Jumat, 27 Januari 2012

Dimulai dari Sini

Oke, postingan berikut mungkin tidak terdengar menyenangkan, tapi mungkin sedikit mencerahkan (utamanya buat saya dong). Bermula dari beberapa hari yang lalu, waktu ibu dan bapak berkunjung ke Jakarta. Selama dua hari satu malam mereka disini, poin utama yang dikeluhkan adalah panasnya kamar saya, dimana saya sendiri telah terbiasa dengan suhu kamar tersebut (yang memang sedikit lebih tinggi daripada suhu rumah di Jogja). Saya sudah merasakan hawa yang tidak nyaman merayap di punggung. Saat mereka pulang, saya merasa pusing dan leher saya kaku. Saya berpikir itu adalah penyakit biasa, yang cukup efektif diobati dengan Panadol. Tapi tidak,dua hari kemudian, badan saya makin menghangat dan kepala memberat. Pandangan saya agak sedikit bergoyang tingting. Dan menyerahlah saya ke rumah sakit. Intinya setelah berjibaku dengan obat dan tes kesehatan, badan saya disimpulkan mengandung bakteri coli yang cukup tinggi yang memungkinkan mereka membuat saya merasa sakit. Bakteri tersebut berkembang lebih cepat karena stress, kelelahan dan atau kehidupan yang tidak sehat.
Hari ini adalah hari ketiga saya tidak bekerja. Semua rencana perjalanan dibatalkan, tiket tidak bisa diuangkan kembali dan beberapa hal yang seharusnya saya kerjakan di kantor menjadi tertunda.
Dan hari ini juga saya merenungkan beberapa hal yang menyebabkan ini terjadi setelah sekian lama saya jarang sakit meski diluar kota dan lebih banyak aktivitas daripada di Jakarta.
Yaitu :
1. Saya tidak tahan suhu udara yang tinggi. Hal ini dapat dengan mudah membuat saya sakit kepala dan bermata cekung karena sulit tidur dimalam hari. Dalam hal ini adalah suhu Jakarta yang menyengat dan tidak stabil, dan suhu kamar saya yang hampir menyamai suhu diluar sana. Saya mempertimbangkan untuk memasang AC didalam kamar saya , kemudian mengurungkannya mengingat bahwa saya sering keluar kota. Sayang sekali membayar mahal untuk kamar yang tidak digunakan. Penyelesaian dari masalah ini adalah mencari pekerjaan yang memungkinkan saya untuk bisa tinggal lebih lama didalam kamar dingin dan atau memilih pekerjaan bergaji lebih besar yang membuat saya tidak sayang meninggalkan kamar berharga lumayan.
2. Saya tidak tahan dengan lingkungan pekerjaan saya. Itu adalah pemicu stress dan mata cekung yang saya miliki. Sulit untuk menjelaskan bagaimana kedua hal tersebut diatas bisa amat mempengaruhi fisik dan psikologi seseorang. Bagi orang lain, hal tersebut adalah kemanjaan yang harus dihapus dari muka bumi, bagi saya itu adalah kenyataan. Bagaimana mengatakan bahwa saya mengaku salah atas desain masa depan yang saya bangun sejak lulus dari universitas. Kemudian saya berada-demi Tuhan,itu adalah ujian sekaligus berkah- dibawah kekuasaan "Hitler" yang tidak masuk akal, bersama timnya yang juga membuat saya merasa tertekan karena perilaku yang tidak bisa dipahami oleh otak kanan kiri saya. Bagaimana Hitler jadi-jadian itu memandang secara personal, kami bagian dari tim-nya, secara buruk. Mengira bahwa setiap penyakit yang menimpa kami adalah karena kecerobohan kami atas makanan tertentu. Mengira bahwa setiap kecelakaan yang menimpa kami adalah karena kami minta. Dan itu diperparah oleh banyak orang yang tidak tahu dan ikut campur diantara kami dan sang Hitler. Saya tidak menyukainya. Penyelesaian dari masalah ini adalah saya keluar dari pekerjaan ini dengan seminim mungkin kerugian yang ditanggung kedua belah pihak.
3. Saya tidak tahan dengan Jakarta, tapi hanya bagian tertentu saja. Yakni bagian macet, berdebu, polusi, panas dan kusam. Sayang sekali, bagian itu punya persentase 99 persen. Yang satu persen sisanya ada didalam gedung mewah, apartemen, mall dan pertokoan berpenyejuk udara.
4. Saat sedang sakit, saya sungguh menjadi asosial. Saya ingin dilayani, diperhatikan, diingatkan, dipeluk, ditemani,dan dirawat. Di Jakarta, itu adalah hal yang mustahil. Maka satu-satunya hal yang mungkin dilakukan disini adalah menjadi asosial. Saya tidak ingin menyapa siapapun. Saya hanya ingin bertemu dengan saya dan badan saya. Bertanya padanya mengapa ia sakit dan apa yang ia kehendaki. Semalam saya nyaris pingsan gara-gara mondar mandir ke sebuah toko buah demi membeli jeruk dan sekaligus nasi goreng, dimana kemudian saya ingat saya sudah meminum tiga pil antibiotik yang dua diantaranya menyebabkan perasaan melayang dan keringat dingin. Saya nyaris mengikuti kehendak tubuh saya untuk memingsankan diri, tetapi kemudian ingat akan asosialitas Jakarta yang bisa membuat saya terbaring entah dimana dengan tanpa apapun ditangan dan tak dikenali.
5. Apa yang saya sukai dari keadaan ini adalah saya bisa tidur kapanpun saya mau dan tidak ingin melakukan apapun meski  ini sebenarnya adalah akumulasi dari hal hal yang harus saya lakukan dikemudian hari.

Oke ini dulu... ^__________^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar