Pas wawancara kerja kemaren,ga ada tuh jobdescnya begini. Tapi ya karena udah kelanjur masuk,ya coba dulu lah.
Seharian tadi ngubekin Dinas Bla Bla Bla Dirjen Kereta Kencana. Aeaeae,malas banget sebenernya yah masuk kantor-kantor birokrasi gitu. Bukan apa-apa sih,ya males aja. Kata seseorang , udah mau Ramadhan jadi hati harus bersih. Makanya biar bersih ga usah masuk ke kantor birokrat lah. Apa maksudnya? Gak ada. Asbun aja.
Trus yah,aku tadi mau menindaklanjuti surat permohonan ijin penggalian kabel optik dibawah rel selebar 2 meter maksimal. Itu surat udah disubmit temen tanggal 3 Juli. Surat tadi adalah revisi dari surat tanggal 25 Juni. Yak,jelas ya sampe paragraf ini? Males ngulang aku kalo situ ga paham.
Lalu,datanglah aku ke lantai 2 Gdung Menara Karya kalo tak salah. Ketemu aku dengan si bapak yang dulu diserahin surat. Aku nanya dimana surat itu berada. Jawabannya....ia membuka buku tulis yang biasa dipake ibu-ibu ke arisan PKK. Itu yang ijo,sampul tebel. Dan ia melacak nomer surat dari situ. Tertanggal 3 Juli. Surat itu sudah ada di Dinas Prasarana,gedungnya ada di seberang. Lalulah aku kesana dengan membawa coretan tangan si bapak. Sesampainya di lantai11 gedung sebelah,mereka hanya menerima surat tertanggal 25 Juni. Yang 3 Juli teh kumaha kang? Kaga ade neng,kata si mas berseragam yang ganteng. Aku mengedarkan mata ke seluruh ruangan itu. Komputer desktop cuma ada beberapa,sisanya tumpukan kertas dan buku. Dan beberapa mata memandangi kami. Dan sebagian ngemil. Aku merasa iba ada disini.
Sesudah ngobrol pendek sama si mas berseragam tadi,kami dilempar kembali pada si bapak di gedung karya. Sembari kaget dengan ekspresi "ah masa ga ada sih",si bapak berkata sambil minta maaf bahwa :
....
....
....
....
SURATNYA HILANG
Duniaku runtuh. Bagaimana mungkin mereka menghilangkan apa yang menjadi tanggung jawab mereka? Itu surat penting. Jauh lebih penting daripada surat kehilangan STNK. Aku meracau mengumpulkan kalimat serapah dalam kepalaku.
Aku memegang tanda bukti penyerahan surat,dan ia menghilangkan surat itu. Ia hanya meminta maaf. Dan menyuruh kami membuat ulang. Menggampangkan proses pembuatan surat tadi yang nyatanya emang lebih susah daripada ujian praktek logika fuzzy.
Saya tertawa. Untung saya belum pernah bekerja disana di usia saya yang sudah terlalu matang untuk mengurus sebuah surat penting.
Saat saya bersyukur bahwa saya punya kesempatan banyak belajar.
Saya dikabari oleh bos saya,bahwa saya mestinya mengajak makan siang pak bla bla,memberinya beberapa hadiah,dan diakhirnya nanti,beberapa puluh juta kita hibahkan.
Cis,kau kan pegawe negara. Kau urus negara. Gimana mungkin kau jual itu tanah negara pake makan siang ciis?
Lucu cis,lucu.
Pelawak kau cis.
Bilanglah terus terang kau butuh berapa. Buat apa. Kapan mau dibayar. Cash. Giro. Cek. Transfer.
I consider this job. Titik.
Oh btw,saya kasian betul sama salah satu cis yang bilang "Beginilah budayanya,luwes aja lah biar bisa hidup"
Cis....keracunan kau.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar