Jumat, 27 September 2013

Penting Jadi Baik

Hidup di bumi maksimal 100 tahun di angka, ga lebih dari 20 persen manusia bumi yang bisa lebih dari itu. Kalau menurut asuransi jiwa, jam terbang manusia maksimal 99 tahun. Kalau menuruti usia Nabi, usia hidup 63 tahun. Kalau menurut ketentuan Allah, ya walaupun ga tahu umur kita itu berapa, ya maksimal 100 tahun itu..Wallahualam juga.

Jadi sebenarnya kalau manusia memutuskan berbuat jahat, kemungkinan besar kejahatan dia akan ranum di bumi tidak lebih lama dari 100 tahun.

Apakah penting menjadi orang jahat jika waktu yang dimiliki "cuma" 100 tahun?

Menjadi jahat itu mudah. Saat ada rasa bahwa "ini tidak adil" atau "kamu menghina sekali" atau "dia memfitnahku", akan mudah bagi kita untuk membalas dengan hal serupa. Membalas dengan menjadi jahat. Ikut memfitnah kembali, ikut membicarakan keburukan orang lain didepan komunitas, bertindak narsis didepan pimpinan. Itu adalah jahat,dan sangat mudah dilakukan.

Tapi apakah itu penting? Pentingkah untuk kemudian membalas fitnah dengan fitnah. Membalas hinaan dengan hinaan, membalas ketidak adilan dengan sikap buruk ?

Jawaban sesuai buku agama adalah, tidak penting.

Jawaban sesuai nafsu adalah, sangat penting.

Jawaban sesuai hati nurani, tidak penting.

Tidak apa kita dihina, difitnah dan diperlakukan tidak adil.
Ada kalanya itu adalah ujian. Karena bagaimanapun,logikanya adalah :

Saat ada orang berlaku tidak adil, adalah karena orang yang berlaku demikian takut ketika kita diperlakukan secara adil,yang terjadi adalah kemampuan kita akan melampaui dirinya. Itulah dijadikannya sekat ketidakadilan untuk menjadi penghalang langkah kita.

Saat ada orang menghina, artinya ia tidak punya pekerjaan lebih penting daripada menghina orang lain.

Saat ada orang memfitnah kita, logika perlakuan tidak adil adalah sama disini. Fitnah dianggap bisa menghadang jalur langkah kita supaya tidak lebih maju darinya.

Bagaimana kalau yang melakukan semua itu adalah orang yang memiliki pengaruh di komunitas?

Tidak apa. Logikanya, apa yang dia ucap,akan kembali padanya. Dalam waktu singkat,atau lambat.

Begitulah, mengapa penting jadi baik.

Jika engkau diperlakukan sedemikian rupa ditempat kerja saat ini, tengoklah bahwa dengan ilmu yang kau peroleh dari sana, akan membawamu pergi ke tempat yang tidak terjangkau oleh orang yang ada disana. Jika engkau diperlakukan sedemikian keji ditempat tinggal, ingatlah bahwa azab Tuhan sangat pedih.

Pentinglah untuk jadi baik.

Mulailah hari ini.

:)

Kamis, 12 September 2013

Rumi Said

Hari ini, seperti hari lainnya, kita terjaga dengan perasaan hampa dan ketakutan. Namun, janganlah tergesa melarikan diri dari kenyataan pahit ini dengan pergi berdoa atau membaca kitab suci. Lepaskan semua tindakan mekanis yang berasal ketaksadaran diri. Biarkan keindahan Sang Kekasih menjelma dalam setiap tindakan kita. Ada beratus jalan untuk berlutut dan bersujud kepada-Nya.

Selasa, 10 September 2013

Belajar Dulu Baru Pinter

Sekarang lagi getol belajar ini :

Kemudian ini :

Huahahahahahahahahahahhahahah....bisa ga yaa ahahahahahhah

Kemudian ini :
Belajar pakai HIJAB bukan cuma KERUDUNG!

Kemudian ini :

Merawat wajah itu HARUS!

Lalu ini :
Bisnis toko buku online

Daaan ini :

Ilmu itu sumber kecerdasan alami.

Jangan males belajar yeee


Siap Berubah

Make up adalah proses membuat. Membuat yang serupa A menjadi B. Atau membuat perubahan.  Menikah adalah proses berubah, dari sendiri menjadi berdua. Menikah juga memakai make up. Simbol bahwa pada hari itu,semuanya berubah. Secara fisik adalah wajah. Menjadi ratu sehari. Merubah diri menjadi permaisuri raja. Merubah hati untuk memiliki imam. Dan selamanya akan berstatus sebagai ratu seorang raja. Makmum seorang imam. Make up,adalah perubahan.

Kalau tidak berubah,tidak pernah hidup.

Siaplah untuk berubah.

Apalagi kalau berubah jadi lebih baik. :)

Atau lebih cantik. Lebih dewasa. Lebih unyu. Hahahaha

Siapa takut.


Semua Selalu Tepat Pada Waktunya

Dulu ga pernah percaya sama pernyataan diatas. Yaiyalah. Gimana kita bisa tau. Dasarnya manusia yang ga sabaran dan udah mikir ga enaknya duluan,makanya pernyataan diatas kayak impossible banget.

Tapi. Tapi. TAAAPII. Itu salah.

Seandainya manusia bisa lebih sabar dan tetap mikir bahwa Tuhan akan selalu menetapkan segalanya pada waktunya, pasti ga akan ada manusia sembrono dan suka galau seenaknya. Jangan selalu pakai logika. Meski waktu adalah zat yang ga nampak, ga semua hal yang ga nampak itu ga eksis.

Aku membuktikan pernyataan diatas.

Dulu medio 2009,aku pengen banget nikah dengan seorang pria dari Jawa Timur. Beuh,itu pengennya sampe bikin orang tua bingung. Posisiku waktu itu masih as a nomaden engineer. Dan dia di Surabaya. Kebayang kan gimana rungsingnya hubungan yang sudah jelas ga paten itu?Trus pengennya adalah stay di Jogja. Hahaha,kalo inget itu,ketawa sampe pengen pipis deh. Mati-matian diperjuangin,akhirnya putus juga.

Lalu ketemulah dengan calon suami sekarang. Kasusnya sama. Cuma kali ini,ga banyak harapan. You know, menghindari patah hati. Jadi dia juga kerjanya berpindah-pindah. Nomaden. Sering resign. Sering diluar Jawa. Aku juga begitu. Baru resign. Menyusun kembali karir di lokasi baru. Tidak sekota dengan si dia.
Bingung setengah mati kalau ditanya gimana kalau nikah nanti. Bayangannya cuma satu. Nikah dan pisah kota. Nikah dan usaha kotanya deketan. Nikah dan entahlah bagaimana.

Tapi berhubung pengen melangsungkan pernikahan. Melegakan orang tua. Ibadah menyempurnakan separuh agama, ya diniatin. Walau uang mepet. Keadaan tidak memungkinkan untuk menabung karena saking seringnya pindah kerjaan. Suer,awal tahun lalu saat ide menikah ini digulirkan, kami tidak tahu apa yang harus dilakukan karena keadaan ini. Dan saat prosesi lamaran pun, kami tidak tahu akan bagaimana keadaan ini.

Tapi betul-betul keajaiban Tuhan. Allah itu Maha Baik. Meski kami sudah terlalu banyak dosa,tapi Allah tetap baik pada kami dan mencukupkan semuanya buat kami.

Percaya ga percaya.

Iya,kami masih kekurangan uang, tapi entah,kami tidak khawatir dengan kekurangan uang di masa depan.
Iya,kami belum punya rumah dan belum ada bayangan dimana rumah permanen kami nanti.
Iya kami belum punya bayangan tentang bagaimana rasanya membentuk keluarga.

Tapi aku yakin,satu per satu pertanyaan diatas akan terjawab pada waktunya karena :

Saat aku ragu tentang bagaimana kami menyatu, Allah membuka rejeki kami dengan membuat aku pindah menetap di sebuah kantor yang sudah lama aku ingin bekerja didalamnya,menetap dan tidak ada kemungkinan nomaden lagi. Lalu saat aku ragu bagaimana aku bisa serumah dengan suamiku,Allah membukakan kembali pintuNya dan membuat calon suamiku kini bekerja menetap di kota yang sama denganku.

Saat aku akan menikah, orang tuaku telah siap karena adikku juga sudah hampir menyelesaikan pendidikannya. Orang tuaku sedang dalam puncak karir mereka di usia baya.

Saat aku akan menikah, teman-temanku juga sudah menikah. Sehingga aku bisa belajar dari mereka.

Saat aku akan menikah, aku merasa aku lebih dewasa dan kuat untuk berjalan jauh bersama orang asing yang akan menjadi imamku nanti.

Saat kita menuju pernikahan, Allah mengutus para malaikatNya untuk membantu kita :)

Itulah kenapa Semua Selalu Tepat Pada WaktuNya.

:)

Jalani saja. Quote dari calon suami.

Persiapan Pernikahan (1)

Wow. Hari menjadi isteri makin dekat. Hari menjalani keutuhan agama makin dekat. Hari menjadi manusia yang menyatu makin dekat. Persiapan apa aja sih?

1. Persiapan Gedung
Ini sudah dilakukan sejak akhir Maret. Gedungnya cukup murah. Seharga Rp.1.300.000. Di Museum Wayang Kekayon Yogya. Itu konon museum milik keluarga besar Roy Suryo. Ahay hahaha. Makanya puasa mencela Roy Suryo,termasuk waktu doski salah ucap lirik. Toh dia manusia. Dimaklumi lah yaa..Emang yang nyela itu hapal gitu?? Lah kok jadi ngebahas doski sih. Gedungnya cukup eksotis loh. Trus sesuai sama keinginan masa lalu buat menikah tidak di gedung tertutup.


2. Persiapan Catering dan Dekorasi
Wah ini agak mengalami hambatan. Awalnya Ibu nemu katering Lisandra yang cukup kesohor. Jadi kita sepakat untuk pakai Lisandra buat katering dan dekorasi. Penemuan ini juga terjadi pada bulan Maret 2013. Lalu sekitar sebulan lalu,Ibu mengubah rencananya dengan memesan katering ke Shinta yang terkenal enak dan riasan plus dekorasi ke Mbak Febby. Hahaha. Perhitungan berubah!! Kayak Supermen dapet panggilan darurat.

3. Persiapan Dunia Kain
Hadeeeh. Ini bener-bener bikin gila. Beli kain di Jalan Solo, panas-panas jam 12 siang. Naik motor sama ibu. Pas Puasa. Berkah banget deh. Langsung dapat. Dan saat Lebaran,dititipkan ke calon misua buat dibagikan ke saudara di tempat dia. 

4. Persiapan Rias
Kalau soal ini,saya lebih memilih ikut adat. Simpel,bisa sewa,dan berkesan. Cuma baju akadnya memang jahit sendiri buat kenang-kenangan. Kayak begini deh kira-kira baju adatnya. Kanigaran kalo ga salah namanya. Ini ilustrasi aja sih hehehe..Modelnya ga tau,ga kenal :p Oh ya,riasnya teteup ke Mbak Febby.
5. Persiapan Undangan dan Souvenir
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrgh. BELUM DISENTUH. JANGAN DIBAHAS DULU

6. Persiapan Seserahan
Hmmm. Entah kenapa pandanganku lain ya soal seserahan ini. Kan menurut adat,seserahan itu adalah simbol bahwa suami nanti akan bertanggung jawab pada isteri mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Lalu untuk isinya, di kebanyakan pengantin, adalah baju,jilbab (muslim), alat make up, seprei, sepatu,tas,baju dalaman,ya begitulah. Yang harganya bisa sampai total 10 juta. Man, 10 juta itu bukan uang yang sedikit. Buat aku, seserahan yang aku pilih bukan cuma soal simbol,tapi makna. Aku bisa beli tas,sepatu dan alat make up sendiri. Dan kemungkinan besar,barang itu tidak akan bertahan lama selama harapan perkawinan akan berlangsung. Misal,make up. Make up cuma bisa dipakai maksimal sampai dua tahun setelah dibuka. Tas , sepatu dan baju akan aus. Bagaimana kalau simbol ini diganti. Jadi si suami menjaga isterinya dengan memberikan ia ilmu pengetahuan dan simpanan. Kemarin aku beli alat mandi seharga 10 ribuan dan beberapa buku. Alat mandi bisa kupakai berdua dengan suami. Buku bisa menjaga ilmu kami tentang pernikahan. Lalu ada baju dalam, simbol bahwa seks itu juga akan menjaga rumah tangga kami. Ada sepatu,simbol aku ikut membantu suami mencari nafkah. Juga ada mukena, simbol keimanan. Itu saja.
Selebihnya,calon suamiku akan membekalinya dengan yang tidak akan aus dimakan waktu.

Berlanjut nanti...