Rabu, 08 Februari 2012

Biography of Bliss, Petualangan Pencari Bahagia

Abis khatam baca buku bagus nih (menurut aku sih) judulnya Biography of Bliss tulisannya Eric Weisner. Jangan cemas, jangan gundah, buku tebel ini udah diterjemahin ke bahasa lidah kita kok, jadi cuma judulnya aja yang terkesan "WOW" tapi isinya jauh dari berat dan beneran Inspiring. Eric menulis tentang perjalanan dia mencari makna bahagia di dunia.  Uniknya, dia jalan ke beberapa negara-negara di dunia. Kalau Asia Tenggara sih diwakilin sama Thailand. Nah, Eric yang berprofesi sebagai wartawan ini singgah beberapa minggu di tiap negara semisal Swiss, Islandia, India bahkan Moldova. Keputusan dia untuk mengunjungi negara tersebut bukan acak, tapi berdasar pada sebuah database kebahagiaan yang dibuat oleh seorang professor psikologi di Belanda. Keren kan? You know what, negara paling bahagia itu adalah Swiss sementara yang paling enggak bahagia adalah Moldova. Sementara negara terkaya yaitu di Arab Saudi dengan penduduknya yang mandi uang adalah pembeli kebahagiaan tertinggi.
Selain nambah wawasan tentang standar kebahagiaan di tiap negara-negara jauh yang mungkin aku sendiri belum tentu sampai kesana, buku ini juga mendorong kita buat berimajinasi loh. Misalnya karena membaca petualangan Eric yang seru banget di negara-negara asing, bisa bikin kita ikut ngebayangin dan jadi pengen ngumpulin tabungan buat kesana.
Perjalanan Eric ternyata juga representasi dari kondisi emosional dia yang, di India, ia akui tidak bahagia. Ia sendiri bingung dengan kerumitan dirinya mencari kebahagiaan, hingga terdampar di banyak negara hanya untuk merenungi hidupnya.
Di Dubai ia tinggal di sebuah hotel mewah dan membeli sebuah pulpen dengan harga fantastis hanya untuk mencoba seberapa bahagia ia dengan hal-hal itu. Dan beberapa hari kemudian, ia sadar bahwa pulpen dan kamar mewah tidak membuatnya merasa menjadi manusia, dan memutuskan untuk berpindah ke sebuah motel dan kehilangan pulpennya. Ia belajar membedakan rasa senang berkelanjutan dengan bahagia alami yang tahan jauh lebih lama.
Pada akhir perjalanannya, ia banyak belajar dengan definisi bahagia. Dan ia memutuskan buat melepas hatinya. Maksudnya apa? Baca sendiri aja yah biar "meresap". 
Andai si Weisner ini pergi ke Indonesia, kemungkinan besar ia akan menemukan standar bahagia yang lebih kompleks mengingat kondisi kesukuan disini amat kuat. Bagaimana dengan suku Jawa seperti aku? Hahaha, aku bahagia karena................


kalau kamu?


PS:
Anyway, kamu boleh baca buku ini untuk referensi kebahagiaan kamu sendiri, atau kamu boleh banget mencarinya sendiri dalam rimba hati kamu...petualangan itu seru :)

Just go...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar