Selasa, 06 Maret 2012

The Biggest Wish

Today I sat in a small toilet room during my work hours,and whispered my pray,my only pray,while my tears down. I whispered so softly,from the bottom of my heart. Aku ingin bisa mengundurkan diri. Dalam 26 tahun usiaku,dan sepanjang yang aku ingat saat aku mulai mengerti cara berharap, inilah harapan terbesarku. Mungkin terdengar gila, tapi aku tidak pernah berharap sebesar ini. Saat aku lulus SD , saat murid lain berharap diterima di SMP Negeri, aku tidak berharap apapun. Saat banyak anak berdoa lolos UMPTN,aku juga tidak berharap. Seakan aku tidak pernah meminta dan diberi begitu saja,tapi sebenarnya doaku berisi harapan penjagaan pada keluargaku dariNya. Itu saja. Hari ini,siang ini,aku berharap untuk pertama kalinya demi diriku sendiri, agar aku mampu mengeluarkan diriku dari tempat ini. Kata sabar adalah hal pertama yang aku kuasai,dan hari ini telah habis terbakar. Aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Aku harus pergi. Aku harus berpikir tentang hidupku,kelainan di mataku, hingga bagaimana cita citaku. Aku tidak tahu bagaimana orang lain mendukungku, meski sejauh ini aku selalu mendukung mereka. Harapan terbesar ada pada Tuhan, aku membutuhkan Ia untuk menuntunku. Tuhan,kuatkan aku untuk mengirimkan surat pengunduran diri. Tuhan,ijinkanlah aku menguatkan diriku sendiri.

Surat keinginan yang terdengar bodoh,tapi aku memang begitu.
---
Kotabaru. Maret 2012
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar