Senin, 04 Februari 2013

Bapak

Somehow malam ini aku merindukan bapak. Mengingat bapak adalah tentang senyum. Ia selalu menenggelamkan wajahnya diantara koran dan buku, dan Al-Quran. Keningnya menghitam karena sujudnya yang amat lama tiap tengah malam, dan sujud terpaginya saat Subuh. Aku masih mengingat bapak dengan amat baik tentu saja. Aku selalu berlari-lari berkejaran dengan bapak. Ia adalah satu-satunya orang yang menyuruh anaknya untuk terus berlari meski sedang hujan dan memulangkan aku dalam keadaan kepala penuh benjolan karena jatuh. Aku tidak banyak menghabiskan waktu dengan bapak, kecuali setiap sore selama 6 tahun saat ia menjadi guruku tiap malam, mengajariku dengan suaranya yang keras, tentang soal matematika sekaligus bahasa Indonesia. Ia membuatku mencintai buku, karena toko buku adalah hiburan satu-satunya bagi kami saat aku masih kecil. Ia membuatku mencintai bakso, karena itulah jajanan kami saat itu. Ia membuatku mencintai rasa pedas, karena saat aku kecil, cuma nasi tempe pedas yang dimasak oleh mbah utiku saat bapak dan ibuku menaiki sepeda pergi bekerja. 
Ia yang membawaku ke rumah sakit puluhan kali karena aku selalu nyaris mendekati kematian karena penyakit demam berdarahku. 
Bapakku adalah orang yang berkata padaku bahwa tidak apa-apa aku patah hati, karena suatu hari aku akan dipulihkan oleh keadaan. Bapakku adalah orang yang bersedia mencuci seluruh baju kami, meski ia tak pernah bisa memasak. Bapak adalah orang yang selalu bisa membuat lelucon bahkan dalam panggung perayaan kampung kami. Bapak selalu bersedia memijat ibuku sekalipun ia sendiri sudah sangat kelelahan. Entah bagaimana ia bisa menghidupi kami semua dengan gajinya sebagai guru. Bapakku adalah yatim piatu yang tak pernah mau menerima kasihan dari orang. Ia kerjakan semua sendirian. Bapakku mengajariku tentang apa yang telah hidup ajarkan padanya. Saat aku hendak pergi merantau, pertama kalinya baginya untuk melepaskan satu orang anaknya pergi. Ia mencium keningku amat lama. Saat aku patah hati, ia menyuruh ibuku meneleponku setiap dua jam hanya untuk menanyai kabarku. Aku tahu ada bapakku sedang menyimak pembicaraan kami. Mungkin ia adalah orang paling bahagia di dunia saat melihatku menikah nanti.

Aku ingin bapak.

Aku merindukan bapakku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar