Selasa, 23 April 2013

Jakarta (1)

Banyak keanehan yang sebenarnya tidak bisa diterima logika, tetapi karena kita menyatu kedalamnya sekian lama, maka hal tersebut kemudian tampak menjadi kewajaran.
Apa saja?

Misalnya ya :
1.  Anak-anak bermain di sepanjang gang yang dipadati lalu lalang kendaraan bermotor. Mereka bermain bola, atau lempar sandal. Berbahaya bagi si pengendara dan tentu saja bagi si anak. Herannya tidak ada satu orang tua pun yang memperingatkan kegiatan ini. Mereka yang lebih tua dan sepertinya memang orang tua si anak hanya duduk bercanda dan memandangi anak-anak mereka. Yang terburuk, anak batita dan balita juga ikut serta dalam aktivitas ini.

2. Menyalip kendaraan lain dari sisi kiri kemudian berbelok ke kanan tanpa memberi sinyal. Ini adalah hal yang sangat sering ditemui di jalanan Jakarta. Tidak di jalanan ramai, bahkan di jalanan sepi pun begitu.

3. Para tunawisma membawa anak-anak bayi untuk diajak mengemis di pinggir jalan atau di lampu merah. Dan saat malam tiba, mereka mengajak anak-anak tersebut bercengkerama didalam terowongan yang dipenuhi kendaraan bermotor. Asap knalpot memenuhi rongga terowongan. Dan siapapun yang berada didalamnya untuk menghirup, mungkin lambat laun ia akan mengalami keracunan di otak atau di saluran napasnya.

Bersambung 


Masih di kantor

April 23, 2013 7:55 PM

Sabtu, 13 April 2013

Mengapa Akhir Pekan di Dalam Kota(k)

Beberapa orang bertanya apa rencanaku di akhir pekan. Aku menjawab bahwa aku berencana untuk tinggal di dalam kamar yang dingin, meminum root beer atau teh kotak dingin, memakan makanan favoritku,membaca buku, menonton film dan tentu saja terhubung dengan media sosial dan online lainnya. Beberapa berkata itu tidak sehat karena menurut mereka aku harus terhubung dengan dunia luar. Beberapa mencibir dan berkata kegiatan mereka jauh lebih menarik dari yang kupunya. While, aku sendiri tidak peduli dengan apa yang orang lakukan di akhir pekan mereka.
Pertama. Aku sudah terhubung dengan dunia luar secara langsung sejak permulaan pekan yaitu Senin,pada pukul 7 pagi hingga 6 petang. Dan waktu itu terulang hingga hari akhir pekan itu yakni Jumat. Kita hitung ya. Sebelas jam dikali lima, artinya lima puluh lima jam aku berinteraksi dengan dunia luar. Itu belum termasuk jika aku punya kegiatan diluar jam tersebut. Lalu aku punya dua hari libur, Sabtu dan Minggu. Keduanya memuat empat puluh delapan jam yang bebas-tidak-bebas untuk aku gunakan sesukaku, karena aku hidup sendiri di Jakarta. Tetapi punya kewajiban untuk tetap terhubung secara sosial dengan siapapun yang seharusnya kukenal pada hari itu, misal jika ada reuni atau resepsi pernikahan.
Kedua. Jakarta tidak terlalu banyak menyimpan area hijau atau area air yang terbuka seperti di Jogja atau kota-kota lain. Di Jakarta, aku harus menjumpai mall atau semacam pasaraya sesaat aku melongokkan badan keluar area kosku. Dan aku tidak terlalu menyukai mall. Semua orang memiliki janji temu sosial di akhir pekan di mall. Dan selalu di mall. Dan jikalau tidak di mall, pasti disebuah tempat yang bernama kafe. Misal tidak dalam kafe pun, ada area terbuka yang sudah dikuasai franchise asing semacam 711. Kita hitung ya. Untuk secangkir kopi atau coklat katakanlah Rp.20.000 dan belum termasuk PPn 10%. Kamu tidak mungkin hanya memesan kopi karena gigi juga ingin mencecap sesuatu. Dan tidak ada bakwan atau pisang goreng, atau tahu isi di tempat seperti itu. Jadi, minimal kita harus memesan kentang goreng. Satu paketnya seharga Rp.15.000,-. Dan yang kamu dapatkan adalah kopi secangkir dan beberapa batang kentang berkandungan monosodium glutamat. Empat puluh ribu melayang. Kemudian orang akan mengajak kita menonton film. Dan harga tiket saat ini sekitar Rp.45.000,-. Jadi dalam semalam, kamu minimal menghabiskan Rp.100.000,-. Itu belum termasuk makan malam dan transportasi. Aku suka membuat janji temu di kafe terbuka, tapi tidak dengan harga fantastis hanya untuk sekedar gaya hidup tiap akhir pekan.
Ketiga. Aku adalah kolektor buku dan film. Obsesiku adalah membuat tulisan review tentang keduanya. Dan saat aku memutuskan menggunakan waktuku untuk melakukan ketiga hal tadi, tidak ada UU satupun yang bisa melarang.
Keempat. Kamarku sudah cukup sejuk, dan selain melakukan kegiatan pada poin no.3, aku juga suka mengunyah. Dan bobotku tidak pernah beranjak naik dengan postur badan yang stabil.
Kelima. Sosial media memungkinkanku berinteraksi dengan teman-temanku. Dan aku bisa membuat janji temu paling efektif dengan mereka. Bertemu dengan teman-teman yang sama-sama tidak menyukai mall, aku bisa membuat janji temu di sebuah pohon beringin di sebelah mall besar di Jakarta.
Keenam. Hampir semua orang berlomba memposting posisi mereka saat akhir pekan tiba. Ada yang sedang di mall anu, di kafe ini, menyantap itu. Aku senang membacanya. Artinya warga usia muda di Jakarta adalah orang-orang dengan kekuatan ekonomi tinggi yang bahagia. Apalagi yang negara butuhkan saat ibukotanya berisi kaum migran yang kaya raya? Hore. Jangan, jangan, jangan sekali-sekali kemudian melongok ke tepian jembatan dimana anak-anak kecil sedang menjadi pengemis. Itu akan merusak suasana bahagia kami
Ketujuh. Jika pegunungan atau pantai bisa ditempuh dalam waktu tak terlalu jauh, aku akan pergi mengunjunginya. Sama seperti aku pergi ke Kebun Binatang Ragunan atau Kebun Binatang Surabaya sendirian. Sayangnya hanya ada Ancol disini yang penampakannya terlalu artifisial.
Tujuh poin ini adalah kegiatan anti mainstream. Tidak sulit bertahan sebagai anti mainstream, hanya saja beberapa orang memang perlahan akan menjauhimu karena kamu lebih sering menolak untuk selalu diajak menjadi konsumtif disaat akhir pekan dengan mengkonsumsi hal-hal yang sangat Amerika. But who care's? Kalau kita membiasakan diri mengikuti arus utama cara kaum muda Jakarta menghabiskan akhir pekan,cetak artikel ini dan kita lihat dalam sepuluh tahun kedepan ya. Mungkin saat ini kita akan diberi stempel kuno, sepuluh tahun kedepan, siapa yang akan menjadi kuno sebelum waktunya?
But who care's? Hehehe

Lakukanlah kegiatan mainstream sesekali, tapi tidak tiap hari. :) Be wise.

HAPPY WEEKEND ALL!!!

Rabu, 03 April 2013

Tupai Loncat

I dont know how to start this episode.
Dimulai ketika pada awal 2012 aku kesulitan untuk menemukan visiku sendiri lalu pada pertengahan tahun aku memutuskan untuk memulai sebuah pekerjaan baru di tempat yang banyak dicibir kawan-kawanku saat itu di perusahaan lama.

Dicibir karena aku berpindah ke sebuah pelaksana yang menurut mereka adalah kasta terbawah dari industri yang sedang kami jalani. Mungkin saat itu aku merasa telah melakukan kesalahan dengan meninggalkan kursi kenyamanan di perusahaan multinasional itu. Dengan segala konsekuensi, aku menelan semua hal yang terjadi. Tanpa kusadari, aku beranjak berkembang. Demi menghindari makian bosku saat itu yang memang amat pedas kalimatnya, aku belajar amat banyak dan amat cepat. Aku harus dan aku tidak mengijinkan diriku membandingkan fasilitas yang kudapat dengan yang dulu pernah kuperoleh.
Hari beranjak dan aku memutuskan pergi dari kantor yang dicibir banyak orang itu. Aku bergabung ke sebuah perusahaan milik orang asing yang fasih berbahasa Indonesia. Aku dihantam banyak tantangan. Pelan tetapi pasti, mereka yang mencibir aku mulai mengerti apa yang sedang kulakukan.Dan aku tidak peduli.

Aku membangun reputasiku. Meski beberapa dari mereka masih mencibir aku karena menurut mereka, kasta dalam industri ini adalah segalanya, dan pelaksana hanyalah kasta sudra dalam hal ini, semakin aku yakin bahwa mereka tidak tahu apapun dalam lingkaran pekerjaan ini.

Aku memetik hasilnya. Aku belajar banyak hal dan perlahan aku membangun jalanku. Orang-orang yang dulu mencibir aku kini mulai berdatangan kembali mendekat. Menanyakan kesempatan yang pernah kudapat dulu dan mencari jalan termudah. Dengan panik memaksakan diri untuk memasuki ruangan yang belum boleh mereka masuki. Tidak dengan ketinggian hati mereka.
Aku berniat membantu, tetapi aku hanya akan membantu mereka yang merendahkan hati untuk membuka diri dan mulai mengosongkan botol mereka untuk diisi pengetahuan yang baru.
Aku hanya berniat membantu mereka yang tidak segan untuk belajar dari nol, sama seperti yang pernah kulakukan dulu.
Beberapa bertanya berapa materi yang akan mereka peroleh dengan posisi yang sama denganku. Kutanyakan kembali, berapa lama mereka memiliki pengetahuan akan sesuatu yang belum pernah mereka kerjakan sebelumnya.

Tidak kawan, aku tidak pernah melewati jalan yang mudah. Jalanku tidak pernah mudah. Jalanku bahkan kupastikan akan membuat orang ingin putar balik arah dan tidak akan pernah coba melintasinya. Aku pun, tidak akan bersedia untuk melaluinya kembali. Jalanku tidak mudah kawan. Jangan kau anggap 270 hari yang telah aku lewati adalah hari-hari yang mudah.
Jangan kau anggap pengetahuan dan pengalaman adalah hal yang mudah kau dapat hanya dengan mengandalkan praktik nepotisme-mu.

Kuberi tahu. Aku dulu mendapatkan semua pekerjaan itu dari situs pencari kerja. Dan aku tidak mengenal satu orang pun dalam bidang sempit ini. Tidak ada satu manusia pun yang kukenal yang menjadi tempat rengekanku untuk mengemis mencari kerja. Aku melewati semua tahapan untuk memasuki sebuah perusahaan. Aku melintasi kota demi bisa mengikuti serangkaian wawancara. Aku menghabiskan uangku untuk setiap pintu kesempatan yang sedang dibuka untukku. Aku mengirimkan CV ku kepada perusahaan-perusahaan yang kuincar ditengah malam buta, setelah aku menyelesaikan pekerjaanku. Aku meresikokan banyak hal. Dan kamu berani melakukannya juga?

Jangan sebut aku sebagai kutu loncat . Tanyakan pada dirimu sendiri, pernahkah kau meloncat? Aku lebih suka disebut tupai yang lincah. Jangan membenci aku karena aku melompat.

Rendahkan hatimu. Allah akan menolongmu. Insya Allah.

Selasa, 02 April 2013

Amazing Quarter

It is an amazing quarter one year 2013. I was moving on to other bigger company and suddenly they marked me as a leader for plan and design of Optical Transmission. What a mmm..I dont know how to name it. I just wanna be one of the transmission designer since 2007. And now, even it just run for a week, I can feel my blood line gets higher.

I had been passing through uneasy project with uneasy situation. I, sometime thought that in the future, there will be another good side from the past. I know it and it happen to me now.

I met a lot of people and they are nice. Now I can proudly say that I have a new family there, in far East Java. I met people with clear vision and know how to walk in their way. I just learned a lot and with everything we have passed together, now they are my new family.

And in this end of March. My lovely man, has proposed me. He,and his big family came to my home and met my small family. We have a great meeting. We welcome them and we made a beautifull bond since that evening.

It is like a dream how God made his plans for me. When years before I felt broke up and surrender, He had His plans that I never imagine He would make it for a person like me. Now I just think that everything happen to me , is something that asked by God to get me better. I dont know maybe today, or maybe years later. Just....something good.

Thank you God for the amazing Quarter..

Later I will post about my proposal and our runway to the marriage..

:)