Sabtu, 25 Januari 2014

Bucket List : Namanya Juga Cita-Cita

Banyak orang ga tahu apa itu Bucket List. Kalau diterjemahin,ya artinya daftar buket. Tapi kalau dimaknai,itu artinya hal-hal yang ingin dikerjakan sebelum mati.
Oh iya,kalau kamu belum tahu,orang-orang yang terlalu optimis dan tidak memandang kemampuan itu biasanya dimiliki oleh orang bergolongan darah O. Dan kebetulan,aku punya darah O . Lagi, golongan darah ini adalah populasi terbesar di bumi,ya sekitar 46 % penduduk bumi deh. Kalau ga percaya coba goog.. You know,googling.

Apa hubungan Bucket List dengan golongan darah? Ya karena cuma golongan darah O yang terlalu antusias membuat list yang ingin mereka lakukan sebelum mati. Artinya, orang-orang yang memiliki bucket list ini biasanya amat suka main. Di matanya,cuma ada main,main,dan main. Dalam hal positif,bisa juga negatif,tergantung lingkungannya.

Nah,anyway,back to the track. Kalau disuruh membuat Bucket List,aku akan menuliskan ini :

1. Umroh
Umroh,naik haji atau perjalanan ke tanah suci. Somehow , come to my God's home is something...somehow...I meet ...with...I dont know....

2. Ke Amerika, Italia , Rusia, Inggris , Skandinavia
Tidak ada alasan spesifik tentang negara diatas. Pengen aja.

3. Punya kedai buku dan kafe
You know. Kemampuan terbaikku dalam hal ini adalah membaca buku,menonton film dan makan.

4. Punya Taman Kanak-Kanak
Aku memang tidak keibuan,belum mungkin. Tapi aku suka melihat anak kecil dan melihat mata mereka menatap dunia. Seperti aku melihat diriku sendiri.

5. Punya majalah digital
So I can captured everyday's life,and share it to peops!

6. Menyelam
Bukan cuma snorkling. Aku pengen menyelam. Dan menikmati heningnya dunia bawah laut. Riuh oleh spesies bawah air tapi hening. Bingung kan? Cobain deh

7. Hugs my mom,my grandma,my dad ALL THE TIME
I know God must -hundreds percents- say NO,but who care is?

8. Bisa bicara 5 bahasa asing dunia

9.  Punya perkebunan

10. Meninggal dalam Khusnul Khotimah

Yah namanya juga cita-cita. Di dunia ini apa sih yang ga mungkin.
Yang golongan darahnya bukan O, boleh loh punya bucket list. Karena dengan list itulah,kita bertahan hidup. Yuk ah


Januari Titipan Tuhan

Januari 2014 tinggal menghitung hari untuk disebut sebagai kenangan. Agak merinding juga menulis bulan ini sebagai kenangan. Padahal sebenarnya kalau diingat lagi,aku sudah menjadikan sekitar 28 bulan Januari sebagai masa lalu.
Cepatnya waktu berlalu ya. Januari 1986 saat usiaku baru 4 bulan,mungkin adalah saat paling bahagia sekaligus sibuk bagi orang tuaku, mbah uti dan mbah kakung. Januari 1991,adalah saat aku menjelang kelulusan kelas TK dan beralih ke SD. Januari 2000,adalah saat aku menjadi remaja SMA. Januari 2003 adalah saat aku memasuki sebuah universitas di Jogja. Dan Januari 2008 adalah saat aku meninggalkan keluargaku untuk bekerja merantau ke ibukota. Januari 2014, adalah saat keluargaku menyambut anggota baru mereka, yaitu suamiku.

See? Kalau bulan dan tahun hanya ditulis sebagai tulisan,ia akan tampak sebagai hal yang wajar. Tidak ajaib. Tidak gaib. Tidak magis. Tidak mengandung sesuatu yang membuatmu berhenti sebentar,dan bergumam "Cepatnya waktu berlalu".

Tetapi,jika Januari dari tahun ke tahun itu didalami lagi. Kita meluangkan waktu untuk menengok sebentar,kita akan sangat terkejut mendapati daya magis yang dihasilkan dari rentetan peristiwa yang disebut hidup.

Aku mendapati diriku termenung menatap sebuah kalender di meja. 2014. Terukir indah dengan tinta perak. Aku masih belum bisa mengatupkan mulutku.
Hatiku terus menerus berkata,hidup ini cepat sekali berlalu. Aku cepat sekali tumbuh. Keluargaku cepat sekali menua. Dunia cepat sekali berubah. Semuanya serba dengan kata cepat.
Aku merinding dengan kemagisan yang ditimbulkan dari yang dinamakan waktu.
Aku bahkan tidak bisa mengingat dengan tepat hari demi hari yang telah aku lalui di Januari 2000 misalnya. Jangankan Januari 2000, pada tiga hari lalu pun aku sudah lupa kenangan detailnya.
Manusia melupakan angka tanggal,bulan dan tahun. Manusia lupa 24 jam setiap hari yang mereka habiskan. Di akhir hari,yang terucap hanyalah Betapa Cepatnya Waktu.
Daya magisnya waktu seakan hilang ditelan kebutuhan untuk hidup. Daya gaibnya menguap di udara seiring kesibukan.
Tetapi sebenarnya kalau kita bersedia berhenti sejenak, daya itu akan kembali dan lagi,aku bilang, mulutmu tidak akan mengatup karena hatimu menjadi bimbang. Just like me now.

Aku berhenti sebentar,cuma untuk mengamati kalender. Aku bertanya,selama 28 kali Januari ini,apa yang sudah aku lakukan. Untuk orang tuaku,untuk nenek dan kakekkku,untuk adikku ,untuk agamaku,untuk aku sendiri. Aku menelepon orang tuaku,mereka masih seceria seperti 23 kali Januari silam. Aku menelepon mbah uti,ia masih sehangat 23 kali Januari silam. Aku menghubungi adikku,ia masih sekonyol 19 kali Januari silam. Hanya itu yang mampu kuingat dari tiap Januari.
Aku tidak mengingat detail hal yang kulakukan. Aku hanya mengingat kemanusiaan yang kuterima Januari demi Januari.

Tuhan menitipkan Januari itu kepadaku. Sadar atau tidak, yang diingat manusia hanyalah yang berhubungan dengan hati mereka. Mustahil,kita bertaruh,manusia bisa mengingat apa yang ia lakukan pada dokumen kerjanya pada 5 kali Januari silam. Tapi aku berani bertaruh,manusia akan mengingat kejadian apa yang menyentuh hatinya pada saat itu.

Itulah magisnya waktu. Ia adalah titipan Tuhan. Dan titipan Tuhan selalu terhubung dengan hati jika manusia berani menerima konsep ini. Magisnya waktu,adalah saat kamu diam. Mengingat kembali apa yang sudah kamu lakukan atas titipan Tuhan. Misal hingga hari ini kamu sudah dititipi 28 kali Januari,berapa banyak yang kamu lakukan untuk menyentuh hati orang lain? Menyayangi orang tuamu,keluargamu,membela Tuhanmu atau setidaknya,menggedor hatimu sendiri.

Meski itu sudah dilakukan,diakhir hari mulutmu akan tetap ternganga dan berkata "Cepatnya waktu berlalu..."

Tahu-tahu,kita semua hilang satu per satu. Pada saat itu,kita akan melihat kembali kalender di meja,dan berkata "Sebenarnya,semuanya itu semu kecuali hati"

Sembari menyesali perang perebutan kuasa yang sudah terjadi, kebencian terhadap rejeki orang , kedengkian atas keberuntungan teman, mencaci di media sosial seakan dirinya yang paling benar, menebar fitnah,memukul teman dari belakang,berebut harta warisan,dan mungkin menyekutukan Tuhan.

Waktu itu semu kecuali hatimu berani kau gunakan.

Begitulah...

Enjoy your heart. Cause world is a pseudo-life

Rabu, 15 Januari 2014

Ingat

Saat kamu ingin pergi secepatnya,ingatlah segala daya yang telah kamu upayakan untuk sampai disini.
Saat kamu ingin berhenti,ingatlah segala daya yang telah kamu kerahkan untuk berlari.
Saat kamu ingin keluar,ingatlah segala energi yang kamu pakai untuk menemukan pintu masuk.
Saat kamu ingin menangis,ingatlah berapa banyak mata yang menginginkan kamu tegar.
Saat kamu ingin menyerah,ingatlah jalan lapang hanya sejarak antara dahi dan lututmu.

Stay Strong

Jumat, 03 Januari 2014

Trying

I am trying so hard just to talk with you. Having a conversation,even a short one,is a pleasure.
I am trying so hard just to attract your attention.
I know it is wrong.
I know you are hers.
I know you are my crimson.
So therefore you be my cryptonite.
I am trying so deep...not to fall in love with you.

-haiku fiction poem-

Crimson Sore Kemarin

Sore kemarin saya menaiki bus Trans Jakarta dari kantor menuju Cawang. Saat saya mengalihkan pandangan dari ponsel, saya baru sadar, senja hari itu adalah senja yang sangat indah.
Awan biru sayu bergulung lembut membentuk lapisan serupa halaman kapas. Lalu rona sinar matahari yang hampir merunduk ke barat mewarnai langit berwarna jingga yang cerah. Bertolak dengan biru redup.
Kalau kalian tahu apa itu warna Crimson. Itulah yang saya maksud dengan warna senja sore kemarin.
Indah sekali. Sudah barang tentu ini bukan buatan manusia. Mereka,paduan awan dan matahari,telah membentuk komposisi unik yang mustahil dipikirkan partikel yang ada di angkasa.

Saya merasakan lembutnya terpaan crimson. Saya merasakan sebentuk hangat-meski saya berada dalam bus yang dingin-luruhan pancaran matahari barat.

Saya ingin sekali menangis. Entah untuk apa.
Yang pasti, crimson kemarin sore itu membabat habis keduniawian saya hari itu.

Terima kasih Tuhan untuk crimson sore kemarin.


Kamis, 02 Januari 2014

I am Angry Therefore I Write

Yes I am angry.
Therefore I write
And Wudhu
And put earphone in
And set music out loud

Yes am Angry

:)
But

Let people walk and talk
Let God let me walk my talk

Music On Problems Out

Weird

Yes. Weird.
I have tried for 6 months. And I think I am failed.

Oh God,I am not complaining any one of Your Trully Decisions. Not.
I am just feel weird.

I complained about these silly things :
1. Why people really love to talk and talk and never walk on it? They only walk and walk and walk. Just Walk. Talking about money. Money. Sex. Food. Life Style. Nothing else. Price Tags.
2. Why people really love to interfere others and they dont feel like..there are alot of things they responsible to do?
3. Why people really love to laugh for something unimportant?
4. Why people love to feel they are too important to work?
5. Why people keep busy on something not worth it.
6. Why there is no..like...jamaah
7. Why people seems like work like they have to...not because they passionate about
8. Why I cant be slow my pace here and finally i am dying to try to adapt in.

Should I find the faster job with faster hood? I dont know.

I really dont have idea about this.

STAY AWAY FROM ME.


Mengapa Masih Tertawa

Orang kadang kali bertanya dan lebih sering tertawa pada keadaan orang lain. Orang mentertawakan pekerja buruh pabrik,tukang parkir,dan mungkin tukang sapu di kantor. Mungkin bukan tertawa secara literal,tetapi merendahkan. Ada juga yang memberi penghakiman pada mereka yang sudah berusia mapan tetapi belum mendapatkan pasangan. Lalu yang terakhir, melirik sinis pada pasangan yang belum memiliki keturunan.
Kapan kita akan mulai berhenti bersikap seperti itu?
Logikanya. Saat seorang pimpinan memberikan tugas pada rekan kerja kita,mungkinkah kita tertawa dan mungkin sinis? Padahal rekan tadi belum tentu menikmati tugasnya. Dan saat kita tertawa,mungkin pimpinan tadi juga tersinggung karena perilaku kita.
Logika ini kita ambil sebagai halnya bahwa pekerjaan atau kita sebut rejeki, jodoh dan keturunan adalah tugas dari Tuhan untuk manusia. Saat kita tertawa merendahkan ketiga hal tersebut atas diri orang lain, sadarkah bahwa kita juga sedang merendahkan Tuhan. Karena tiga hal tadi adalah hak prerogatif Tuhan yang sama sekali diluar kendali keputusan manusia.
Layakkah kita masih tertawa melihat orang lain bekerja sebagai penyapu jalan, ketika teman tak juga menikah atau belum mendapat keturunan?
Ingatlah saat kita sedang congkak,dan diatas itu semua,kita sedang congkak dihadapan Penguasa Semesta yang juga memberikan kita apa yang ada saat ini.
Penyapu jalan mendapat rejekinya dari sampah di jalanan. Jodoh ada di tangan Tuhan seberapapun kita memaksakannya. Anak adalah jiwa yang diputuskan Tuhan untuk dititipkan pada manusia tertentu.
Ada hal-hal yang menjadi keputusan Tuhan mengapa Ia menerapkan demikian. Dan manusia,sama sekali tidak berhak memberi penghakiman. Bahkan tertawaan.

Tulisan ini pengingat penulis sendiri.

Bumi Manusia

Mendung merekah mengumbar tawa
Angkasa dipenuhi gelombang maya
Merambat merengkuh menghangatkan
Tapi palsu

Jarak bumi menjadi tak terarah
Tak terjangkau
Dekat menjadi jauh
Jauh tidak lebih dekat

Manusia berputar berpendar membentuk seruling
Membunyikan nada dasar tak bersentuhan

Bumi menjadi membosankan sejak itu

Sejak langit ternoda cahaya
Bintang mengundurkan diri
Tak pernah ada lagi kelam
Yang seharusnya dipancarkan malam

Bumi memang riuh
Tetapi sepi

Riuh oleh asa yang tak perlu

Sepi oleh keramaian

Yang menyatukan manusia
Dalam setangkup galaksi
Bernama Bimasakti

Aku sepi

Aku merindukan kolong langit
Aku merindukan manusia
Yang bicara cinta
Dan doa

Aku merindukan kelam
Menyaksikan bintang tertawa

Aku merindukan rengkuhan pegunungan
Yang gagah dan penuh kasih

Aku merindukan mendayung ombak
Yang lembut merenda rindu

Aku merindukan manusia
Yang tidak dimakan masa
Dikalahkan jaman maya
Gila

Ini gila
Aku tidak bisa

Aku tidak bisa

Aku tidak bisa
Melanjutkan nafasku
Jika bumi semembosankan ini

Kupikir Tuhan pun tak setuju