh. Sayang tidak ada hujan membantuku tersenyum.
Dan aku masih tersenyum saat kusadar , gerimis muncul di sudut gelap mataku.
==================================
Rajutan baju penghangat kuletakkan di kursi bandara seperti aku meletakkan harapanku.Kurajut baju itu dengan benang-benang harapan untuk bisa menuai rumah masa depan bersamanya. Dalam peluknya yang erat dan lengannya yang kokoh. Rambutnya yang selalu menutupi telinga. Dengan hatinya yang hangat. Dengan kelelakiannya yang merengkuh jiwa wanitaku.
Aku kalah. Aku menyerah.
==================================
Tak ada hujan, tapi aku tersenyum seperti biasa.
==================================
Janggal
Janggal. Didalam angkasa yang mempertanyakan bintang. Kemudian bulan redup, padam, kemudian menghilang. Padahal aku sedang ingin bertanya. Pada ruang yang kelam dan terlihat kosong dalam hitam diatas sana. Aku ingin bertanya dimana aku sedang berdiri. Dan apakah detik berikutnya, aku masih ada di koordinat yang sama.
Janggal. Aku tidak bisa meraba apa yang kulihat nyata. Warna warni yang terlihat meriah, lalu menjadi kelabu saat aku sentuh. Dan tanganku begitu saja menerobos mereka.
Janggal. Apakah aku sedang tiada disini? Di koordinat yang aku petakan sejauh ini.
Kenyataannya adalah aku tidak melihat apapun. Tidak menyentuh siapapun. Tidak berbekal satupun. Dan tidak memiliki yang terasa dalam hati.
Desiran air terasa disudut mata. Mengaburkan kelabu yang berubah menjadi cahaya.
Aku menjadi senyawa, bersatu dalam satuan oksigen.
Menjadi bayangan jernih, lalu menghilang.
Janggal. Aku tidak bisa meraba apa yang kulihat nyata. Warna warni yang terlihat meriah, lalu menjadi kelabu saat aku sentuh. Dan tanganku begitu saja menerobos mereka.
Janggal. Apakah aku sedang tiada disini? Di koordinat yang aku petakan sejauh ini.
Kenyataannya adalah aku tidak melihat apapun. Tidak menyentuh siapapun. Tidak berbekal satupun. Dan tidak memiliki yang terasa dalam hati.
Desiran air terasa disudut mata. Mengaburkan kelabu yang berubah menjadi cahaya.
Aku menjadi senyawa, bersatu dalam satuan oksigen.
Menjadi bayangan jernih, lalu menghilang.
Langganan:
Postingan (Atom)