Kamis, 15 November 2012

Journey #1

Pernah ga kamu berharap besok pagi kamu ada di negeri di awan, atau sedang di pantai atau mungkin bersama Tuhan?
Hari ini aku berharap amat banyak pada bayangan tadi. Aku mencerna apa kesalahanku di masa lalu yang bisa membuat nasib amat marah dan memasukkan aku dalam situasi yang cukup membuat nyaliku menciut.
Saat aku punya impian tentang sebuah kestabilan,Tuhan menjawab lain dengan mengirimku pekerjaan yang seakan aku berpikir semua akan baik pada akhirnya. Bahwa aku akan mampu mengelola rencana pernikahanku, rencanaku memiliki keluarga dan sebuah hunian. Kemudian melanjutkan kuliahku. Lalu hanya dalam hitungan 24 jam,impianku kandas begitu rupa. Aku tidak mengerti mengapa saat sang ekspat itu menyuruhku untuk tidak berlama-lama disini,justru teman berkebangsaanku yang sama meyakinkannya bahwa aku bisa bertahan diluar kota selama 3 bulan. Lalu pergilah aku ke kota ini. Tanpa jaminan apapun. Tanpa penjemput. Tanpa orang yang kukenal, tanpa tujuan yang jelas. Setibanya aku disini, aku bertemu dengan orang-orang yang penuh komplain pada perusahaanku di Ibukota. Aku baru berusia 2 hari dan mereka memarahiku untuk hal yang aku tak lakukan. Aku bahkan masih mempelajari topologi dimana orang Jakarta enggan memberikannya padaku dengan banyak alasan. Aku berkeliling site,aku tidak melakukan sholat Ashar dan Magrib. Aku juga tidak yakin masih ada orang melakukan ibadah didalam proyek ini. Kemudian pada tengah malam dimana aku tidak memiliki akomodasi satupun, aku terpaksa menginap disebuah kamar kos yang amat sempit,tanpa jendela terbuka,tanpa kipas,tanpa AC,kamar mandi bercampur dengan para lelaki penghuni lain. Aku benar-benar tidak mengerti tentang janji yang diucapkan mereka disana untuk setidaknya membantuku tidur sedikit nyaman disini selama 3 bulan. Daerah ini bahkan penuh lelaki yang nongkrong ditepian gang tiap malam. Aku tidak mengerti. Tolong katakan aku cengeng,tetapi aku benar-benar menantang mereka untuk menjalani yang kujalani. Dan hari ini aku sudah berpikir ulang untuk terus bekerja sama dengan mereka. Meski mereka adalah teman baik pacarku,aku tidak peduli. Aku tidak pernah membuka konflik,aku melakukan apa yang menjadi tugasku dan aku tidak menyukai janji kosong. Demi apa? Demi warga negara lain engkau rela mengorbankan kawanmu sendiri?
Powered by Telkomsel BlackBerry®

1 komentar:

  1. apa sech yang mau dicari oleh penulis di dalam dunia ini sebagai seorang wanita?

    BalasHapus