Jumat, 25 Oktober 2013

Sulitnya Memahami

Malam ini saya masih duduk di ruang kubikel saya. Waktu menunjukkan pukul 22.00. Sejam yang lalu bos saya beserta isteri sudah pamit pulang. Tinggal terdengar suara mas OB menyalakan penyedot debu. Lalu ada seorang teman dari divisi legal sedang melakukan sesuatu di kubikelnya sendiri.

Apa rasanya sekarang?

Seharian ini saya berkutat payah dengan emosi. Pengendalian emosi. Sedari pagi saya sudah menjadi santapan orang. Saya menjadi korban dari beberapa orang. Dan saya memakan apa yang mereka keluarkan. Saya merasa lelah. Saya pergi ke kota Jababeka. Melakukan beberapa kegiatan yang menguras emosi di hari pertama menstruasi saya. Sungguh melelahkan.

"Sometimes you wanna go when every body knows your name"

Saya lelah as information. Saya tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi dalam hidup saya sekarang. Minggu depan adalah hari pernikahan saya. Pekerjaan saya semakin absurd karena entahlah, job description saya,seperti namanya, semakin tidak terprediksi dan saya tidak bisa mengukur performansi saya sendiri.

Saya sangat ingin menangis,meski saya tidak tahu mengapa saya ingin menangis.

"This is too good to be true"

Saya ingin sekali membuat ini semua semakin simpel.

Suka atau tidak - katakan
Ingin ketemu   - undanglah
Merindukan - panggillah
Ingin sesuatu - nyatakanlah
Ingin penjelasan - tanyakanlah
Ingin paham - jelaskanlah
Mencintai - katakanlah

Tapi sulit sekali memahami rule paling simpel itu

"Thank you for being afraid"

mmmmm.....

Just Do It Yourway...

Anyway...



Rabu, 23 Oktober 2013

Mencoba Jalan Berbeda

Aku tanya. Berapa lama kamu bakal hidup ? Kira-kira aja sih. 20 tahun? 30 tahun? Oke,30 tahun.

Sejak hari ini sampai 30 tahun insya Allah itu sisa waktumu di bumi ya.

Trus mau buat apa?

Masih jadi diri kamu yang sekarang? Yang masih terlalu peduli dengan asumsi orang,perasaan orang dan pendapat orang? Mau coba jadi orang yang berpotensi dianggap jahat tapi sebenarnya aslinya baik ga? Baik kalau ga dipandang secara norma manusia yang picik.

Mau terus menerus memperbaiki diri demi orang yang mungkin tidak terinspirasi sama sekali untuk memperbaiki diri seperti kamu berusaha?


Kita coba jalan lain. Sekali-sekali. Toh pembunuh paling sadis sekalipun,masih ada yang mau doain kok pas dia ditembak mati.

Kamu punya orang tua yang kamu sayang. Kamu wajib berbakti pada mereka sepanjang sisa usia kamu. No matter what. Baik orang tua atau mertua.
Kamu punya adik, baik adik kandung atau ipar. Kamu juga wajib santun pada mereka sepanjang sisa usia kamu. No matter what.
Kamu punya saudara,yang mengenali kamu. Kamu juga harus sesekali mendatangi mereka. Kalau dimungkinkan.

Dan jalan lain itu, kamu harus hidup sesuai keinginan dan kebutuhan kamu,once for a lifetime. Kamu tidak mendurhakai siapapun, tapi kamu memiliki satu waktu dimana kamu hanya mementingkan diri kamu sendiri.

Orang mungkin takut menua dan mati sendirian. Tidak, kalau kamu hidup di sebuah panti jompo yang didesain sedemikian rupa seperti rumah sendiri dan keluarga sendiri. Kamu dirawat, disayang dan diperhatikan, melebihi apa yang keluarga kamu bisa lakukan. Ya syaratnya kamu harus punya uang.

See? Orang tidak bisa begitu saja mengikuti norma,dan menjalani hidup dalam hidup orang lain. Mengiyakan apa yang orang lain mau, bahkan termasuk keluarga dan pasangan. Setiap orang berhak untuk menjalani hidupnya sendiri. Dan jangan mengatasnamakan ketakutan akan menua dan mati sendiri sebagai dasar untuk membentuk keluarga.

Jangan pernah berkunjung ke rumah orang tua saat cinta sedang tenggelam. Jangan pernah mendatangi saudara saat hatimu sedang tidak berkenan. Lakukan saat kamu benar-benar menginginkan. Tidak akan ada saat dimana kamu tidak ingin. Karena dasar dibentuknya manusia adalah dari cinta. Maka hakekat itulah yang akan membuatmu menginginkannya.

Carilah dulu cinta dalam hatimu. Bahkan kalau kamu harus membatalkan atau menghancurkan ikatan demi apa yang kamu yakini.

Jalani itu.


Silakan.

Hari ini aku mencoba jalan yang berbeda, karena usiaku tidak akan selamanya.


Minggu, 20 Oktober 2013

Who Am I (2)

Dan masalahku adalah:
1. Aku adalah orang dengan threshold kebosanan yang sedikit tinggi rendah dibanding orang lain. Maksudku, aku adalah pembosan. See me, watch me. Aku duduk di meja dengan laptop bagus,lemari,kursi dan kubikel nyaman,kopi,teh,susu,jahe,nutrisari,buah semua ada. Dan aku bosan. Bosan atas apa ? Karena aku tidak punya bisa bekerja tanpa ukuran. For example now. Aku tidak tahu kemana arah perusahaan ini. Saat kita semua sedang bersiap untuk fitur A, mendadak semua orang merubahnya menjadi fitur B dan riset atas fitur A dihentikan.  Aku beralih lagi untuk riset Hospitality Industry, saat aku sedang akan memulai riset di kawasan industri. Itu contoh. Dan aku tidak tahu harus berbuat apa.

2. Aku tidak bisa fokus karena aku bosan.

3. Aku tidak bisa bergairah karena aku bosan.

4. Aku tidak bisa bekerja karena aku tidak tahu arah yang dituju dan bagaimana aku bisa membantu mencapai arah tadi.

5. Dan selanjutnya, who Am I? Karena aku tidak bisa bekerja dengan level kebingungan dan santai semacam ini.

6. Dan Who Am I, karena aku bisa bekerja di situasi cepat yang berarah.

Oh Who Am I....................


Who Am I (1)

Been trough a lot.
Aku rasa ada yang berubah drastis di hari-hari sekarang.
Thank to God bahwa aku masih mengingat banyak keringat yang sudah dihasilkan di masa-masa dulu.
Aku kilas balik sebentar. Ketika saat aku masih kuliah,aku menjadi jurnalis di pers fakultas. Rumahku berjarak 30 km dari kampus,dan aku melewatinya setiap hari. Kehidupanku dimulai pada pukul 5 pagi saat Mbah Uti sedikit menggedor pintu kamar untuk sholat Subuh,dan berakhir kira-kira pukul 9 atau 10 malam. Aku menjadi jurnalis, aku menjadi asisten lab pemrograman, aku kuliah dan aku masih memiliki waktu untuk melirik kakak-kakak senior yang ganteng.
Lalu pada semester berikutnya,aku sudah bekerja menjadi administrator warnet. Yang jarak tempuh dari kampus ke warnet tersebut adalah 35 km. Aku juga didapuk menjadi pemimpin redaksi. Dan masih berada di lab sebagai asisten. Yang kuingat kemudian, pada semester akhirku, detikcom menjadi pelabuhan terakhir masa kerjaku sembari aku menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata di kota pasca gempa Jogja 2006. Aku mengingat 4 tahun itu sebagai tahun yang sangat menyenangkan,meski melelahkan secara fisik.

Been trough a lot.

Saat lulus,cita-citaku cuma satu. Aku ingin berkeliling Indonesia. Aku melamar menjadi wartawan dan menemukan fakta bahwa menulis dengan tenggat waktu,adalah pembunuhan. Aku tidak menginginkan hobiku menjadi pekerjaanku dengan tenggat waktu dan atasan. Ough.
Lalu pintu rejeki terbuka. Aku menjadi engineer. Berkeliling Indonesia dalam hitungan hari. Menghabiskan sisa kesabaran untuk berhadapan dengan atasan yang notabene adalah warga asing Cina. Dengan rekan-rekan kerja yang juga warga asing dengan watak dan karakter yang melelahkan. Berhadapan dengan kota-kota asing dengan hitungan jam adaptasi kemudian setelahnya ditinggal pergi. Dan tentu saja bertemu dengan orang tak dikenal setiap saat. Melelahkan,tetapi setiap pekerjaan yang dilakukan setiap hari adalah terukur,dan terlihat.

Been trough a lot.
Aku berharap aku bisa menjadi normal. Normal dalam kriteriaku saat itu adalah menetap. Memiliki meja. Berkumpul bersama teman. Bermain. Memiliki kehidupan sosial disebuah kota. Tuhan memang Maha Baik. Doa-doaku selalu terkabul. Aku kemudian beralih menjadi wanita pekerja kantoran. Tersebut tersemat memiliki jabatan Controller, Supervisor, Manager apapun itu.

Aku mulai memiliki waktu untuk beradaptasi.
Aku mulai memiliki mejaku sendiri.
Aku mulai memiliki waktuku.
Aku mulai memiliki jam kerja eight to five.
Aku mulai memiliki rute perjalananku sendiri.
Aku mulai memiliki apa yang ingin kulakukan.
Aku mulai memiliki harapan yang dulu baru sebatas Doa.
Dan disitulah masalah dimulai.

Pada hari-hari aku mengawali karirku sebagai wanita karir dibelakang meja. Setahun lalu. Aku beradaptasi dengan sangat lambat pada tugas-tugas kantor. Aku bersemangat melihat dan mengatur mejaku. Namun itu hanya berlangsung selama satu bulan. Kemudian di hari-hari selanjutnya,mataku meredup. Aku mencoba membuat to-do list seperti saat aku menjadi engineer dulu. Aku mencoba memenuhi listku karena biasanya membaca list membuat adrenalinku berkejaran untuk menyelesaikan list tadi. Aku mencoba mencintai rutinitas. Aku mencoba menemukan percikan. Dan aku amat sangat takut mengakui bahwa aku gagal.

Lihatlah To-Do List ku saat aku menjadi engineer selama 4.5 tahun.

Monday January 2010
- Call pak Agus Jember,koordinasi peletakan perangkat
- Call pak Wiryo,koordinasi power Telkom Jember
- Laundry
- Bayar hotel
- Ke Pantai Papuma,motret
- Nulis
- Call subkon,cek pekerjaan
- Perangkat On di NMS , buat label lambda
- Koordinasi cross connection with Tim JVBB
- Cek FOL

Status : Checked all. Done

Lihatlah To-Do List ku saat aku menjadi pekerja dibelakang meja

Monday 21 Oktober 2013
- Buat list hotel bintang 3-5 calon market Jakarta, Bandung,Bali,Lampung,Medan
- Buat hitungan investasi
- Buat draft game publisher

Status : Unchecked all. Not Done Yet.

Saat aku mulai lupa bahwa aku pernah berharap atas kehidupan seperti ini. Aku bersyukur bahwa

I've Been trough a lot. But..
Who Am I? Life and live once should be more interesting than this rite?  We have possibility to make it rite?