Rabu, 03 April 2013

Tupai Loncat

I dont know how to start this episode.
Dimulai ketika pada awal 2012 aku kesulitan untuk menemukan visiku sendiri lalu pada pertengahan tahun aku memutuskan untuk memulai sebuah pekerjaan baru di tempat yang banyak dicibir kawan-kawanku saat itu di perusahaan lama.

Dicibir karena aku berpindah ke sebuah pelaksana yang menurut mereka adalah kasta terbawah dari industri yang sedang kami jalani. Mungkin saat itu aku merasa telah melakukan kesalahan dengan meninggalkan kursi kenyamanan di perusahaan multinasional itu. Dengan segala konsekuensi, aku menelan semua hal yang terjadi. Tanpa kusadari, aku beranjak berkembang. Demi menghindari makian bosku saat itu yang memang amat pedas kalimatnya, aku belajar amat banyak dan amat cepat. Aku harus dan aku tidak mengijinkan diriku membandingkan fasilitas yang kudapat dengan yang dulu pernah kuperoleh.
Hari beranjak dan aku memutuskan pergi dari kantor yang dicibir banyak orang itu. Aku bergabung ke sebuah perusahaan milik orang asing yang fasih berbahasa Indonesia. Aku dihantam banyak tantangan. Pelan tetapi pasti, mereka yang mencibir aku mulai mengerti apa yang sedang kulakukan.Dan aku tidak peduli.

Aku membangun reputasiku. Meski beberapa dari mereka masih mencibir aku karena menurut mereka, kasta dalam industri ini adalah segalanya, dan pelaksana hanyalah kasta sudra dalam hal ini, semakin aku yakin bahwa mereka tidak tahu apapun dalam lingkaran pekerjaan ini.

Aku memetik hasilnya. Aku belajar banyak hal dan perlahan aku membangun jalanku. Orang-orang yang dulu mencibir aku kini mulai berdatangan kembali mendekat. Menanyakan kesempatan yang pernah kudapat dulu dan mencari jalan termudah. Dengan panik memaksakan diri untuk memasuki ruangan yang belum boleh mereka masuki. Tidak dengan ketinggian hati mereka.
Aku berniat membantu, tetapi aku hanya akan membantu mereka yang merendahkan hati untuk membuka diri dan mulai mengosongkan botol mereka untuk diisi pengetahuan yang baru.
Aku hanya berniat membantu mereka yang tidak segan untuk belajar dari nol, sama seperti yang pernah kulakukan dulu.
Beberapa bertanya berapa materi yang akan mereka peroleh dengan posisi yang sama denganku. Kutanyakan kembali, berapa lama mereka memiliki pengetahuan akan sesuatu yang belum pernah mereka kerjakan sebelumnya.

Tidak kawan, aku tidak pernah melewati jalan yang mudah. Jalanku tidak pernah mudah. Jalanku bahkan kupastikan akan membuat orang ingin putar balik arah dan tidak akan pernah coba melintasinya. Aku pun, tidak akan bersedia untuk melaluinya kembali. Jalanku tidak mudah kawan. Jangan kau anggap 270 hari yang telah aku lewati adalah hari-hari yang mudah.
Jangan kau anggap pengetahuan dan pengalaman adalah hal yang mudah kau dapat hanya dengan mengandalkan praktik nepotisme-mu.

Kuberi tahu. Aku dulu mendapatkan semua pekerjaan itu dari situs pencari kerja. Dan aku tidak mengenal satu orang pun dalam bidang sempit ini. Tidak ada satu manusia pun yang kukenal yang menjadi tempat rengekanku untuk mengemis mencari kerja. Aku melewati semua tahapan untuk memasuki sebuah perusahaan. Aku melintasi kota demi bisa mengikuti serangkaian wawancara. Aku menghabiskan uangku untuk setiap pintu kesempatan yang sedang dibuka untukku. Aku mengirimkan CV ku kepada perusahaan-perusahaan yang kuincar ditengah malam buta, setelah aku menyelesaikan pekerjaanku. Aku meresikokan banyak hal. Dan kamu berani melakukannya juga?

Jangan sebut aku sebagai kutu loncat . Tanyakan pada dirimu sendiri, pernahkah kau meloncat? Aku lebih suka disebut tupai yang lincah. Jangan membenci aku karena aku melompat.

Rendahkan hatimu. Allah akan menolongmu. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar