Yang terasa mudah. Adalah waktu seorang pria melamarku langsung kepada orang tuaku, dengan pekerjaan mapan dan prospek masa depan yang cerah. Itu mudah, dan aku tidak pernah memilihnya karena itu tidak mudah bagi hatiku.
Yang terasa mudah. Adalah tawaran bekerja di sebuah perguruan tinggi. Dekat dengan orang tua. Memenuhi impian mereka. Segalanya tersedia. Itu mudah, namun tidak mudah bagi hatiku.
Yang terasa mudah. Adalah menguundurkan diri dari pekerjaan saat ini. Pulang. Melanjutkan sekolah. Dan memulai segalanya kembali. Itu mudah. Tapi aku tidak pernah meyakini pilihan itu.
Mungkin segala hal terlihat sulit saat ini. Mungkin aku memang sedang ada dalam pojok gelap di kedalaman yang tak terbatas bagi manusia lain. Mungkin aku ada di tempat terdingin hingga api orang lain tak mampu menyala. Mungkin aku sedang ada di tempat teratas. Yang terang, dingin, luas, dan aku tak ditemukan siapapun. Mungkin memang aku sedang ada dalam posisi yang ekstrim. Hingga akhirnya hanya ada aku dan diriku sendiri. Akibat semua pilihan masa laluku.
Hingga kemudahan jaman dulu terasa godaan yang disesali. Tapi ternyata aku tidak pernah menyesali kemudahan yang kubuang. Aku sudah sejauh ini, sejauh aku berjalan melangkah menuju lokasi paling ekstrim. Dan aku tidak tahu harus berteriak meminta tolong , entah pada siapa selain Tuhan, atau menghemat energiku dalam diam, supaya bisa bertahan hidup.
Mungkin ini yang disebut kitab suci sebagai.................Ujian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar