Senin, 23 Desember 2013

End of 2013 : Career Path

This is my free writing. Hari Minggu yang gerimis di Hari Ibu jelang akhir tahun 2013. Well,akhir tahun mendekat. Dan 2013 hampir menghabiskan sisa usianya. Mungkin kalau diibaratkan manusia,seandainya ia tahu usianya tinggal sekitar,let's say,9 hari lagi,saat ini pasti menjadi saat puncak. Entah itu saat puncak bahagia,atau sedih.

Puncak menjadi diri sendiri karena tahu waktu sudah tidak akan ada baginya lagi. Lalu dia memuaskan diri menjadi apa yang ia ingin lakukan dalam dirinya sendiri,atau waktu untuk menyesal karena kehabisan waktu. Yap,sayangnya manusia tidak bisa mengetahui berapa sisa usianya sendiri seperti manusia bisa tahu berapa sisa usia tahun ini.

What have we done on 2013? Semua media pasti sedang mengulasnya. Para motivator ramai membahasnya di media sosial. Orang-orang membaca kemudian merenung. 

Semua tentang pencapaian. Pencapaian yang bisa dilihat dan diraba manusia. Entah menikah,memiliki rumah,berkelana ke sebuah tempat,memiliki tabungan sekian,mendapat gelar tertentu,membeli barang tertentu. Tapi tidak ada yang bisa benar-benar mengetahui pencapaian dirinya kecuali diri itu sendiri.

Pernah tidak berpikir,well...tahun ini aku sudah lebih dewasa dengan banyaknya cobaan yang aku jalani. Pernah tidak ya,ada orang berpikir untuk mengucap terima kasih pada Tuhan atas banyaknya cobaan yang sudah dan sedang mereka jalani. Cobaan itu cuma ada dua jenisnya. Kalau dia tidak membuatmu mati,dia akan menguatkanmu. Lagipula,cobaan tidak selalu ada dalam bentuk air mata atau ratapan. Dia juga berupa tahta yang bisa melampaui harga diri manusia. 

Setahun lalu,hari ini,aku masih berada di Surabaya. Sendirian dengan pekerjaan yang sangat menekan,secara mental. Dengan hubungan yang hampir kandas,segalanya makin tampak buram. Benar loh. Tahun lalu adalah tahun yang sangat melelahkan. Pada hari ini,ketika kilas balik ke masa itu, aku ingat saat itu juga aku berpikir aku tidak akan bisa melaluinya. Ada banyak hal yang harus aku lewati. 

Saat itu selepas dari vendor Cina itu aku beralih ke sebuah subkontraktor kecil yang dimiliki oleh pria Batak yang sangat cerdas. Aku memulainya dari titik nol karena harus mempelajari semua hal baru lagi. Aku bahkan tidak bisa membayangkan diriku bisa berada dalam posisi itu. Di sebuah kota yang lumayan jauh dari keramaian. Berdebu,panas,dan kemana aku pergi,menumpang mobil pick up milik pak Desmon,pria Batak beranak empat itu.

Aku pergi ke Jambi selama satu bulan,bukan hidup di Jambi,tetapi disebuah desa bernama Taman Raja di area perkebunan sawit. Tinggal di rumah warga,dan hidup seadanya. Itu bukan lereng yang mudah dituruni oleh aku. 

Tahun itu aku belajar,ditengah kesulitan,Tuhan selalu menanamkan kebaikan selagi kita percaya. Aku bertemu dengan orang-orang baik yang tulus di kantor itu. Aku belajar untuk sholat tepat waktu dan berjamaah di masjid. Aku belajar tentang agama,lebih dari sekedar ritual dan teori. Aku mendapatinya langsung dari teman-temanku.

Aku mati-matian mencari pekerjaan. Dan dengan sukses tidak ada satupun yang memanggil namaku untuk sekedar ditanya apa kemampuanku. Pada suatu malam Idul Adha 2012,aku bertekad untuk mengundurkan diri dari perusahaan itu,tanpa pekerjaan baru,dan memasrahkan segalanya dihadapan Tuhanku. Aku patuh dan tunduk apapun yang akan terjadi. Karena bagiku kebahagiaanku adalah yang utama.

Selepas dari kantor itu,aku memasuki kantor baru dibawah pimpinan orang Korea. Satu-satunya perusahaan yang memanggilku,atas ijin Tuhan. Aku senang bukan main. Tapi..Kembali,aku harus pergi dari Jakarta. Berpetualang di Surabaya. Adaptasi yang tidak mudah,dengan pekerjaan yang nyaris tidak mungkin dilanjutkan. Aku bertemu orang-orang yang melecutku untuk belajar cepat dan fokus. Aku diingatkan untuk tidak lengah,tetap menjadi diriku sendiri,dan tidak melawan arus. Pelajaran keras. Sendiri. Hubungan nyaris kandas. Aku melakukan yang perlu dilakukan.

Pada malam tahun baru 2013,aku berada di kamar kosku di Kertajaya Indah,Surabaya. Saat semua orang sedang berpesta merayakan tahun baru,aku duduk diam di kamarku. Membaca Al-Quran. Sholat. Aku menangis. Dengan satu doa yang tak pernah henti kubisikkan,tak peduli apakah Tuhan peduli atau tidak. Tuhan,berilah aku kesempatan untuk membahagiakan orang tuaku,nenekku,dan diriku sendiri. 

Aku tidur dalam harapan,meski saat itu aku sama sekali tak punya harapan. Aku hanya berusaha menjalaninya. Doaku tak putus dengan kalimat yang nyaris sama dari waktu ke waktu.

Suatu pagi teleponku berdering. Suara panggilan kerja di tempat baru kudapati. Tak seumur jagung,aku mendapati diriku diterima bekerja ditempat lain. Ditempat yang selalu aku bayangkan aku bekerja didalamnya. Jika kalian tahu berapa lama aku menginginkan bekerja ditempat itu,aku sudah menginginkannya sejak tahun 2010. 

Aku selalu mengirimkan CV-ku all the time ke satu tempat itu. Aku bahkan hanya mencoba dan tidak pernah berharap mereka memanggilku,karena saat itu aku tahu aku adalah anak lulusan universitas swasta yang mayoritas lulusannya menjadi tenaga IT di dinas pemerintahan,dosen,desainer web dan sama sekali tidak punya nama di industri telekomunikasi. Apalah aku dengan semua ijazahku. Mayoritas temanku adalah mereka yang mendapat gelar dari satu institusi bentukan salah satu BUMN yang memfasilitasi lulusannya untuk bekerja di bidang telekomunikasi. Aku tahu betapa mudahnya bagi mereka untuk menemukan dan melompat dari satu tempat ke tempat lain dalam industri ini. Aku sadar kakiku berbeda dengan mereka,maka yang kulakukan adalah tidak memindahkan kakiku sampai ia cukup kuat untukku melompat.

Pada hari aku diterima bekerja ditempat itu,ada rasa ragu yang sangat kuat. Ada banyak hal yang harus menjadi pertimbangan. Terutama saat aku tidak bisa membedakan antara bahagia dalam nafsu atau bahagia yang sesuai doaku. Dengan mengingat kembali doaku,aku melanjutkan langkahku di tempat baru itu. Disini saat ini. Dan andai saat itu aku lupa dengan doaku,mungkin hari ini aku limbung karena tempat lama yang kupikir aku bahagia disana,menyatakan kebangkrutannya,dan teman-teman timku kocar kacir mencari perlindungan.

Kamu tahu,masa lalu adalah waktu yang menempamu menjadi saat ini. Peribahasa itu tak sekedar kalimat kosong. Ia nyata dan aku saksi hidup untuk menyatakannya.

Aku sampai ditempat ini ternyata karena apa yang telah aku jalani di masa lalu. Di vendor Cina yang saat itu terasa melelahkan,bodoh dan tidak manusiawi. Di subkontraktor Batak yang ganas. Di subkontraktor Korea yang mematikan. Dimanapun aku sedang berada di masa lalu,itu membentuk masa sekarangku. 

Aku berada disini bahkan untuk posisi yang aku tak pernah bayangkan akan bisa berada disitu. 

Disini saat ini,ditempat yang aku inginkan selama 3 tahun,aku dihargai berkat kecepatanku hasil tempaan vendor Cina itu, berkat pengetahuan dan militansi tempaan pria Batak,berkat kerja keras tempaan sekumpulan pria Korea idealis dan penuh perhitungan. Apapun yang telah terjadi di masa lalu,benar-benar membentuk kita saat ini.

Saat aku mengeluh tentang pekerjaanku,aku mengingat apa yang sudah kulalui untuk mencapai titik ini,apa yang pernah benar-benar kuinginkan,dan yang paling penting,mengingat doa yang selalu terucap. Setelah itu,mengingat masa lalu akan membuatku menjadi pemilih untuk menjadi malas dan pengeluh,karena apa yang aku kerjakan hari ini,akan membentukku di masa depan. Entah apa akhir dari perjalanan disini,aku sudah sangat bahagia pernah ada didalamnya.

Think less,feel more. Talk less,do more.

That's all.

Matter.

Selamat datang 2014 :) 

Terima kasih Allah.



Selasa, 10 Desember 2013

The Angels

Why should we go from home the place we grown with angels that kept us alive?
Why we left them far away from us and in the end,we are ended as a bastard?
Why we ignore them when we grow up and they grow old?
Dont we have to sorry for all the time in our life?

Why?

For long I searched for the because. And I still failed to find the most reasonable because.
Nothing is an answer for the question why we left them apart.

Because we need to stand by ourselves? Dont we need to taking care of them after they grow us up for all the time of their life?

Because of what?

Because we need to look for the foods,the shelters,the clothes that keep us warm?

Or maybe just because we want to run away from them. Prove the career we can hold. But in the end, we are really miss them so much. And feel sorry to left them away,and on that time,all the things happen are just....you already late,they already gone,and they are living forever in our heart.
You miss the hugs,you miss the smile,you miss the pray,you miss ..the angels..

Bapak and Ibu....

Kamis, 05 Desember 2013

Husband & Wife #1 : LDR

Dua hari lalu,3 Desember 2013 adalah tepat satu bulan menjadi isteri dari Taufiq Wahyu Ibrahim. Aku jadi Nyonya Ilma Ibrahim dong? Lucu yah :)

Menikah itu ternyata bukan cuma soal romantisme,sayang-sayangan atau sekedar panggilan mesra. Menikah ternyata jauh lebih detail daripada itu semua. Untuk hal terkecil tentang siapa yang akan mengantar baju kotor ke laundry, siapa yang membayar tagihan TV kabel, masakan makan malam apa hari itu,apakah pasangan siap untuk melakukan intercourse,dan hingga kondom merk apa yang akan dicoba. Sungguh, pernikahan adalah sebuah penyatuan dengan begitu banyak detail yang harus diperhatikan.
Kita memang melibatkan sisi romantisme dalam perjalanan pemenuhan detail tadi. Apalagi kalau perjalanan pernikahan itu diwarna dengan terpisahnya fisik oleh jarak. Lalu keduanya bekerja dalam tempo lama tiap harinya. Telepon adalah satu-satunya alat penghubung paling logis yang bisa dijalankan.

Setiap hari selalu berbeda. Tidak pernah ada hari yang sama. Ketika pada hari itu bukan hari yang menyenangkan,tidak selalu ada pasangan yang bisa menjadi tempat curahan hati. Kemudian kita tergoda untuk menelepon dan mencurahkan perasaan kesal hari itu. Tapi itu akan batal terjadi. Karena saat mendengar suaranya,kita akan menahan curahan itu dan lebih mengutamakan mendengarkan suara untuk hal-hal menyenangkan. Itulah. Menjalani detail dengan kedewasaan yang dituntut tumbuh setiap saat.

Menikah dan LDR,adalah hal yang langka terjadi. Tiga minggu setelah menikah,suamiku pergi ke pulau seberang,menjemput rejekinya.

Menikah juga adalah tentang menjalani detail dengan tingkat kepercayaan yang dituntut tumbuh tiap saat.

Itulah mengapa,menikah adalah tentang pemenuhan kehidupan.

I love you,Ibrahim :)

Sebuah Hari Pertemuan Manusia

Menghabiskan sisa waktu malam di sebuah ruang pertemuan di hotel bintang 4 di Bandung. Menatap layar proyektor yang berisi baris angka dengan nominal tertentu. Yang hampir mustahil dipegang secara fisik. Ruangan berisi dua puluh empat orang ini temaram. Masing-masing sibuk dengan apa yang ada dalam isi kepala mereka. Beberapa orang meletakkan fokusnya di barisan angka di layar,beberapa orang sibuk dalam pembicaraan. Beberapa membuka media sosial. Beberapa tampak menahan kuapnya. Aku tidak melakukan apapun selain berusaha mengembalikan kedamaian antara jemari dan otakku. Agar keduanya mampu mengetik barisan kata dan rangkaian kalimat,alih-alih angka.

Satu tahun terakhir ini aku sibuk membuat susunan angka,deretan analisa,daftar peluang yang mungkin,kembali menghasilkan angka,berkutat dalam pembicaraan yang berujung pada angka. Dan tanpa disadari,saat pandangan mata tertuju pada sebuah titik didepan,maka pandangan sekitar akan melebur. Berwarna-warni tapi tak jelas ragam bentuknya.

Sebuah hari dalam jeda tanpa topeng angka,dan tanpa imajinasi palsu yang sama sekali tak dibutuhkan dalam dunia yang sudah indah.

Diluar angin dingin menggigit. Mengejar mereka yang berani berkelana. Angin adalah satu-satunya yang bisa dianggap sebagai hal yang alami disini. Angin menjadi bukti keberadaan manusia yang sebenarnya,bukan hanya rekayasa angka.

Akan ada banyak yang menentang pendapat ini. Bahwa kita mungkin membutuhkan sebuah hari dalam jeda yang pendek,hanya untuk mengakui bahwa kita sedang hidup di bumi,dibawah langit,dikolong angkasa. Bahwa kita tidak perlu terlalu banyak menghabiskan waktu anugerah ini untuk berkutat dalam bayangan eksak ciptaan manusia. Sebaiknya,kita lebih banyak menghitung bukti keindahan kehidupan yang tak terhitung. Hanya untuk menyadari. Hidup kita jauh lebih besar daripada angka. Dan kasta.

Sabtu, 02 November 2013

Enam Jam Menuju Pelaminan (2)

Ingin rasanya aku tidur disamping ibu dan bapakku dan mbah utiku. Ingin rasanya bilang aku tidak pernah ingin jadi dewasa dan menikah. Ingin rasanya aku pergi ke gunung dan mendongak pada Tuhan di langit sana,apa aku bisa jadi anak lagi. Apa aku bisa tetap berada disebelah orang tuaku sampai Tuhan memanggilku kembali.
Ingin aku terus berada disini,jadi anak kecil yang nyaman.
Ingin aku tidak membesar.
Ingin aku tidak pergi dari sini....

Enam Jam Menuju Pelaminan

November 3 2013 di penghujung waktu. Dalam enam jam kedepan,aku akan mengingat janji dihadapan Tuhan dengan saksi adalah orang tuaku.
Usai sudah perjalanan pencarian wadah tulang rusukku. Selesailah perjalananku sendirian,dan dalam enam jam kelak,aku menjadi sebuah kesatuan. Berjalan dimuka bumi hingga berakhir dihadapan maut dan semoga surga menjadi rumah masa depan kami.
Terima kasih bapak,ibu dan mbah uti yang sudah menemani 28 tahunku di bumi dengan kasih yang luar biasa. Terima kasih Tuhan untuk merawatku meski aku kadang durhaka. Terima kasih tak terhingga untuk semua nikmat yang sering kusepelekan.
Kini waktunya aku menjalani perjuanganku yang baru.
Welcoming Taufiq Wahyu Ibrahim. Suami,sahabat,partner dan imamku.

Jumat, 25 Oktober 2013

Sulitnya Memahami

Malam ini saya masih duduk di ruang kubikel saya. Waktu menunjukkan pukul 22.00. Sejam yang lalu bos saya beserta isteri sudah pamit pulang. Tinggal terdengar suara mas OB menyalakan penyedot debu. Lalu ada seorang teman dari divisi legal sedang melakukan sesuatu di kubikelnya sendiri.

Apa rasanya sekarang?

Seharian ini saya berkutat payah dengan emosi. Pengendalian emosi. Sedari pagi saya sudah menjadi santapan orang. Saya menjadi korban dari beberapa orang. Dan saya memakan apa yang mereka keluarkan. Saya merasa lelah. Saya pergi ke kota Jababeka. Melakukan beberapa kegiatan yang menguras emosi di hari pertama menstruasi saya. Sungguh melelahkan.

"Sometimes you wanna go when every body knows your name"

Saya lelah as information. Saya tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi dalam hidup saya sekarang. Minggu depan adalah hari pernikahan saya. Pekerjaan saya semakin absurd karena entahlah, job description saya,seperti namanya, semakin tidak terprediksi dan saya tidak bisa mengukur performansi saya sendiri.

Saya sangat ingin menangis,meski saya tidak tahu mengapa saya ingin menangis.

"This is too good to be true"

Saya ingin sekali membuat ini semua semakin simpel.

Suka atau tidak - katakan
Ingin ketemu   - undanglah
Merindukan - panggillah
Ingin sesuatu - nyatakanlah
Ingin penjelasan - tanyakanlah
Ingin paham - jelaskanlah
Mencintai - katakanlah

Tapi sulit sekali memahami rule paling simpel itu

"Thank you for being afraid"

mmmmm.....

Just Do It Yourway...

Anyway...



Rabu, 23 Oktober 2013

Mencoba Jalan Berbeda

Aku tanya. Berapa lama kamu bakal hidup ? Kira-kira aja sih. 20 tahun? 30 tahun? Oke,30 tahun.

Sejak hari ini sampai 30 tahun insya Allah itu sisa waktumu di bumi ya.

Trus mau buat apa?

Masih jadi diri kamu yang sekarang? Yang masih terlalu peduli dengan asumsi orang,perasaan orang dan pendapat orang? Mau coba jadi orang yang berpotensi dianggap jahat tapi sebenarnya aslinya baik ga? Baik kalau ga dipandang secara norma manusia yang picik.

Mau terus menerus memperbaiki diri demi orang yang mungkin tidak terinspirasi sama sekali untuk memperbaiki diri seperti kamu berusaha?


Kita coba jalan lain. Sekali-sekali. Toh pembunuh paling sadis sekalipun,masih ada yang mau doain kok pas dia ditembak mati.

Kamu punya orang tua yang kamu sayang. Kamu wajib berbakti pada mereka sepanjang sisa usia kamu. No matter what. Baik orang tua atau mertua.
Kamu punya adik, baik adik kandung atau ipar. Kamu juga wajib santun pada mereka sepanjang sisa usia kamu. No matter what.
Kamu punya saudara,yang mengenali kamu. Kamu juga harus sesekali mendatangi mereka. Kalau dimungkinkan.

Dan jalan lain itu, kamu harus hidup sesuai keinginan dan kebutuhan kamu,once for a lifetime. Kamu tidak mendurhakai siapapun, tapi kamu memiliki satu waktu dimana kamu hanya mementingkan diri kamu sendiri.

Orang mungkin takut menua dan mati sendirian. Tidak, kalau kamu hidup di sebuah panti jompo yang didesain sedemikian rupa seperti rumah sendiri dan keluarga sendiri. Kamu dirawat, disayang dan diperhatikan, melebihi apa yang keluarga kamu bisa lakukan. Ya syaratnya kamu harus punya uang.

See? Orang tidak bisa begitu saja mengikuti norma,dan menjalani hidup dalam hidup orang lain. Mengiyakan apa yang orang lain mau, bahkan termasuk keluarga dan pasangan. Setiap orang berhak untuk menjalani hidupnya sendiri. Dan jangan mengatasnamakan ketakutan akan menua dan mati sendiri sebagai dasar untuk membentuk keluarga.

Jangan pernah berkunjung ke rumah orang tua saat cinta sedang tenggelam. Jangan pernah mendatangi saudara saat hatimu sedang tidak berkenan. Lakukan saat kamu benar-benar menginginkan. Tidak akan ada saat dimana kamu tidak ingin. Karena dasar dibentuknya manusia adalah dari cinta. Maka hakekat itulah yang akan membuatmu menginginkannya.

Carilah dulu cinta dalam hatimu. Bahkan kalau kamu harus membatalkan atau menghancurkan ikatan demi apa yang kamu yakini.

Jalani itu.


Silakan.

Hari ini aku mencoba jalan yang berbeda, karena usiaku tidak akan selamanya.


Minggu, 20 Oktober 2013

Who Am I (2)

Dan masalahku adalah:
1. Aku adalah orang dengan threshold kebosanan yang sedikit tinggi rendah dibanding orang lain. Maksudku, aku adalah pembosan. See me, watch me. Aku duduk di meja dengan laptop bagus,lemari,kursi dan kubikel nyaman,kopi,teh,susu,jahe,nutrisari,buah semua ada. Dan aku bosan. Bosan atas apa ? Karena aku tidak punya bisa bekerja tanpa ukuran. For example now. Aku tidak tahu kemana arah perusahaan ini. Saat kita semua sedang bersiap untuk fitur A, mendadak semua orang merubahnya menjadi fitur B dan riset atas fitur A dihentikan.  Aku beralih lagi untuk riset Hospitality Industry, saat aku sedang akan memulai riset di kawasan industri. Itu contoh. Dan aku tidak tahu harus berbuat apa.

2. Aku tidak bisa fokus karena aku bosan.

3. Aku tidak bisa bergairah karena aku bosan.

4. Aku tidak bisa bekerja karena aku tidak tahu arah yang dituju dan bagaimana aku bisa membantu mencapai arah tadi.

5. Dan selanjutnya, who Am I? Karena aku tidak bisa bekerja dengan level kebingungan dan santai semacam ini.

6. Dan Who Am I, karena aku bisa bekerja di situasi cepat yang berarah.

Oh Who Am I....................


Who Am I (1)

Been trough a lot.
Aku rasa ada yang berubah drastis di hari-hari sekarang.
Thank to God bahwa aku masih mengingat banyak keringat yang sudah dihasilkan di masa-masa dulu.
Aku kilas balik sebentar. Ketika saat aku masih kuliah,aku menjadi jurnalis di pers fakultas. Rumahku berjarak 30 km dari kampus,dan aku melewatinya setiap hari. Kehidupanku dimulai pada pukul 5 pagi saat Mbah Uti sedikit menggedor pintu kamar untuk sholat Subuh,dan berakhir kira-kira pukul 9 atau 10 malam. Aku menjadi jurnalis, aku menjadi asisten lab pemrograman, aku kuliah dan aku masih memiliki waktu untuk melirik kakak-kakak senior yang ganteng.
Lalu pada semester berikutnya,aku sudah bekerja menjadi administrator warnet. Yang jarak tempuh dari kampus ke warnet tersebut adalah 35 km. Aku juga didapuk menjadi pemimpin redaksi. Dan masih berada di lab sebagai asisten. Yang kuingat kemudian, pada semester akhirku, detikcom menjadi pelabuhan terakhir masa kerjaku sembari aku menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata di kota pasca gempa Jogja 2006. Aku mengingat 4 tahun itu sebagai tahun yang sangat menyenangkan,meski melelahkan secara fisik.

Been trough a lot.

Saat lulus,cita-citaku cuma satu. Aku ingin berkeliling Indonesia. Aku melamar menjadi wartawan dan menemukan fakta bahwa menulis dengan tenggat waktu,adalah pembunuhan. Aku tidak menginginkan hobiku menjadi pekerjaanku dengan tenggat waktu dan atasan. Ough.
Lalu pintu rejeki terbuka. Aku menjadi engineer. Berkeliling Indonesia dalam hitungan hari. Menghabiskan sisa kesabaran untuk berhadapan dengan atasan yang notabene adalah warga asing Cina. Dengan rekan-rekan kerja yang juga warga asing dengan watak dan karakter yang melelahkan. Berhadapan dengan kota-kota asing dengan hitungan jam adaptasi kemudian setelahnya ditinggal pergi. Dan tentu saja bertemu dengan orang tak dikenal setiap saat. Melelahkan,tetapi setiap pekerjaan yang dilakukan setiap hari adalah terukur,dan terlihat.

Been trough a lot.
Aku berharap aku bisa menjadi normal. Normal dalam kriteriaku saat itu adalah menetap. Memiliki meja. Berkumpul bersama teman. Bermain. Memiliki kehidupan sosial disebuah kota. Tuhan memang Maha Baik. Doa-doaku selalu terkabul. Aku kemudian beralih menjadi wanita pekerja kantoran. Tersebut tersemat memiliki jabatan Controller, Supervisor, Manager apapun itu.

Aku mulai memiliki waktu untuk beradaptasi.
Aku mulai memiliki mejaku sendiri.
Aku mulai memiliki waktuku.
Aku mulai memiliki jam kerja eight to five.
Aku mulai memiliki rute perjalananku sendiri.
Aku mulai memiliki apa yang ingin kulakukan.
Aku mulai memiliki harapan yang dulu baru sebatas Doa.
Dan disitulah masalah dimulai.

Pada hari-hari aku mengawali karirku sebagai wanita karir dibelakang meja. Setahun lalu. Aku beradaptasi dengan sangat lambat pada tugas-tugas kantor. Aku bersemangat melihat dan mengatur mejaku. Namun itu hanya berlangsung selama satu bulan. Kemudian di hari-hari selanjutnya,mataku meredup. Aku mencoba membuat to-do list seperti saat aku menjadi engineer dulu. Aku mencoba memenuhi listku karena biasanya membaca list membuat adrenalinku berkejaran untuk menyelesaikan list tadi. Aku mencoba mencintai rutinitas. Aku mencoba menemukan percikan. Dan aku amat sangat takut mengakui bahwa aku gagal.

Lihatlah To-Do List ku saat aku menjadi engineer selama 4.5 tahun.

Monday January 2010
- Call pak Agus Jember,koordinasi peletakan perangkat
- Call pak Wiryo,koordinasi power Telkom Jember
- Laundry
- Bayar hotel
- Ke Pantai Papuma,motret
- Nulis
- Call subkon,cek pekerjaan
- Perangkat On di NMS , buat label lambda
- Koordinasi cross connection with Tim JVBB
- Cek FOL

Status : Checked all. Done

Lihatlah To-Do List ku saat aku menjadi pekerja dibelakang meja

Monday 21 Oktober 2013
- Buat list hotel bintang 3-5 calon market Jakarta, Bandung,Bali,Lampung,Medan
- Buat hitungan investasi
- Buat draft game publisher

Status : Unchecked all. Not Done Yet.

Saat aku mulai lupa bahwa aku pernah berharap atas kehidupan seperti ini. Aku bersyukur bahwa

I've Been trough a lot. But..
Who Am I? Life and live once should be more interesting than this rite?  We have possibility to make it rite?

Jumat, 27 September 2013

Penting Jadi Baik

Hidup di bumi maksimal 100 tahun di angka, ga lebih dari 20 persen manusia bumi yang bisa lebih dari itu. Kalau menurut asuransi jiwa, jam terbang manusia maksimal 99 tahun. Kalau menuruti usia Nabi, usia hidup 63 tahun. Kalau menurut ketentuan Allah, ya walaupun ga tahu umur kita itu berapa, ya maksimal 100 tahun itu..Wallahualam juga.

Jadi sebenarnya kalau manusia memutuskan berbuat jahat, kemungkinan besar kejahatan dia akan ranum di bumi tidak lebih lama dari 100 tahun.

Apakah penting menjadi orang jahat jika waktu yang dimiliki "cuma" 100 tahun?

Menjadi jahat itu mudah. Saat ada rasa bahwa "ini tidak adil" atau "kamu menghina sekali" atau "dia memfitnahku", akan mudah bagi kita untuk membalas dengan hal serupa. Membalas dengan menjadi jahat. Ikut memfitnah kembali, ikut membicarakan keburukan orang lain didepan komunitas, bertindak narsis didepan pimpinan. Itu adalah jahat,dan sangat mudah dilakukan.

Tapi apakah itu penting? Pentingkah untuk kemudian membalas fitnah dengan fitnah. Membalas hinaan dengan hinaan, membalas ketidak adilan dengan sikap buruk ?

Jawaban sesuai buku agama adalah, tidak penting.

Jawaban sesuai nafsu adalah, sangat penting.

Jawaban sesuai hati nurani, tidak penting.

Tidak apa kita dihina, difitnah dan diperlakukan tidak adil.
Ada kalanya itu adalah ujian. Karena bagaimanapun,logikanya adalah :

Saat ada orang berlaku tidak adil, adalah karena orang yang berlaku demikian takut ketika kita diperlakukan secara adil,yang terjadi adalah kemampuan kita akan melampaui dirinya. Itulah dijadikannya sekat ketidakadilan untuk menjadi penghalang langkah kita.

Saat ada orang menghina, artinya ia tidak punya pekerjaan lebih penting daripada menghina orang lain.

Saat ada orang memfitnah kita, logika perlakuan tidak adil adalah sama disini. Fitnah dianggap bisa menghadang jalur langkah kita supaya tidak lebih maju darinya.

Bagaimana kalau yang melakukan semua itu adalah orang yang memiliki pengaruh di komunitas?

Tidak apa. Logikanya, apa yang dia ucap,akan kembali padanya. Dalam waktu singkat,atau lambat.

Begitulah, mengapa penting jadi baik.

Jika engkau diperlakukan sedemikian rupa ditempat kerja saat ini, tengoklah bahwa dengan ilmu yang kau peroleh dari sana, akan membawamu pergi ke tempat yang tidak terjangkau oleh orang yang ada disana. Jika engkau diperlakukan sedemikian keji ditempat tinggal, ingatlah bahwa azab Tuhan sangat pedih.

Pentinglah untuk jadi baik.

Mulailah hari ini.

:)

Kamis, 12 September 2013

Rumi Said

Hari ini, seperti hari lainnya, kita terjaga dengan perasaan hampa dan ketakutan. Namun, janganlah tergesa melarikan diri dari kenyataan pahit ini dengan pergi berdoa atau membaca kitab suci. Lepaskan semua tindakan mekanis yang berasal ketaksadaran diri. Biarkan keindahan Sang Kekasih menjelma dalam setiap tindakan kita. Ada beratus jalan untuk berlutut dan bersujud kepada-Nya.

Selasa, 10 September 2013

Belajar Dulu Baru Pinter

Sekarang lagi getol belajar ini :

Kemudian ini :

Huahahahahahahahahahahhahahah....bisa ga yaa ahahahahahhah

Kemudian ini :
Belajar pakai HIJAB bukan cuma KERUDUNG!

Kemudian ini :

Merawat wajah itu HARUS!

Lalu ini :
Bisnis toko buku online

Daaan ini :

Ilmu itu sumber kecerdasan alami.

Jangan males belajar yeee


Siap Berubah

Make up adalah proses membuat. Membuat yang serupa A menjadi B. Atau membuat perubahan.  Menikah adalah proses berubah, dari sendiri menjadi berdua. Menikah juga memakai make up. Simbol bahwa pada hari itu,semuanya berubah. Secara fisik adalah wajah. Menjadi ratu sehari. Merubah diri menjadi permaisuri raja. Merubah hati untuk memiliki imam. Dan selamanya akan berstatus sebagai ratu seorang raja. Makmum seorang imam. Make up,adalah perubahan.

Kalau tidak berubah,tidak pernah hidup.

Siaplah untuk berubah.

Apalagi kalau berubah jadi lebih baik. :)

Atau lebih cantik. Lebih dewasa. Lebih unyu. Hahahaha

Siapa takut.


Semua Selalu Tepat Pada Waktunya

Dulu ga pernah percaya sama pernyataan diatas. Yaiyalah. Gimana kita bisa tau. Dasarnya manusia yang ga sabaran dan udah mikir ga enaknya duluan,makanya pernyataan diatas kayak impossible banget.

Tapi. Tapi. TAAAPII. Itu salah.

Seandainya manusia bisa lebih sabar dan tetap mikir bahwa Tuhan akan selalu menetapkan segalanya pada waktunya, pasti ga akan ada manusia sembrono dan suka galau seenaknya. Jangan selalu pakai logika. Meski waktu adalah zat yang ga nampak, ga semua hal yang ga nampak itu ga eksis.

Aku membuktikan pernyataan diatas.

Dulu medio 2009,aku pengen banget nikah dengan seorang pria dari Jawa Timur. Beuh,itu pengennya sampe bikin orang tua bingung. Posisiku waktu itu masih as a nomaden engineer. Dan dia di Surabaya. Kebayang kan gimana rungsingnya hubungan yang sudah jelas ga paten itu?Trus pengennya adalah stay di Jogja. Hahaha,kalo inget itu,ketawa sampe pengen pipis deh. Mati-matian diperjuangin,akhirnya putus juga.

Lalu ketemulah dengan calon suami sekarang. Kasusnya sama. Cuma kali ini,ga banyak harapan. You know, menghindari patah hati. Jadi dia juga kerjanya berpindah-pindah. Nomaden. Sering resign. Sering diluar Jawa. Aku juga begitu. Baru resign. Menyusun kembali karir di lokasi baru. Tidak sekota dengan si dia.
Bingung setengah mati kalau ditanya gimana kalau nikah nanti. Bayangannya cuma satu. Nikah dan pisah kota. Nikah dan usaha kotanya deketan. Nikah dan entahlah bagaimana.

Tapi berhubung pengen melangsungkan pernikahan. Melegakan orang tua. Ibadah menyempurnakan separuh agama, ya diniatin. Walau uang mepet. Keadaan tidak memungkinkan untuk menabung karena saking seringnya pindah kerjaan. Suer,awal tahun lalu saat ide menikah ini digulirkan, kami tidak tahu apa yang harus dilakukan karena keadaan ini. Dan saat prosesi lamaran pun, kami tidak tahu akan bagaimana keadaan ini.

Tapi betul-betul keajaiban Tuhan. Allah itu Maha Baik. Meski kami sudah terlalu banyak dosa,tapi Allah tetap baik pada kami dan mencukupkan semuanya buat kami.

Percaya ga percaya.

Iya,kami masih kekurangan uang, tapi entah,kami tidak khawatir dengan kekurangan uang di masa depan.
Iya,kami belum punya rumah dan belum ada bayangan dimana rumah permanen kami nanti.
Iya kami belum punya bayangan tentang bagaimana rasanya membentuk keluarga.

Tapi aku yakin,satu per satu pertanyaan diatas akan terjawab pada waktunya karena :

Saat aku ragu tentang bagaimana kami menyatu, Allah membuka rejeki kami dengan membuat aku pindah menetap di sebuah kantor yang sudah lama aku ingin bekerja didalamnya,menetap dan tidak ada kemungkinan nomaden lagi. Lalu saat aku ragu bagaimana aku bisa serumah dengan suamiku,Allah membukakan kembali pintuNya dan membuat calon suamiku kini bekerja menetap di kota yang sama denganku.

Saat aku akan menikah, orang tuaku telah siap karena adikku juga sudah hampir menyelesaikan pendidikannya. Orang tuaku sedang dalam puncak karir mereka di usia baya.

Saat aku akan menikah, teman-temanku juga sudah menikah. Sehingga aku bisa belajar dari mereka.

Saat aku akan menikah, aku merasa aku lebih dewasa dan kuat untuk berjalan jauh bersama orang asing yang akan menjadi imamku nanti.

Saat kita menuju pernikahan, Allah mengutus para malaikatNya untuk membantu kita :)

Itulah kenapa Semua Selalu Tepat Pada WaktuNya.

:)

Jalani saja. Quote dari calon suami.

Persiapan Pernikahan (1)

Wow. Hari menjadi isteri makin dekat. Hari menjalani keutuhan agama makin dekat. Hari menjadi manusia yang menyatu makin dekat. Persiapan apa aja sih?

1. Persiapan Gedung
Ini sudah dilakukan sejak akhir Maret. Gedungnya cukup murah. Seharga Rp.1.300.000. Di Museum Wayang Kekayon Yogya. Itu konon museum milik keluarga besar Roy Suryo. Ahay hahaha. Makanya puasa mencela Roy Suryo,termasuk waktu doski salah ucap lirik. Toh dia manusia. Dimaklumi lah yaa..Emang yang nyela itu hapal gitu?? Lah kok jadi ngebahas doski sih. Gedungnya cukup eksotis loh. Trus sesuai sama keinginan masa lalu buat menikah tidak di gedung tertutup.


2. Persiapan Catering dan Dekorasi
Wah ini agak mengalami hambatan. Awalnya Ibu nemu katering Lisandra yang cukup kesohor. Jadi kita sepakat untuk pakai Lisandra buat katering dan dekorasi. Penemuan ini juga terjadi pada bulan Maret 2013. Lalu sekitar sebulan lalu,Ibu mengubah rencananya dengan memesan katering ke Shinta yang terkenal enak dan riasan plus dekorasi ke Mbak Febby. Hahaha. Perhitungan berubah!! Kayak Supermen dapet panggilan darurat.

3. Persiapan Dunia Kain
Hadeeeh. Ini bener-bener bikin gila. Beli kain di Jalan Solo, panas-panas jam 12 siang. Naik motor sama ibu. Pas Puasa. Berkah banget deh. Langsung dapat. Dan saat Lebaran,dititipkan ke calon misua buat dibagikan ke saudara di tempat dia. 

4. Persiapan Rias
Kalau soal ini,saya lebih memilih ikut adat. Simpel,bisa sewa,dan berkesan. Cuma baju akadnya memang jahit sendiri buat kenang-kenangan. Kayak begini deh kira-kira baju adatnya. Kanigaran kalo ga salah namanya. Ini ilustrasi aja sih hehehe..Modelnya ga tau,ga kenal :p Oh ya,riasnya teteup ke Mbak Febby.
5. Persiapan Undangan dan Souvenir
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrgh. BELUM DISENTUH. JANGAN DIBAHAS DULU

6. Persiapan Seserahan
Hmmm. Entah kenapa pandanganku lain ya soal seserahan ini. Kan menurut adat,seserahan itu adalah simbol bahwa suami nanti akan bertanggung jawab pada isteri mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Lalu untuk isinya, di kebanyakan pengantin, adalah baju,jilbab (muslim), alat make up, seprei, sepatu,tas,baju dalaman,ya begitulah. Yang harganya bisa sampai total 10 juta. Man, 10 juta itu bukan uang yang sedikit. Buat aku, seserahan yang aku pilih bukan cuma soal simbol,tapi makna. Aku bisa beli tas,sepatu dan alat make up sendiri. Dan kemungkinan besar,barang itu tidak akan bertahan lama selama harapan perkawinan akan berlangsung. Misal,make up. Make up cuma bisa dipakai maksimal sampai dua tahun setelah dibuka. Tas , sepatu dan baju akan aus. Bagaimana kalau simbol ini diganti. Jadi si suami menjaga isterinya dengan memberikan ia ilmu pengetahuan dan simpanan. Kemarin aku beli alat mandi seharga 10 ribuan dan beberapa buku. Alat mandi bisa kupakai berdua dengan suami. Buku bisa menjaga ilmu kami tentang pernikahan. Lalu ada baju dalam, simbol bahwa seks itu juga akan menjaga rumah tangga kami. Ada sepatu,simbol aku ikut membantu suami mencari nafkah. Juga ada mukena, simbol keimanan. Itu saja.
Selebihnya,calon suamiku akan membekalinya dengan yang tidak akan aus dimakan waktu.

Berlanjut nanti...


Jumat, 30 Agustus 2013

Kegagalan Terbesar Hari Ini

Banyak orang mengutarakan bahwa rasa kegagalan terbesar mereka biasanya terletak pada kegagalan memupuk materi, jabatan atau hal tertentu. Atau bisa juga gagal membina hubungan,dengan keluarga biasanya atau dengan lingkungan kerja. Kalau gagal saya hari ini,yang terbesar adalah, gagal menemui dokter gigi.

Minggu ini adalah minggu sibuk buat saya. Saya sedang menyiapkan pembelian jalur kabel optik dan pembangunan kawasan baru. Semua dokumen harus saya buat. Termasuk dokumen perjanjian sampai teknis. Dukungan minim sekali. Karena semua orang sibuk dengan target masing-masing. Lalu ditengah kesibukan yang membuat gila itu, saya meminimalisir untuk menambah persoalan dengan berhubungan dengan orang lain. 

Teman baik saya menikah akhir minggu ini di Jogja. Sepertinya rasa persahabatan saya sering diuji saat saya sedang sangat sibuk. Dulu teman baik saya yang ada di Jogja menikah. Sementara saya ada di Surabaya. Saya harus menumpang bis yang semestinya hanya memakan waktu 6 jam, pada hari itu menjadi 20 jam karena ada truk terguling. Saya tepat waktu sampai di resepsi pernikahan teman saya. Sempat berfoto diwaktu akhir jam resepsi,dengan meminjam kebaya ibu saya. 

Hari ini saya amat lelah. Musim pancaroba yang seakan baru dimulai, membuat badan saya makin merunduk. Belum lagi setiap hari ada meeting yang membingungkan hahaha. Lalu tiket yang harganya mencekik leher. Lalu teman yang tidak kooperatif dan sangat bossy. Rasanya saya ingin memakan-memuntahkan hal-hal ini. 

Saya berjanji untuk menyelesaikan sebuah dokumen hari ini. Dan seharusnya ada meeting yang membahas hal ini direncanakan pada pukul 2 siang. Saya memiliki janji dengan seorang dokter gigi di bilangan Kuningan untuk periksa gigi. Saat saya datang ke kliniknya, saya menunggu lebih dari satu jam dan saya pulang tanpa bertemu sang dokter. Ia sedang makan siang di Plasa Senayan,dan saat saya akan membuat janji untuk temu minggu depan,ia berkata bahwa ia akan mengambil cuti dalam 2 minggu kedepan. Terpaksa saya pulang karena saya harus memenuhi meeting pukul 2. Sesampainya di kantor, teman-teman yang seharusnya meeting telah siap. Namun, sang GM masih terlihat di ruangan direksi dan memundurkan waktu meeting hingga entah jam berapa. Dan tahukah, saya seharusnya sudah berangkat ke stasiun pada pukul setengah 5 sore karena kereta akan berangkat pukul setengah 7 malam. 

Apa kegagalan terbesar hari ini?

Saya tidak merasa gagal. Banyak orang dengan tanpa memenuhi janji atau konfirmasi-lah yang telah menggagalkan seluruh rencana hari ini. 

Selasa, 27 Agustus 2013

Mimpi (3)

Saya juga sebentar lagi,jika Allah mengijinkan, saya akan melangsungkan pernikahan. Proses saya bertemu Taufiq,calon suami saya juga terbilang rumit bagi saya. Harus mengalami proses patah hati yang menyakitkan sebelum akhirnya bertemu dia. Lagi-lagi,saya mengucap sesuatu kepada angin,kali ini pada angin pantai Losari disebuah senja,tanpa ambisi. Saya berbisik,tolong jangan biarkan dia pergi. Adalah saat saya dijadwalkan harus pergi dari Makassar esok hari dan ia masih tinggal di Makassar. Kami bekerja untuk perusahaan yang berbeda. Dan kemungkinan tidak bertemu lagi adalah jauh lebih besar daripada kemungkinan sebaliknya.

Sama seperti di landasan,saya dengan tanpa ambisi berbisik,tolong jangan biarkan dia pergi.

Padahal saat itu saya bukan siapa-siapa baginya. Saya baru bertemu meski kami sering berkomunikasi via chat online sebelumnya. Dia bukan tipe pria idaman saya yang tidak merokok,tidak berambut panjang dan bukan insinyur. Tapi entah bagaimana,saya memohon tanpa harap agar ia tidak pergi dari saya.

Lagi-lagi,apa yang kita ucap tanpa ambisi itulah yang akan dipeluk Tuhan. Ambisi mungkin adalah penghalang dari terkabulnya harapan. Saya mempelajari itu.

Kini pria yang saya mohon jangan pergi pada Tuhan itu dalam dua bulan kedepan akan mengucapkan akad didepan orang tua saya,untuk menikahi saya,menjadikan saya tulang rusuknya,dan kami akan berada dalam satu bahtera yang sama.

Mimpi itu adalah bisikan tanpa ambisi. Tuhan mencintai jiwa tanpa ambisi namun berharap.


Mimpi (2)

Entah bagaimana saya tidak punya mimpi atau memang saya sudah kehilangan mimpi. Mmmmm, patetis yah.
Saya bingung membedakannya. Mimpi itu personal. Dan mimpi paling awal dari masa kecil adalah saya ingin jadi insinyur telekomunikasi seperti Om Budi. Sempat lupa dengan mimpi terawal dari fase hidup saya karena Om Budi meninggal. Om Budi adalah orang yang pertama kali di tahun 1993 memperkenalkan istilah internet pada saya. Beliau juga memperkenalkan istilah ITB , tempat kuliah bung Karno. Juga Informatika. Om Budi memperkenalkan itu semua kepada seorang anak yang masih duduk di bangku kelas 2 SD, yang tinggal di Yogyakarta, tidak tersentuh teknologi tinggi, dan hidup di lingkungan yang sederhana, sesederhana keluarga guru SD bergaji kecil. Beliau juga memperkenalkan tas ransel merk Alpina yang sangat saya banggakan karena pada jaman itu,masih sedikit orang yang memakai tas ransel,apalagi wanita. Sejak itu,saya ingat, saya ingin menjadi seperti Om Budi. Bekerja sebagai insinyur internet,saya sebut begitu. Om Budi bekerja di Indosat, dan pada tahun keduanya, perusahaan muda itu mengirimkan Om ke Amerika untuk membeli perangkat microwave. Om Budi yang lulusan ITB itu adalah sosok paling cerdas dalam versi saya. Yang kedua adalah bapak saya, karena saya tidak tertarik menjadi guru.

You know what. Ada mimpi yang terus dikejar. Ada mimpi yang terus diulang tanpa sadar didalam hati. Dan ternyata, apa yang menjadi mimpi tanpa ambisi itu akan didukung oleh semesta. Konsep ini saya pahami beberapa tahun lalu.

Saat saya lulus kuliah dan belum wisuda, saya menghabiskan satu hari di dekat landasan pesawat. Mengatakan dengan tanpa ambisi,bahwa saya ingin bepergian terus memakai pesawat,berkeliling Indonesia,dan gratis. Saya juga ingin bekerja disebuah operator telekomunikasi yang memungkinkan saya menjadi insinyur internet. Saya ingin membuat desain di sebuah operator telekomunikasi,memungkinkan saya berkeliling dunia dengan gratis,menuliskannya,dan menjadi anak yang membahagiakan orang tua saya.

Hehehe,lucunya,saya saat itu bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukan demi keinginan tadi. Maka saya menghapusnya. Tidak pernah mengingat lagi karena tahu ucapan saya di tepi landasan pesawat itu mungkin ditelan angin.

Eh ternyata tidak. Ada kalimat yang jika diucapkan tanpa beban meski itu adalah harapan, bisa berbuah kenyataan,walau butuh waktu. Saya ingat betul saya ucapkan keinginan saya diatas tadi tanpa gebu yang biasa mengiringi orang-orang yang bermimpi. Tanpa ambisi. Tidak tahu tangga yang harus dilalui.

Ternyata kalimat tadi didengar Tuhan, diserap alam.

Perlahan pintu bagi saya menjadi insinyur terbuka. Buat sebagian besar teman saya,adalah hal yang tidak mungkin menjadi insinyur di bidang telekomunikasi. Lalu kesempatan untuk berkeliling gratis ke Indonesia juga dijalan yang sama. Dan melalui jalan yang sedikit menanjak,saya juga memasuki posisi yang saya inginkan.

Maka,mimpi itu personal. Mimpi itu bukan tentang kehebatan seseorang. Ia adalah pencapaian personal. Buat saya, "wah hebat dia bisa menjadi ini itu". Ya karena dia punya mimpi. Dan sang pemimpi tidak boleh berkata "Ini lho aku, hebat ya bisa memenuhi mimpi". Ya karena mimpi itu personal. Tidak ada persaingan dalam hal ini. Saya yang bermimpi, dan bagaimana pencapaiannya,adalah berbeda dengan mimpi orang lain dan bagaimana mereka mencapainya.

Mimpi yang terwujud mungkin adalah mimpi yang kita ucap tanpa harap dan melepaskannya begitu saja ke udara. Kita tidak pernah tahu,mana mimpi yang dipeluk Tuhan dan dirawat semesta sampai waktu tiba.

Milikilah mimpi, setiap detik.

:)

Tidur yuk.

Mimpi (1)

Seumur hidup saya belum pernah mengejar mimpi saya. I swear. Saya akan mengaku saya adalah orang yang mungkin tidak punya mimpi.
Saat anak-anak SD lain ditanya ingin jadi apa, saya tidak pernah menjawab apakah saya ingin jadi guru,dokter,insinyur. Tidak sama sekali. Saya mencoret profesi guru karena saya tidak mampu menjadi seperti orang tua dan kakek saya yang adalah guru SD. Dan mengajari anak SD pastilah butuh sesuatu yang sangat besar,mungkin disebut kesabaran. Lalu apa cita-cita saya waktu SD? Menulis novel. Saya punya buku besar yang saya isi dengan lembaran cerita karangan saya. Saya juga selalu dapat nilai bagus kalau soal mengarang, diluar fakta apakah saya memang "Berlibur ke Rumah Nenek" atau "Pergi ke Gunung", saya selalu bisa meyakinkan bu guru bahwa saya memang pergi mengunjungi tempat yang saya sebutkan dalam karangan. Faktanya, saya memang tinggal dan termasuk berlibur, di rumah nenek. Dan saya memang pergi ke gunung, karena saat itu bapak sedang punya bisnis dengan temannya,perkebunan jamur di gunung.

Ada sangat banyak orang menulis di blog mereka tentang mimpi mereka,dan bagaimana mereka mencapai mimpi itu. Ada orang bermimpi sekolah di universitas tertentu, ada yang sekolah ke luar negeri, ada yang menulis novel, ada yang menjadi PNS, dokter, dosen. Banyak.

Saat SD, saya tidak bermimpi menjadi apa. Saya punya terlalu banyak imajinasi tentang dunia yang ingin saya layari. Sampai SMA, keinginan terbesar saya adalah melayari dunia. Berjalan-jalan ke belahan dunia lain. Saya tidak punya keinginan untuk kuliah di tempat tertentu seperti kebanyakan teman saya yang lain. Saya tidak punya keinginan menjalani profesi tertentu.

Saya cuma ingin menulis dan bepergian. Saat saya lulus kuliah, saat banyak teman saya berbondong-bondong melamar menjadi PNS dan mengajukan beasiswa ke luar negeri, saya justru sedang duduk di halaman rumput dekat landasan pesawat di bandara kota saya. Saya melihat pesawat lalu lalang. Saat itu saya masih ingat keinginan saya untuk melayari dunia.

Saya mungkin tidak pernah punya mimpi. Saya tidak punya mimpi untuk menjalani profesi tertentu, tidak punya mimpi menjadi PNS, mimpi kuliah ke luar negeri, mimpi menjadi istri, mimpi menjadi ibu. Saya tidak pernah punya mimpi seperti mimpi yang dimiliki orang lain.

Saya cuma ingin melayari dunia.


Selasa, 13 Agustus 2013

Kamis, 08 Agustus 2013

Checklist Sejauh Ini

Di usia saya yang belum genap 28 tahun ,yang tinggal sebulan lagi, saya sudah paham beberapa poin penting untuk menjadi catatan dalam memutar roda hidup.
Diantaranya :
1. Keluarga bahagia adalah segalanya. Bahagia berarti sehat jasmani dan rohani. Dan hal ini tidak bisa dibeli dengan uang. Keluarga bahagia melandasi segala hal yang akan menghasilkan bahagia,vice versa. Peran ayah dan ibu,kesadaran mereka menjaga ego,emosi dan pola kasih sayang menentukan anak keturunannya kelak.
2. Uang bukan segalanya,tapi dengan uang,banyak hal jadi jauh lebih mudah dan indah.
3. Tugas pokok manusia tidak hanya satu. Ia mengemban tugas sebagai anak yang dilahirkan orang tuanya,seberapapun tuanya ia,selama ia hidup,ia tetap harus membaktikan diri. Selain itu,ia mengemban fungsi sosial saat ia duduk memegang amanah dalam pekerjaannya. Ia sebagai pasangan. Dan terakhir,ia sebagai orang tua.
4. Akhirat adalah satu-satunya tempat berlabuh dan beristirahat yang paling akhir sekaligus terpenting. Poin ke 1 sampai 3 adalah sarana mengumpulkan bekal untuk akhirat. Semua yang masuk dan keluar,ditujukan ke hilir yang sama,keselamatan di akhirat.

Senin, 29 Juli 2013

Ajaib

:)
It is unusual post.
I started my writing with smile.

Hari ini ada berita. Buat sebagian besar orang,disebut musibah. Buat sebagian lagi,ujian. Sebagian lagi,cobaan. Buat saya,keajaiban.

Orang tua saya baru saja melepaskan uang senilai 150 juta untuk orang yang mengaku berasal dari Brunei dan sedang menggalang amal.
Bapak saya dihipnotis. Oleh orang berjenggot,bertampang arab,mengaku muslim dan menyedot uang tabungan bapak,di bulan dimana kata Tuhan, setan diikat erat di neraka.
Kemudian saya sebut keajaiban.
Karena banyaknya rasa yang didapat.

Siang tadi,ibu menelepon dari nomer rumah. Jam yang tidak semestinya.
Saya tahu telah terjadi sesuatu.
Ibu menangis. Saya menebak saya kehilangan siapa. Ibu berkali menyebut nama bapak,dan seketika saya bilang pada Tuhan "saya ga siap jadi anak yatim".
Ibu bilang "bapakmu habis ketipu"
Hati saya bergumam Alhamdulillah. Karena saya cuma kehilangan uang. Bukan keluarga saya.

Lalu ibu menangis. Bercerita bahwa seluruh tabungannya habis dikuras oknum hipnoter tadi. Termasuk ia bilang,uang pernikahan saya.

Saya tenang,saya merasa uang itu milik Tuhan. Kesanalah mereka akan kembali. Saya ikhlas seperti orang selesai pup.
Tapi yang membuat saya menangis adalah mengingat orang tua saya dan kerja keras mereka. Bagaimana uang itu akan dipakai untuk bekal haji, kuliah adik dan pernikahan saya.
Tapi saya berpikir lagi. Uang bukan milik mereka. Once Tuhan mengutus seseorang mengambil uang kami, Tuhan telah mengaturnya. Again,sesuai ayatNya bahwa tidak ada yang terjadi tanpa ijinNya.

Saya buru buru beli tiket pesawat. Pulang,tanpa bawa bekal mudik seperti biasa.
Saya merasa,sekali Tuhan memberi masalah, itu akan sepaket dengan jalan keluarnya.

Saya merasa sangat kuat,kokoh,tidak akan mundur dan merasa kaya.

Buat saya,ini keajaiban. Karena kejadian ini membuat saya bisa berkumpul bersama keluarga saya di 10 hari terakhir Ramadhan. Bahwa saya bisa berdiri kokoh didepan orang tua saya dan sudah waktunya bagi saya untuk berbakti. Membantu mereka, membantu adik saya,dan mengurus pernikahan saya.

Saya merasa ajaib karena disaat saya seharusnya marah,tapi saya tidak marah. Saya merasa,uang itu akan kembali pada orang tua saya. Atau mungkin sedang kembali pada mereka.
Mereka sehat, bekerja dan memiliki posisi bagus dalam karir mereka,mereka punya rumah yang kokoh,mereka punya anak yang sudah besar,mereka sudah terdaftar di jamaah haji,mereka tidak perlu mengalami hal yang buruk diusia mereka. Mereka punya iman dan Tuhan.
Kehilangan, kami tidak pernah benar-benar kehilangan :)

Selasa, 23 Juli 2013

Past Hole

Tonight,I set up my room.
I open some old bags
Found some birthday gifts in the past years from friends of mine,some birthday cards from them,read it and I put some smiles tonight.
I found a small pinky envelopes,I guest it is a birthday greeting card from one of friend,I open it up.
And some butterflies suddenly fly and play in my stomach.
The small love letter from a man who left me years ago.
I cry,I dont know why.
A past dark hole sleep in my bag under my bed for years.

Sabtu, 20 Juli 2013

Perang Gen

Hari ini aku sariawan di lidah. Ga penting ya diceritain haha..tapi itu nyeesek banget karena Betadine kumur pas abis tadi pagi.
Judul post hari ini adalah Perang Gen. Orang tuaku mungkin memulai hidup baru mereka(menurutku) di usia 50. Saat sekarang, mereka sedang dalam puncak karir. Anak pertamanya,which is aku, sudah lama merantau yang berarti beban dana mereka berkurang satu. Adekku, sudah masuk masa KKN. Mereka punya rumah tinggal yang cukup lega, punya kendaraan yang memungkinkan tidak membuat kehujanan dan kepanasan, dan anaknya sebentar lagi akan menikah. Kalau Allah berkenan sih, semua yang disebut diatas sedang terjadi. Menurut aku sih , hidup orang tuaku yang baik (buat aku hidup mereka sangat baik) karena kombinasi tepat antara bapak dan ibu yang pintar..bapak yang pintar,santai,agak pelit,kepo tidak pada tempatnya..cocok dengan ibuku yang murah hati,hemat,pintar,tidak santai,supel,dan kepo pada waktunya.  Entah bagaimana kombinasi itu terasa janggal pada masa aku dibesarkan,tapi itu terbukti membuahkan hasil setelah puluhan tahun mereka bersama. Lalu sistem imun iman bapakku yang rasanya sulit dipahamiku. Bapakku adalah orang yang membaca buku tentang Tuhan, menyibak misteri alam, mengulasi Al Quran, jarang menceramahi orang, pintar membuat puisi,dan dirumahnya tidak terdapat buku motivasi,buku self help,buku how to membuka rizki,dan lainnya. Entah bagaimana otaknya bekerja untuk tetap menyaksikan dunia berputar. Ia lebih tertarik membeli handycam palsu bikinan cina hanya untuk ia bongkar. Dan bicara padanya seperti kita harus benar benar membuka diri karena apa yang akan ia bilang,adalah mengembalikannya pada kita. Efeknya,tenang,bingung,galau. Beda dengan Ibu. Ia tidak suka membaca. Ia lebih suka,kalau harus membaca,buku pelajaran. Bapak dilahirkan sebagai orang pintar sejak lahir. Ibu lahir dengan kepintaran karena belajar. Ibu orang yang sangat bisa menuntun orang lain. Ia bisa dengan sangat logis menunjukkan langkah penyelamatan diri dari patah hati kronis. Hal yang biasa dihadapi pakai perasaan, dengan Ibu,semua jadi masuk akal. Maka lebih tepat bila ingin menangis,datangi bapak. Ingin solusi,datangi Ibu. Bapakku orang yang sangat tidak sabar,ibuku sebaliknya. Bapakku orang yang bisa pesimis,ibuku sebaliknya. Bapakku tidak bisa mengolah peta,ibuku bisa. Bapakku tidak peduli soal uang,ibu peduli. Bapakku orang yang suka bekerja membereskan rumah,tapi sangat konyol dalam hal rumah tangga,ibuku menutupinya. Bapakku bisa sangat marah dan suaranya menggetarkan,ibuku bisa sangat diam. Bapakku mudah tertarik hal baru,ibuku nyaman dengan zonanya. Bapakku konsisten,ibuku mudah beralih. Bapakku suka kegiatan spontan,ibuku teratur.
Masih ada ribuan list perbedaan keduanya. Dan menurutku mengapa mereka masih bersatu hingga hari ini adalah karena keduanya berbeda.

Aku, adalah produk keduanya. Meski sampai hari ini pun aku tak tahu gen siapa yang mendominasi aku.

Kadang aku juga bertanya,apa yang ada dalam darahku yang berasal dari bapak atau ibuku. Sepertinya kedua gen ada dalam darahku, salinh berebut dominasi dan jadilah aku dengan kombinasi sifatku yang aneh.

Kadang aku merasa aku seperti bapak. Tidak sabar, unplanned,tidak bisa baca peta, suka membaca,suka menulis,tidak pandai bersosialisasi,suka bercanda,boros,tidak tahu cara mengurus rumah tangga,tidak termotivasi,perhatian mudah teralih,sering pakai perasaan dan tampaknya aku mirip bapak..hingga suatu hari aku sadar,aku mirip ibu saat aku terlalu khawatir,mengandalkan logika,bisa supel tiba-tiba,serius,suka belajar,bisa mengatur hidup,bisa membuat rencana dan punya ambisi.

Kemungkinan besar kalau perang gen dalam darahku bisa kudamaikan, aku akan memiliki gen-gen gabungan ibu bapakku dengan selaras dan menjadi aku dalam versi lebih baik.

Masih ada waktu

Hahahaha...oh btw..posting blog tanpa rencana juga nyaris mirip bapakku.

Yuklah review gen ortu kita,dan gabungkan jadi yang terbaik. Tuhan tidak mungkin menciptakan keburukan buat makhluknya.

Senin, 15 Juli 2013

Master Degree Kaum PNS

Wait, jangan tuduh aku dengan ketergesaan yang keliru. Menyebut bahwa aku adalah orang yang tidak menyetujui pola pekerja negara di negeri ini. Tidak tidak. Aku cuma sedang bergurau tentang kalian, para PNS.

First of all. Kondisi negara ini sudah diambang maut. You know what I mean. Manusia berleleran di pinggir jalan dan tanpa pekerjaan. Yang diluar Jawa, mereka masih menghabiskan hari di perkampungan sepi dan pegunungan,pantai,tambang kering dan ladang. Nelayan jarang melaut karena bahan bakar mahal. Protein tak terjangkau karena harapan memakan kedelai sudah musnah sejak harga kedelai mahal dan ternyata barang impor. Susu apalagi, kalau bukan bantuan PKK atau Posyandu, kurasa anak-anak takkan minum susu.

Jakarta dipenuhi mall. Penghijauan nihil. Meski Jokowi sedang berupaya, aku tahu dia berupaya, tapi kultur ini sudah sangat rusak. Bukan waktunya lagi memperbaiki, tapi merombak.

Yang aku heran. Setiap tahun,banyak PNS berangkat ke tanah ilmu nun diluar sana. Berbekal lancar bahasa Inggris,mereka bisa pergi kuliah menempuh S2 atau S3. Dua tahun kemudian mereka kembali.

Kita hitung. Jika dua puluh tahun lalu para PNS banyak yang dikirim keluar negeri untuk bersekolah (FYI, sejak Bung Karno, beliau sudah disekolahkan keluar negeri lho)..lalu jika ada 100 PNS keluar negeri, menempuh S2 dan kembali 2 tahun kemudian, artinya seharusnya sudah ada 100 PNS bergelar master lulusan luar negeri yang mendapat pengetahuan tambahan tentang bagaimana mengelola negara ini. Dan dua puluh tahun silam hingga sekarang, keadaan semakin memburuk. Jadi kemana 100 PNS dua puluh tahun lalu yang seharusnya saat ini belum pensiun. Dalam waktu dua puluh tahun, tidakkah mereka sudah menjadi pejabat atau menjabat sesuatu yang penting dan bisa mengubah beberapa kebijakan masa lalu?

Mengapa sekarang mall terus berdiri sementara banyak sekali PNS bergelar master dan doktor dalam bidang tata kota. Mengapa kedelai impor sementara banyak PNS jurusan pertanian disekolahkan di bidang mereka. Mengapa harga tidak bisa diatur sementara banyak sekali PNS manajemen disekolahkan ke luar negeri untuk menambah ilmu ekonomi mereka.

Mengapa sudah terlalu banyak uang negara pergi demi PNS mengejar mimpi keluar negeri, berfoto, memposting foto mereka di Facebook,meraih master, pulang, menerima gaji, dan selesai. Hanya dengan bekal kursus bahasa Inggris. Olrait. Minggu depan kita tanding ngomong nginggris.

C'mon....You must be kidding...Lakukan sesuatu!!!!

Mimpi Sejadi-Jadinya

Kamu pernah ga mimpi? Mimpi sejadi-jadinya. Mimpi yang betul-betul didalamnya kamu jadi diri kamu sendiri, tanpa inspirasi dari orang lain. Di mimpi itu, kamu terinspirasi diri kamu sendiri tanpa pengaruh orang lain. 

Berani ga?

Berani ga bermimpi selain mmmm..kuliah S2, nikah, punya rumah, mmmmm menghajikan orang tua...mmm naik ke puncak Everest....mmmm...keluar negeri...

Mimpi yang diatas adalah mimpi rasional, semua warga negara bisa meraihnya jika ia punya cukup waktu, dana dan kemampuan. 

Tapi mimpi sejadi-jadinya disini adalah mimpi yang aku sebut tadi.

Aku punya mimpi untuk keluar dari diriku sendiri.

Aku bermimpi untuk menaiki busway, merasakan kemacetan di jalanan Jakarta , merasakan situasi tertidak nyaman, membahagiakan orang tua, hingga puncaknya adalah mimpi bahwa aku meraih surga hanya dengan tindakan-tindakan yang disebut orang, tidak lazim.

Tapi itulah, mimpi sejadi-jadinya yang ternyata adalah keberanian menjalani hidup seperti adanya. 

Mimpi sejadi-jadinyalah, dan saat kita bangun tidur, kita telah ada di surgaNya. 

Bukan cuma kuliah master keluar negeri, menikah,punya rumah...

Yuk kita mimpi, jangan bangun tidur dulu yah..

Rabu, 10 Juli 2013

Ramadhan Day 1

Seharusnya diposting kemarin,tapi karena kemarin adalah hari Ramadhan tergila,maka aku tidak cukup punya tenaga untuk mengetik.

Puasa itu memang melatih kesabaran,kontinuitas,integritas,toletansi,dan ketahanan.

Pada hari pertama itu,mengikuti Muhammadiyah tentunya,aku tidak mendengar siapapun coba membangunkanku. Bahkan alarm ponsel pun tak mampu bangunkan aku.
Dan somehow,aku bangun pada pukul 4.45 tepat saat Subuh dikumandangkan.
Tak ayal,aku merebus air hingga cukup hangat,membuat susu diet pengganti makan,menuangkanny di piring,dan menghirupnya. Adzan subuh selesai,sahurku pun selesai.
Lalu aku yang masih sangat mengantuk kembali tidur,dan bangun pukul 8 pagi. Aku butuh waktu setidaknya satu jam untuk naik busway ke kantor. Jadilah aku berlari lari..
Sesampainya di kantor,banyak pekerjaan menanti,sangat banyak. You know..cuma aku di divisiku..
Diantara semua yang tidak puasa,aku cukup kuat menjalani hari itu..aku merasa aku cukup toleran pada mereka yang memang kekurangan uanv untuk makan..aku bisa merasakannya..sampai....

Sampai akhirnya aku pulang naik busway..berbuka minum air madu bekalku di busway...dan hujan sangat deras.
Aku menerobos hujan dari halte sampai kosku yang berjarak 700 meter atau satu kilo. Aku lapar,tidak punya payung,belum mengambil uang di atm,melewati para pemulung yang berteduh di terowongan,aku berbisik ditengah hujan
'Allah,hari ini aku tau rasanya menjadi orang yang papa..dan aku tidak akan sanggup menjalaninya. Engkau tau ujian mana yang bisa ditanggung umatMu. Terima kasih Allah'.

Ramadhan Day 2

Hi.
Ramadhan day 2. Hmmm..sejauh ini berasa lelah secara fisik,tapi tenang secara batin,otak mendapat stimulan setiap hari,say hi pada orang baru di surel dan telepon,membaca banyak katalog produk,menanyakan harga,menghitung investasi,membaca facebook,chat dengan teman baru,posting twit,baca detik,mengumpat pada lalu lintas dan orang yang tidak sayang nyawanya saat memotong jalur busway,mengumpat pada pengemudi mobil yang masih saja memakai jalur busway steril,menelepon mbah,melihat model pernikahan,membaca panduan pra nikah,melihat lokasj calon tujuan wisata baru,menghitung saldo tabungan yang makin berkurang,menghitung waktu pensiun,baca panduan sholat khusyuk,belum mulai baca Quran,dan terakhir nonton HBO.
Secara fisik memang terasa lelah. You know..hidup dengan fasilitas publik di Jakarta belum bisa disebut melegakan. But, dengan hal yang didapat,terutama dalam hal ini otak yang tidak melakukan rutinitas karena setiap hari selalu ada hal baru yang diunggah,mmmm misalnya kemarin siang aku mulai menuliskan kebutuhan untuk memasang video surveillance di tiap halte busway untuk mengontrol bis dan penumpang. Lalu meski bayarannya tidak cukup untuk beli sepatu everbest lima pasang,tapi ternyata kelegaan yang muncul tidak sebanding.
First,karena aku mendapat pekerjaan yang akhirnya membuat aku belajar tiap waktu.
Kedua,pekerjaan ini direstui orang tuaku. Yang artinya,kemungkinan besar Tuhan juga ridho dan tersenyum melihatku mengerjakan semua ini.
Apalagi yang dibutuhkan seorang anak selain ridho ibu dan Tuhannya?

Have a great Ramadhan,fellas

Sabtu, 06 Juli 2013

The Story of Poop

Posting ini diketik saat aku sambil poop di kamar mandiku yang berwarna biru. Sejak kecil,aku sudah punya masalah dengan sistem ekskresi sehingga aku biasa menyimpan poopku dalam perut sekitar 3 hari sampai 7 hari, terlama adalah 10 hari. Tidak hanya itu, aku juga tidak bisa poop kalau otakku kosong. Sehingga, sejak kecil aku selalu selalu selalu poop sambil membawa mainan, membawa majalah Bobo atau Aku Anak Saleh, potongan koran dari bungkus bawang milik mbah uti,menginjak remaja,aku bawa HP,saat sudah bekerja aku membawa Blackberry,kemudian tab lalu ponsel android kecilku,dan netbook ungu ini. Sampai sekarang aku masih mencari di Google,apa nama kelainan yang kupikul ini. Apakah ada orang lain yang punya kebiasaan serupa,atau entahlah,mungkin karena sejak kecil sudah terbiasa dialihkan perhatiannya sembari membiarkan bagian bawah tubuhku itu bekerja secara otomatis untuk mengejan dan hmmmm mendorong sang poop.

Menjijikkan? Justru tidak sebenarnya ya hahaha,dalam pandanganku. Orang yang bisa membawa barang-barang pribadi non toileterry masuk kedalam toilet biasanya akan menjaga lantai kamar mandinya kering, punya sandaran yang juga kering,bersih dan tidak licin.

Dulu saat aku menjadi kuli telko pengelana kota, aku sering poop di hotel-hotel yang kusinggahi. Dan memang aku memastikan toilet mereka bersih sebelum aku memutuskan untuk menginap. Untuk jaga-jaga apabila aku harus poop di hari aku menginap disana. Hehe

Aku pernah terburu-buru poop dan masuk ke toilet,tanpa bawaan apapun. You know what, poop itu tidak jadi keluar dan hanya menjadi kupukupu dalam perutku,alias bikin melilit. Lalu aku masuk kembali ke ruangan dan mengambil HP androidku. Masuk ke toilet, duduk, membuka kompas.com lalu poop itu keluar seperti ada mesin otomasi dibawah sana.

Aku juga pernah bereksperimen. Jika selama ini poop ini keluar karena aku membaca sesuatu sambil poop,apakah poop bisa keluar apabila aku bermain games atau menonton video? Ternyata poop tidak bisa keluar juga saat aku hanya bermain Candy Crush atau menonton youtube.

Kesimpulannya, poop baru akan bisa keluar lancar hanya saat aku membaca,atau menyusun kata-kata lalu menjadi karangan. Persis seperti sekarang.

Yah begitulah...

(NoTAShortStory) Cash Is The King

SialBangetGueHariIni. Sepagian hingga siang ini aku bergulat dengan netbook ungu-ku itu. Desas desus Asus waktu promo, netbook ini amat gaya dan tangguh. Nyatanya, untuk sekali mengetik saja, aku butuh kesabaran lebih sekitar 3 menit sebelum aku bisa memakai Microsoft Office originalku sendiri. Aku memang benar-benar bergulat. Aku sudah menyusun karangan singkat tentang komparasi dua teknologi penghantar impuls cahaya untuk esok pagi (Damn,hari Senin!!), lalu merembet menjadi analisa biaya diantara keduanya, dan you know what, pekerjaan tersebut adalah jenis pekerjaan yang membutuhkan sebuah laptop betulan, bukan netbook unyu ini. Aku harus membuka Google Earth,AutoCAD,dan sedikit software marketing.

Oh God. Seandainya aku bisa meminta uang pada orang tuaku, sudah pasti aku lakukan, tapi aku terhalang oleh rasa malu,tidak tega dan tidak nyaman. In fact, anak yang belum menikah secara agama adalah anak yang masih harus ditanggung orang tuanya. In fact lagi, seharusnya aku juga tidak perlu mati-matian mengumpulkan uang untuk pernikahanku karena aku wanita dan tanggung jawab menikahkan aku masih ada di pundak bapakku. Seharusnya uang tabunganku bisa kupakai untuk membeli ultrabook seharga 6 juta dan aku masih punya sisa tabungan yang Oh God,berbentuk emas dan saat ini harga emas sedang rendah.

Damn, God..they are rite. Cash is the King. So please...

(ShortStory) BOS GALAK


Bosku mengetuk pensilnya yang baru saja diraut. Kalau sudah begini,biasanya dia akan memanggil Yuni sang sekretaris dalam hitungan mundur. Lima....empat....tiga...dua...satu.
“Yuniiiii”
Benar kan.
“Yuniii kemari, bawa kopiku”
“Ya bos”, jawab Yuni singkat seperti biasa.
“Kenapa kamu bisa salah lagi Emil?”
Nah sekarang giliran aku. Mataku tertunduk. Tidak berminat melihat mata bosku yang sedang naik pitam. Omongannya akan setajam ujung pensil yang selalu dirautnya kalau sedang marah.
“Saya sudah teliti sampai tiga kali bos”, jawabku hati-hati.
“Ya berarti tiga kali kerja kamu itu memang sudah salah. Mau diulang sampai kiamat juga tetap salah, wong awalnya udah salah.”
Nah kan. Bahkan ia bicara soal kiamat.Memangnya ia tahu kapan kiamat datang. Lagipula aku juga tidak akan bekerja disini sampai kiamat tiba.  
“Emil,kamu kebanyakan ngelamun, makanya kerja salah terus.”
“Maaf bos, biar saya revisi.”
“Ya pastinya harus kamu revisi, wong salah gini kok,udah sana. Males aku lihat kamu.Dibayar tinggi tapi bisanya salah terus.”
Nah,sial lagi nih omelannya selalu begitu tiap pagi.
Entah mengapa bos selalu marah tiap pagi. Sampai aku terpikir buat mengetik surat pengunduran diri. Yang sebetulnya itu kuharamkan mengingat aku ingin pergi dari tempat ini dengan cara yang jantan dan saat aku sedang berada di puncak prestasi.
Seminggu berlalu sejak bos terakhir kali mengomel. Belum ada omelan berarti sepanjang sisa minggu itu. Agak aneh juga kalau diingat-ingat. Ia jauh lebih sering marah beberapa hari setelah aku mengambil cuti menikah. Dan lebih sering marah saat aku sudah mengambil cuti tahunanku untuk bulan madu. Memang sih tidak ada hubungannya, Cuma aku mengingat waktu-waktunya.
“Emil, kemari”
“Ya bos”
“Setelah menikah, pekerjaanmu tidak sebagus saat kamu masih melajang”
“Maaf bos, justru seingat saya,hasil kerja saya makin produktif setelah menikah,maaf ini pendapat saya saja”
“Saya ini yang mengoreksi pekerjaan kamu, jadi saya yang bisa menilai kamu produktif atau tidak”
“Ya bos”
“Istri kamu bekerja atau tidak?”
“Di rumah bos, rencananya kami ingin segera punya momongan, jadi memang istri tidak perlu terlalu lelah bekerja”
“hmmmmm”
“Memang kenapa bos?”
“Mungkin itu yang bikin kamu susah konsentrasi , karena kamu mikirin istri kamu terus”
“Ya maklum lah bos,namanya juga pengantin baru. Bos juga gitu kan waktu menikah?”
“Ya tapi bisa profesional dong, mana waktu kerja mana waktu ngelamun”
“Ya bos”
“Kamu lebih suka wanita yang gimana kalau di ranjang?”
“Waduh bos, malu saya ceritanya,ya biasa saja , ga ada yang spesifik”
Aku heran dengan semua pertanyaan bosku tentang kegiatan rumah tanggaku. Dan sampai beberapa minggu sesudahnya, ia lebih sering bertanya bagaimana aku melakukan kewajiban rohani terhadap istriku daripada hasil kerjaku.
Aku makin tidak konsentrasi berkat ulasan bosku. Awalnya kupikir ia sedang ada masalah dalam rumah tangganya dan sedang butuh inspirasi dari pengantin baru. Namun saat aku mencecar Yuni, kudapati bahwa rumah tangganya baik-baik saja dan sedang mengurus visa perjalanan ke Eropa sekeluarga.
Suatu pagi bosku datang lebih pagi dari aku, bahkan lebih pagi dari Yuni yang biasa datang paling pagi di kantorku.
“Emil”
Aduh,kena omelan tajam lagi pikirku.
“Ya bos”
“Kesini sebentar”
“Ya bos”
Aku memasuki ruangan bosku sembari menunduk. Segan karena mungkin aku melakukan kesalahan kesekian kali dan menyiapkan mental untuk menerima semprotan paginya.
“Kalau yang model begini kamu suka ga?”
Aku mendongak dan mulutku menganga. Mataku tertumbuk pada tubuh bosku yang hanya terbalut lingerie hitam minimal yang amat seksi. Mendadak semua omelan setiap hari dari bosku mendapatkan alasannya.


(ShortStory) DURASI


Aku melongok menyusuri deretan kertas yang ditumpuk begitu saja diatas mejaku. Pekerjaan lemburan lagi,batinku. Jam di laptopku menunjukkan pukul 6 sore. Dan seharusnya malam ini aku bergegas pulang demi menemui kekasihku. Tapi kalau aku melakukannya, bosku akan kalap dan entah bagaimana ia akan mengeluarkan desis ularnya yang berbisa.
Suara Bruno Mars dalam prosa Liquor Store Blue-nya membangunkan lamunanku. Oh well, aku mengenal siapa yang meneleponku. Haruskah aku mengangkatnya? Aku selalu merasa jantungku berdebar tiap nomer tersebut muncul di layar ponselku. Aku seperti berada di dua dunia, menjadi dua pihak yang berlawanan. Salah satu, entah suara siapa bilang aku tak perlu mengangkatnya. Suara satu lagi,mungkin suara hati berbisik, aku harus mengangkatnya. Seperti mendadak muncul seorang ustdaz yang berceramah bahwa tidak boleh durhaka pada orang tua. Lalu si ustadz yang lain juga muncul dengan sorban hitamnya, berkata,bahwa tidak boleh bersikap tidak baik pada orang tua. Sementara mengangkat telepon adalah kewajiban, dan bersikap baik juga adalah kewajiban. Padahal aku sendiri tak terlalu bersemangat dengan kewajiban itu. Peduli apa,kataku.
Akhirnya aku mengalah. Aku mengangkat telepon tadi.  Dan sepertinya otak bawah sadarku memasang sendiri mesin penjawab telepon tertentu, secara otomatis aku menjawab satu demi satu pertanyaan dengan sangat sistematis.
“Sudah makan?”
“Belum”
“Masih di kantor?”
“Masih”
“Disini hujan deras dan sesiangan tadi panas menyengat”
“Hmmmm”
“Gimana pekerjaan?”
“Baik”
“Jam berapa pulang?”
“Belum tahu”
“Ada pesan apa?”
“Nggak ada”
“Ya sudah, hati-hati ya”
“Ya”
Dan durasi panggilan yang tertera di ponselku adalah 40 detik. Semakin hari rasanya durasinya makin pendek.
Aku tidak mengingat dengan jelas mengapa selama bertahun aku bekerja di ibukota dan hidup sendiri, rasanya durasi telepon tadi memendek dari hari ke hari. Aku menghitung dulu durasi telepon itu bisa selama 120 menit. Dan pada tahun kelima aku di Ibukota, durasi terakhir telepon itu hanya sepanjang 44 detik.
Aku melongok ke jendela dekat mejaku. Mencari ruang kosong ditengah pendar lampu kendaraan yang menyemut dibawah sana. Tidak ada ruang kosong. Ruang kosong itu didalam hatiku. Menemani jantung yang selalu berdebar. Dan aku mengingat tiap saat hilangnya durasi telepon dari ibuku.
Adalah saat aku dipaksa masuk untuk bekerja disebuah institusi pemerintahan di kota kelahiranku. Aku benci itu. Aku sudah melalui banyak paksaan dalam hidupku, terutama saat aku harus memilih kuliah di fakultas teknik. Dan atas nama patuh pada ibu, aku mengikutinya. Dan saat aku tahu aku gagal, aku seperti sedang di puncak dunia. Bahagia. Ibuku, terus menerus menenangkan dirinya bahwa apa yang kujalani saat ini adalah kebaikan. Ia menenangkanku yang sebenarnya ia lakukan adalah menenangkan dirinya sendiri.
Adalah saat aku pulang ke rumah dan terasa seperti sedang menghadap bosku yang berbisa itu. Pertanyaan tentang bagaimana kemajuan yang terjadi dalam hidupku terus berdengung bahkan hingga waktu makan malam tiba.
Adalah saat aku diputuskan oleh kekasih yang amat kucintai. Ibuku berkata itu hal biasa dan sebaiknya aku tidak memikirkannya.
Adalah saat aku memilih karirku sendiri. Dan ibuku masih terus khawatir tentang masa depanku.
Aku sudah tidak mengingat betapa banyak hal yang menjadi pengurang durasi komunikasi antara aku dan ibuku.
Air mataku menitik. Meski durasi itu makin berkurang seiring usia ibuku, aku tetap selalu berbisik dalam hatiku,memohon pada Tuhan yang Maha Baik, untukku memberi waktu lebih agar aku bisa membahagiakannya.
Aku mengusap bulir air di pipiku. Mataku kembali terpaku ke seluruh pekerjaan lemburku.
Bruno Mars kembali bernyanyi dan aku membiarkannya terus menerus bernyanyi. Membiarkannya bosan dan hingga mati sendiri.
Namun Bruno Mars selalu bernyanyi tiada henti. Kulihat nomernya. Masih nomer yang sama.
Aku melenguh. Selalu begitu. Ibuku selalu mengulang teleponnya.
Ada satu hari yang kuingat ,saat itu aku sedang dalam pertemuan penting dengan bosku. Ibuku menelepon. Kuangkat dengan cepat, berharap itu adalah berita penting entah apa.
“Halo bu”
“Halo, kamu mau baby doll warna ungu buat tidur ya? Lagi ada diskon ini, murah”
“Oke bu”
“Kalau kaus kaki warna warni mau?”
“Oke bu”
“Baby doll-nya ada warna pink, apa beli dua ya?”
“Oke bu, aku lagi meeting bu,sebentar ya, nanti aku telepon”
“Oke”
Selesai. Ibuku selalu begitu. Dan kuputuskan kuangkat telepon ibuku lagi.
“Halo bu”
“Ibu koma, masuk rumah sakit,pulang cepet” . Suara adik laki-lakiku terasa berat.
Dan kepalaku berat. Sangat berat, terberat yang pernah kurasakan dan pandanganku makin gelap.
Namun tubuhku ringan. Aku merasa bertemu ibu di ujung sebuah jalan entah dimana. Ibuku berkata
“Baik-baik ya nak. Karena Ibu sayang kamu”
Aku memegang erat tangan ibuku didepan seberkas sinar yang amat terang, besar dan menyilaukan.
Bersimpuh menangis aku memohon
“Tuhan, beri aku sedikit durasiMu”