Kamis, 05 Desember 2013

Sebuah Hari Pertemuan Manusia

Menghabiskan sisa waktu malam di sebuah ruang pertemuan di hotel bintang 4 di Bandung. Menatap layar proyektor yang berisi baris angka dengan nominal tertentu. Yang hampir mustahil dipegang secara fisik. Ruangan berisi dua puluh empat orang ini temaram. Masing-masing sibuk dengan apa yang ada dalam isi kepala mereka. Beberapa orang meletakkan fokusnya di barisan angka di layar,beberapa orang sibuk dalam pembicaraan. Beberapa membuka media sosial. Beberapa tampak menahan kuapnya. Aku tidak melakukan apapun selain berusaha mengembalikan kedamaian antara jemari dan otakku. Agar keduanya mampu mengetik barisan kata dan rangkaian kalimat,alih-alih angka.

Satu tahun terakhir ini aku sibuk membuat susunan angka,deretan analisa,daftar peluang yang mungkin,kembali menghasilkan angka,berkutat dalam pembicaraan yang berujung pada angka. Dan tanpa disadari,saat pandangan mata tertuju pada sebuah titik didepan,maka pandangan sekitar akan melebur. Berwarna-warni tapi tak jelas ragam bentuknya.

Sebuah hari dalam jeda tanpa topeng angka,dan tanpa imajinasi palsu yang sama sekali tak dibutuhkan dalam dunia yang sudah indah.

Diluar angin dingin menggigit. Mengejar mereka yang berani berkelana. Angin adalah satu-satunya yang bisa dianggap sebagai hal yang alami disini. Angin menjadi bukti keberadaan manusia yang sebenarnya,bukan hanya rekayasa angka.

Akan ada banyak yang menentang pendapat ini. Bahwa kita mungkin membutuhkan sebuah hari dalam jeda yang pendek,hanya untuk mengakui bahwa kita sedang hidup di bumi,dibawah langit,dikolong angkasa. Bahwa kita tidak perlu terlalu banyak menghabiskan waktu anugerah ini untuk berkutat dalam bayangan eksak ciptaan manusia. Sebaiknya,kita lebih banyak menghitung bukti keindahan kehidupan yang tak terhitung. Hanya untuk menyadari. Hidup kita jauh lebih besar daripada angka. Dan kasta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar