THE PRICE TAG
Malam ini debat dengan calon misua soal mmmmh...acara
lamaran. Ini acara resmi yang kami rencanakan dan jalankan dari jarak jauh.
Kemungkinan besar dan memang akan terjadi adalah dengan skenario kami
masing-masing berdatangan dari 3 kota yang berbeda. First, dia datang dari
Balikpapan. Orang tuanya datang dari Bali, lalu keluarga yang akan hadir datang
dari Temanggung dan last, acara diadakan di rumah orang tuaku di Yogyakarta.
Bisa lihat keunikan disini? Sebenarnya ini adalah acara yang indah, namun dinodai
oleh price tag, label harga.
Sial sekali. Sebagian besar waktu yang kami habiskan adalah
waktu yang seakan uang tidak pernah berarti banyak dalam hidup kami. Kami makan
mie berdua pun sudah terasa sangat enak, lalu nonton tv sementara dia
membuatkan kami teh.
Sekarang kami berhadapan dengan dunia yang sebenarnya,
dimana semua ditentukan oleh label harga.
Dengan jarak yang berjauhan, sebenarnya rupiah sudah banyak
bicara dalam hubungan kami. Bayangkan jika uang tidak ada, bagaimana kami bisa
membiayai hubungan mahal ini. Membeli tiket dan bertemu dua hari dua malam lalu
kami berpisah. Dan kini untuk acara sesakral ini, sekali lagi cinta kami diuji
oleh label harga.
Harga tiket melambung tinggi, tarif hotel sudah seperti
menjulang keatas sana dan entah apalagi yang seakan membuat kami ingin menyerah
pada label harga.
Aku tidak ingin menyerah tentu saja. Acara lamaran ini
adalah sekaligus penghormatan kami pada orang tua kami, bahwa kami anak-anak
mereka telah siap melangkah ke sebuah rumah baru dan mengalihkan tanggung jawab
mereka kepada kami secara total.
Ini adalah acara lamaran, aku tidak tahu banyak bagaimana
kami akan bisa melewati masa menjelang pernikahan.
The Price Tag....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar