Mungkin sudah ribuan wajah orang aku lihat selama seperempat abad hidupku. Dan milyaran mimik yang mereka hasilkan. Disetiap kota, disetiap ruang, aku adalah pencatat mimik wajah yang handal. Tahukah yang aku catat? Ekspresi bibir, mata dan dahi. Itu saja, dan itu cukup memberiku deskripsi singkat tentang apa yang sedang mereka alami.
Aku memang bukan antropolog sehingga analisa mimik wajah manusia jelas bukan jadi bidang yang seharusnya aku beri komentar secara profesional. Tapi ini hanyalah sebuah hal dari sesama pemilik wajah yang ingin belajar dari lingkungan yang ia lihat.
Well,aku memulainya dengan senyum.Tarik sudut bibirmu melengkung keatas, tak perlu usaha keras, cukup sampai kamu merasa daging di pipimu bergerak dan memastikan bahwa sudut matamu ikut terpengaruh. Itu adalah gerakan senyum. Selanjutnya terserah apakah ingin kamu kombinasikan dengan memperlihatkan gigi atau tidak. That's your right.
Banyak orang tersenyum, tulus dan terpaksa. Senyum tulus adalah senyum yang bisa ditangkap hati yang melihatnya. Senyum terpaksa, tidak akan pernah sampai hati. Senyum tulus kemudian bisa terlihat dari mata yang ikut tersenyum dan dahi yang tidak berkerut. Dan aku bersumpah, kamu akan bisa melihat seseorang tersenyum tulus hanya dengan melihat matanya. Itu jika kamu tertarik menatap mata lawan bicaramu.
Aku tidak akan menulis orang dengan senyum terpaksa. Aku ingin bicara tentang senyum tulus.
Ternyata sebagian besar orang-orang sukses yang pernah aku temui, adalah mereka yang suka tersenyum hingga ke mata mereka. Dimanapun, semua orang sukses dan rendah hati pasti dapat dijumpai saat sedang tersenyum. Mungkin mereka dulu pernah muram dan tidak tersenyum, saat mereka berada pada kondisi titik balik hidup yang memaksa mereka banyak berpikir sehingga dahi mereka sedikit berkerut.
Nah, perhatikan. Kalangan usia emas yang sukses adalah pemilik mata tersenyum dan dahi sedikit berkerut. Dan bukannya dahi berkerut bibir melengkung kebawah, seperti kebanyakan orang muda saat ini.
Setelah sekian lama memperhatikan, hari ini aku menyimpulkan, mereka yang sukses adalah mereka yang tersenyum tulus dan punya syaraf ketawa yang sensitif.
Makin sering mereka bertemu orang dan tersenyum, pelan beban hidup itu jadi berkurang. Entah mengapa otot senyum itu seperti mengendurkan otot tegang yang ada di bahu dan di leher belakang. Coba deh..
Jadi senyum juga bisa jadi salah satu rahasia termula mengapa mereka menjadi sukses, berhasil atau setidaknya tetap menjadi manusia didalam dunia yang makin kapitalis.
Aku sudah pernah mencobanya dan memang, senyum itu menyenangkan. Melihat bayangan sendiri di cermin yang sedang tersenyum pun rasanya senang, apalagi orang lain yang mampu melihatnya yah..
Yuk kita coba senyum hari ini
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar