Selasa, 04 Februari 2014

Indah

Batuk dan radang tenggorokan melumpuhkanku. Banjir menggenangi Jakarta lagi. Pengungsi berkejaran menunggu bantuan. Sinabung sedang kemelut. Menyusul Kelud yang merenggut damai. Hari ini negara ini sedang berduka. Bencana yang kurasa dilahirkan dari manusia. Banjir kurasa satu-satunya bencana yang terjadi karena manusia ingin. Perumahan dan gedung pencakar dibangun,memang untuk menantang alam. Sampah bertumpukan dengan mayat manusia yang dihanyutkan di sungai. Air tidak bisa bernafas. Lalu ia meluap. Manusia menantang bumi,dan bumi memberi jawaban.
Minggu lalu aku nyaris tidak bisa mencapai kantorku di Slipi karena banjir yang nyatanya sudah menggenangi pusat kota. Jalan protokol Kuningan sudah tergenang. Entah berapa lama lagi kota ini akan jadi laut. Mungkin benar pada 2045 kota ini sudah jadi pantai.
Hidup semakin lucu saja. Aku lebih memilih menjadikannya kelucuan saat aku rasa banyak orang dibuat sakit karena menganggap hidup ini terlalu serius.
Seriously, apa yang menjadikanmu berpikir hidup itu hanya begini begini saja?
Look. Ada burung peliharaan disamping kamar kosku. Aku hafal nyanyiannya tiap beberapa menit. Pada suatu dini hari,aku terbangun. Lalu aku mendengar suara adzan subuh dari masjid. Semenit kemudian,aku dengar burung itu bernyanyi.
Malam lain,aku terbangun beberapa jam sebelum subuh. Aku menunggu subuh sembari menonton tv. Tidak ada suara lain selain tv,ac dan nafasku sendiri. Lalu saat subuh berkumandang,burung itu mulai bernyanyi persis dengan nada yang sama.
Aku melihat hidup ini unik sekali. Kita hanya harus berjalan,melihat pemandangan,tersenyum,memberi arti dan mati.
Hidup ini indah,jika kita tau apa artinya indah.
;-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar