Senin, 23 Juli 2012

Mendoan Story

Senja ini berbuka puasa tanpa mendoan. Padahal itu adalah menu wajibku buat tiap Ramadhan. Tiap Ramadhan aku selalu sangat mengusahakan memakan jenis makanan yang diklaim penggiat diet sebagai makanan berminyak jahat ini. Aku peduli pada kesehatanku,tapi yakin kalau mendoan tidak akan membunuhku. Kecuali ia bertabur pestisida.
Sore ini pulang terlalu terlambat untuk ikut antrian beli mendoan depan komplek. Tahun kemarin aku menghabiskan separuh Ramadhan pertamaku dengan mengkonsumsi sayap ayam McDonald dan atau mie yang kemungkinan besar berkaldu babi, karena aku sedang (piknik) di Shenzhen,daratan Tiongkok. Aku nyaris tidak berminat berbuka demi mengingat tiap sore aku harus memakan puding mangga (yang enak dan mahal) dan lagi,sayap ayam. Dan kentang yang super asin. Bleehh bleeeh...

Mendoan adalah makanan yang kumakan sejak aku berumur 5 tahunan. Aku menggigitnya bersama cabe rawit yang menurut banyak orang,terlalu banyak dikonsumsi oleh anak sekecil itu. Mungkin itulah kenapa aku jarang merasakan kepuasan pada rasa pedas saat usiaku dewasa kini.

Well,malem ini,dari grup bbm teman-teman jurnalis,aku mendapat informasi bahwa akan ada pemogokan massal petani kedelai. Karena pemerintah tak mampu mengelola harga. Petani jatuh. Dan kedelai bukan lagi komoditas yang bisa dibanggakan seperti saat pak Harto berkuasa.

Tau apa yang kurasakan? Aku jauh lebih sedih daripada saat aku berbuka puasa sendirian di negeri orang.

I mean it. Kedelai? Si soya yang unyu itu,hendak telungkup saat dunia mencoba mengangkatnya demi perbaikan gizi umat manusia? Disini,di negaranya sendiri,ia jatuh?

Come on. Petani komoditas itu seharusnya kaya raya. Tidak perlu terus memakan tempe karena mereka juga harus memakan daging.

Kurasa jatuhnya banyak hal dinegeri tempat kekayaan dunia dilahirkan adalah karena pendidikan industrialis pencipta tenaga kerja yang kami kunyah sejak generasi kami lahir.

Jauh harus dilihat mengapa pemogokan petani komoditas harus terjadi. Mengapa para sepuh itu harus berhenti mengerjakan apa yang telah mereka lakukan sejak lahir. Mengapa tidak ada pemuda disana. Mengapa mereka orang pinggiran. Mengapa anak mereka sedang bekerja di perusahaan asing dan memakan sayap ayam berbumbu amerika. Mengapa ini menjadi headline konsumsi pewarta berita. Mengapa mereka dibunuh ditanah mereka tumbuh.

Saat petani dibunuh di negeri sendiri,saat anak-anak industrialis generasi pekerja sedang mabuk di ruangan berpendingin, negara yang dahulu menanam otak industri yang mendidik pekerja itu,saat ini sedang mengembangkan komoditas dunia. Sebentar lagi kita adalah para pekerja yang menikmati hasil impor komoditas dari negara asing.Mendoan,adalah makanan yang kemungkinan akan sekapal impor dengan bumbu ayam kolonel sanders itu.

Is it what you want? Is it what you mean? Your armani,your channel,your lous vitton,your starbuck, your chicken wings,your pizza is a big bullshit.

Where is your head,hey lowpayment workers?

Pak Petani kedelai,mogoklah jika itu yang kau perlukan.

Me,stay in the journey to meet my Mendoan. Local Mendoan.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar