Senja di Cirebon. Kereta Cirebon Express sedang dimatikan aliran listriknya, karena sedang ada penyambungan gerbong tambahan. Aku duduk di kursi 3B gerbong bisnis. Menatap para pedagang asongan yang lalu lalang di gang gerbong. Jualan mereka sama. Aqua,Mizone,Pop mie,nasi bungkus, tape,tahu,tissue. Teriakan mereka menggema memenuhi gerbong yang pengap. Aura pergulatan ekonomi amat terasa dalam kegiatan ini. Para pedagang yang sedang berjuang demi sepeser ribuan rupiah. Sementara di ibukota sana, massa sedang berdemo,sebagian sedang merusak fasilitas negara,sebagian lagi berteriak frustasi tentang kenaikan harga BBM. Pejabatnya sedang ambil suara. Partai sedang berdebat. Tidak ada yang melirik pergulatan ekonomi yang sebenanrnya. Tidak ada yang paham masyarakat itu bukan cuma penghuni ibukota. Mereka ada diseluruh pulau Indonesia,sedang berjuang sendiri tanpa kebijakan pemerintah yang tak bisa dipahami.
Di kantor sana, di kawasan elit Mega Kuningan,disebuah gedung lantai 26 sedang terjadi pemecatan besar-besaran. Palu resesi dan depresi sedang diketuk. Berkat policy yang brutal mengijinkan monopolisasi pasar telekomunikasi. Hari ini 40 orang di kantor itu kehilangan pekerjaan.
Perputaran roda yang amat ganas.
Seperti kelam dan pengapnya gerbong ini, Indonesia negeriku juga sedang mengalaminya.
Generasi depresi sedang dilahirkan.
Kelak 30 tahun kedepan,bisa jadi generasi ini justru jadi generasi terkuat hasil tempaan masa. Atau generasi terlemah berkat kehidupan dalam drama.
Wake up.
Mimpimu bisa jadi bencana kalau kau terus terlelap.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar