Rabu, 18 Februari 2015

Hati-Hati Bermimpi

Been here for about 8 days.
Siapa menyangka kamu akan bekerja di Wisma Mulia, gedung megah yang dulu cuma kamu pandang karena kamu tidak berpikir kamu akan bisa bekerja didalamnya.
Just like last case. Saat kamu bekerja di vendor PMA itu, kamu tidak bisa berpikir bagaimana kamu melompat dari kolam tadi ke kolam lain yang lebih besar, tapi jalan menuntunmu untuk menuju ke titik dimana kamu sekarang berdiri. Semua kejadian pada akhirnya akan melengkapi puzzle yang awalnya tidak akan pernah kamu bayangkan bentuk akhirnya.

Jadi setelah melewati banyak sekali hambatan, kalau itu bisa disebut hambatan..Dimulai ketika kamu menekatkan diri kamu pergi dari Jogja dan bekerja sebagai engineer untuk hal yang tak banyak kamu tahu, lalu menjadi seorang pegawai perusahaan perorangan, yang mungkin disebut CV, lalu kembali menjadi pegawai perusahaan perorangan asing, lalu pada akhirnya kamu berada disebuah perusahaan betulan yang sudah lama kamu impikan. Dan terakhir kamu berada disini, di gedung dimana kamu selalu ingin berada didalamnya, membayangkan bekerja disana.

See? Terasa amat jauh perjalanan, dan terasa janggal untuk melewatinya. Karena berat sekali rasanya sejauh ini melangkah. Akhir-akhir ini aku sedang berpikir, bahwa aku benar-benar tak ingin untuk memiliki keinginan, karena aku lelah dengan terkabulnya keinginanku, yang rasanya sangat menghancurkan aku. Aku tidak pernah tahu mana yang terbaik untukku, dan sampai sejauh ini, aku tidak bisa menyebut tak ada yang menasehatiku, tapi sebenarnya aku sendiri yang tak pernah bisa dinasehati. Aku selalu menyerah ditengah jalan, tepat dimana jalan itu kupikir akan menuntun aku menuju impianku. Apa impianku? Aku juga tidak tahu.

Aku kini berada di ibukota, tanpa impian, keinginan, harapan dan bahkan cita-cita.
Sedih memang, tapi aku benar-benar lelah untuk mencari tahu apa keinginanku. Aku bisa melihat bayangan diriku yang dulu sangat penuh energi, punya banyak teman, idealis, penuh harapan, penuh taktik, memudah menjadi aku yang menyedihkan, tak punya teman, tak ada harapan, lesu, tak bisa berpikir jernih dan selalu kelelahan.

Aku tak sanggup menua dalam situasi seperti ini.
Aku tahu aku harus berubah tapi aku tak tahu aku harus memulai dari mana, karena aku terlalu tersesat.
Aku malu untuk mengunjungi Tuhan, karena rasanya aku sudah terlalu jauh dari Dia meski aku tahu Dia ada disini dan menungguku.