Kamis, 27 Juni 2013

Tidak Menjadi Diri Sendiri

Pagi ini saya mengerti kenapa banyak motivator bermunculan dan profesi itu jadi sebuah hal yang menghasilkan uang tidak sedikit. Sementara kenyataannya,setiap kita adalah motivator. Kita dilahirkan untuk itu. 

Saya tahu kenapa. Saya mengerti kenapa mereka laris,dan banyak orang mendatanginya. Karena meski setiap kita adalah motivator, tapi tidak setiap kita bisa dengan berani menjadi diri sendiri. 

Diri sendiri itu buat saya,adalah hal sederhana. Sebuah jiwa diciptakan,lalu diberi petunjuk saat itu olehNya,di alam yang hanya diketahui olehNya,dan bahwa jiwa itu punya tugas masing-masing yang ia emban,yaitu menjadi jiwa itu sendiri di bumi. Jiwa itu setuju,menandatangani perjanjian dan meluncurlah ia ke sesosok raga. 

Begitu lahir,membesar di lingkungan manusia lain,ia lupa dengan perjanjiannya. Beberapa dari kita mampu mengingat pasal per pasal dalam perjanjian, beberapa ingat sepatah dua patah, sebagian besar justru lupa apa isinya. 

Waktu begitu saja berlalu dan pasal perjanjian lupa seluruhnya. Kehidupan makin terasa sulit,karena saat kita lupa apa isi perjanjian keunikan kita, saat itu juga kita sudah kehilangan diri sendiri. Dan apa yang lebih sulit daripada tidak jadi diri sendiri kemudian harus mengarungi bumi dalam sekian tahun yang berputar cepat?

Menjadi diri sendiri butuh lingkungan yang sangat mendukung. Sebuah jiwa adalah entitas keunikan mewakili kebesaranNya. Ia yang tidak bisa menjadi diri sendiri dan mencontek arus jiwa lain mungkin bisa disebut tidak meyakini Kebesaran ciptaanNya.

Menjadi diri sendiri seperti meyakini kata hatinya,kemana hatinya nyaman saat harus dipertemukan dengan akal,memandang dunia dengan level kelegaan yang hanya bisa dirasakan dengan menjadi diri sendiri,dan untuk menempuh itu semua,adalah perjalanan yang panjang. Mungkin itu kenapa,jiwa ditiupkan dalam raga,lalu ia diberi waktu oleh Tuhan untuk menempuh "ke-diri sendiri-an-nya" itu sekian tahun lalu ia dipanggil kembali dan ditanya, seberapa panjang proses yang ia tempuh untuk jadi diri sendiri. Dan bagaimana hasilnya.

Ia yang tak jadi diri sendiri,adalah melukai Tuhan meski Ia takkan pernah bisa dilukai ciptaanNya. Makhluk kurang ajar tak tahu adat itu telah mencoreng Tuhan dengan tidak percaya pada diri sendiri dan lebih memilih menjadi pengikut arus manusia lain. Ia bisa disebut durhaka hanya dengan tidak menjadi diri sendiri selama puluhan tahun ia diberi kehidupan.

Ia,tak boleh menyalahkan orang tuanya,lingkungannya,dan bagaimana ia dibesarkan. Saat baligh,ia sudah memiliki kewenangan untuk belajar menjadi dirinya sendiri,hingga waktunya habis.

Menjadi diri sendiri adalah sebuah tanggung jawab terbesar saat manusia datang ke bumi. Melebihi tanggung jawab untuk membesarkan keturunannya, berbakti pada orang tuanya dan menjadi orang baik. Menjadi diri sendiri adalah kewajiban utama yang turunannya adalah berupa kewajiban lain. Saat ia bisa menjadi diri sendiri, secara otomatis ia akan mampu memenuhi kewajiban turunan itu. 

Tidak banyak yang berani menjadi diri sendiri. Sesulit itulah menjadi diri sendiri. Sesulit itulah mengingat kembali apa yang hati pernah sampaikan pada Tuhan saat sebelum dihembuskan dalam raga. Sesulit itulah menemukan keunikan hadiah dari Tuhan dan dengan berani menyampaikannya kepada ibumu,bapakmu,keluargamu,dan dunia. 

Sesulit itulah perjalanan menjadi diri sendiri.

Maka karena itulah, aku juga belum menjadi diriku sendiri.

Maafkan aku Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar