Jumat, 23 November 2012

Letter for My Love

Dear Cinta,

Ada banyak malam dimana kita berpikir sendiri-sendiri, betul-betul sendiri karena jarak yang memang nyata. Ada banyak malam dimana kita tak pernah sendiri karena meski jarak memang nyata, ia juga menyublim menjadi udara yang terbiasa kita hirup. Ada juga banyak malam dimana cuma ada kamu dan aku, bukan kita. Aku tahu kamu sedang mengkhawatirkan apa yang menjadi masa depan kita nanti. Aku tahu kamu tahu kita sama-sama berdarah untuk mengupayakan apapun demi kata kita. Tahukah kamu bahwa aku menantimu sebesar kamu menantiku, aku mengupayakanmu sebesar kamu berusaha bagiku, aku bersujud memohon kemurahanNya untuk menyatukan kita, dan memohonNya menjadi saksi atas persatuan kita.

Aku tidak tahu kapankah waktu itu akan tiba, saat kita menyebut kata Mei. Aku juga tidak tahu apakah Mei itu kelak akan tercipta untuk kita. Aku hanya meyakini bahwa kita sedang melangkah meski tak pernah tahu hasilnya seberapa besarpun upayaku untuk ingin tahu.

Kamu tahu, aku berdoa bagimu jauh disana,saat kamu sendirian dan aku juga menyesap rasa yang sama, menyimpan ragu yang tak berani kita saling ucapkan karena air mata akan menetes seperti sekarang, apakah kelak kita akan saling berpelukan pada sebuah malam yang meski kelam, akan terlihat setitik bintang yang muncul karena kita bersama. Aku berdoa demi apapun bahwa aku hanya ingin bersamamu, ada atau tidak adanya bintang, meski langit dan hujan terlalu kejam bagi payung yang sedang kita kembangkan.

Kamu tahu, aku menahan isak untuk tidak terus menerus bermohon saat melihat bulan penuh sempurna bahwa aku ingin bersamamu. Bahwa aku tak peduli apakah engkau dan aku tak memiliki sekeping uang logam pun untuk kita saling meminang.

Kamu tahukah, aku tidak pernah peduli meski terdengar peduli, bahwa aku hanya menginginkan rasa legamu untuk menghadapi apa yang terburuk dari semua usaha yang telah coba kita tulis.

Cinta, kamu tahukah, aku menyayangimu sembari mencoba menutupi hatiku yang kosong karena kamu perlahan memudar tiap malam ketika bunyi klik terdengar disana saat kau menutup teleponmu.

Tahukan kau sayang, aku tak peduli pada masa depan ketika disana tak ada kamu.

Ada banyak kata yang tak bisa lahir karena mataku terlalu kelam oleh air mataku yang tak ingin berhenti.

Aku hanya mampu mengakhiri surat ini dengan ikrar bahwa aku mencintaimu disetiap celah bumi yang mencoba menelan kita.

Sayang kamu,

iLma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar