Minggu, 20 Oktober 2013

Who Am I (1)

Been trough a lot.
Aku rasa ada yang berubah drastis di hari-hari sekarang.
Thank to God bahwa aku masih mengingat banyak keringat yang sudah dihasilkan di masa-masa dulu.
Aku kilas balik sebentar. Ketika saat aku masih kuliah,aku menjadi jurnalis di pers fakultas. Rumahku berjarak 30 km dari kampus,dan aku melewatinya setiap hari. Kehidupanku dimulai pada pukul 5 pagi saat Mbah Uti sedikit menggedor pintu kamar untuk sholat Subuh,dan berakhir kira-kira pukul 9 atau 10 malam. Aku menjadi jurnalis, aku menjadi asisten lab pemrograman, aku kuliah dan aku masih memiliki waktu untuk melirik kakak-kakak senior yang ganteng.
Lalu pada semester berikutnya,aku sudah bekerja menjadi administrator warnet. Yang jarak tempuh dari kampus ke warnet tersebut adalah 35 km. Aku juga didapuk menjadi pemimpin redaksi. Dan masih berada di lab sebagai asisten. Yang kuingat kemudian, pada semester akhirku, detikcom menjadi pelabuhan terakhir masa kerjaku sembari aku menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata di kota pasca gempa Jogja 2006. Aku mengingat 4 tahun itu sebagai tahun yang sangat menyenangkan,meski melelahkan secara fisik.

Been trough a lot.

Saat lulus,cita-citaku cuma satu. Aku ingin berkeliling Indonesia. Aku melamar menjadi wartawan dan menemukan fakta bahwa menulis dengan tenggat waktu,adalah pembunuhan. Aku tidak menginginkan hobiku menjadi pekerjaanku dengan tenggat waktu dan atasan. Ough.
Lalu pintu rejeki terbuka. Aku menjadi engineer. Berkeliling Indonesia dalam hitungan hari. Menghabiskan sisa kesabaran untuk berhadapan dengan atasan yang notabene adalah warga asing Cina. Dengan rekan-rekan kerja yang juga warga asing dengan watak dan karakter yang melelahkan. Berhadapan dengan kota-kota asing dengan hitungan jam adaptasi kemudian setelahnya ditinggal pergi. Dan tentu saja bertemu dengan orang tak dikenal setiap saat. Melelahkan,tetapi setiap pekerjaan yang dilakukan setiap hari adalah terukur,dan terlihat.

Been trough a lot.
Aku berharap aku bisa menjadi normal. Normal dalam kriteriaku saat itu adalah menetap. Memiliki meja. Berkumpul bersama teman. Bermain. Memiliki kehidupan sosial disebuah kota. Tuhan memang Maha Baik. Doa-doaku selalu terkabul. Aku kemudian beralih menjadi wanita pekerja kantoran. Tersebut tersemat memiliki jabatan Controller, Supervisor, Manager apapun itu.

Aku mulai memiliki waktu untuk beradaptasi.
Aku mulai memiliki mejaku sendiri.
Aku mulai memiliki waktuku.
Aku mulai memiliki jam kerja eight to five.
Aku mulai memiliki rute perjalananku sendiri.
Aku mulai memiliki apa yang ingin kulakukan.
Aku mulai memiliki harapan yang dulu baru sebatas Doa.
Dan disitulah masalah dimulai.

Pada hari-hari aku mengawali karirku sebagai wanita karir dibelakang meja. Setahun lalu. Aku beradaptasi dengan sangat lambat pada tugas-tugas kantor. Aku bersemangat melihat dan mengatur mejaku. Namun itu hanya berlangsung selama satu bulan. Kemudian di hari-hari selanjutnya,mataku meredup. Aku mencoba membuat to-do list seperti saat aku menjadi engineer dulu. Aku mencoba memenuhi listku karena biasanya membaca list membuat adrenalinku berkejaran untuk menyelesaikan list tadi. Aku mencoba mencintai rutinitas. Aku mencoba menemukan percikan. Dan aku amat sangat takut mengakui bahwa aku gagal.

Lihatlah To-Do List ku saat aku menjadi engineer selama 4.5 tahun.

Monday January 2010
- Call pak Agus Jember,koordinasi peletakan perangkat
- Call pak Wiryo,koordinasi power Telkom Jember
- Laundry
- Bayar hotel
- Ke Pantai Papuma,motret
- Nulis
- Call subkon,cek pekerjaan
- Perangkat On di NMS , buat label lambda
- Koordinasi cross connection with Tim JVBB
- Cek FOL

Status : Checked all. Done

Lihatlah To-Do List ku saat aku menjadi pekerja dibelakang meja

Monday 21 Oktober 2013
- Buat list hotel bintang 3-5 calon market Jakarta, Bandung,Bali,Lampung,Medan
- Buat hitungan investasi
- Buat draft game publisher

Status : Unchecked all. Not Done Yet.

Saat aku mulai lupa bahwa aku pernah berharap atas kehidupan seperti ini. Aku bersyukur bahwa

I've Been trough a lot. But..
Who Am I? Life and live once should be more interesting than this rite?  We have possibility to make it rite?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar