Selasa, 20 Maret 2012

Ollie dan Jalan

Matahari berjibaku dengan senja,dan cahaya sore itu semuram kekalahan matahari bagi Ollie. Ia sedang sibuk menatap kerikil jalanan Toraja saat sebuah mobil nyaris menyerempetnya bersamaan dengan supir yang memaki keras. Ia lelah, perjalanannya cukup panjang setahun terakhir ini. Berpindah kota tiap tiga hari bukan hal mudah baginya,dan bersama para adam yang seakan meremehkan apapun yang melekat pada Ollie. Salsabeela berarti keindahan,nama panjang Ollie. Senja ini,ia merasa telah mengecewakan sang pemberi nama,sang mama.
Ollie adalah salah satu teknisi telekomunikasi di sebuah vendor Cina. Ia adalah satu-satunya wanita di divisinya. Keresahannya menyangkut hatinya yang kian menjadi berat sejak menjalani pekerjaan ini. Berat,dan melelahkan. Ia terus bersama orang-orang yang tak bisa memahami kewanitaannya. Ia takkan ada disini jika tak selalu ingat pesan almarhum mamanya untuk menjalani pilihannya dengan ikhlas. Lagipula, apa yang ia hasilkan adalah demi adiknya yang ia biayai sekolahnya. Ia harus maju,memperkeras hati,dan tidak peduli pandangan orang lain.
"Kak Ollie,kapan pulang". Pesan singkat membuyarkan lamunannya. Dari adiknya,Andi. Ia tak pernah bisa pulang,pekerjaannya mengharuskannya untuk terus bergerak membangun jaringan telekomunikasi di pelosok negeri.
Apakah yang sedang ia cari,renungnya.
Ia melupakan mimpinya menjadi jurnalis,penulis,relawan anak,dan usaha dagangnya sendiri. Kulitnya hitam terbakar matahari,ia disepelekan para pria,dan ia jauh dari satu-satunya keluarganya,Andi.
Seperti hari-hari sebelumnya,ia menutup malam dengan memandang langit kelam bersulam bintang. Ia bercakap pada ayah dan mama diatas sana,mendengarkan bisik mereka untuk tetap menjadi Ollie yang mencintai kehidupan.
Bulan berlalu,tahun hampir berganti lagi. Ollie sedang terapung diatas perahu di alur sungai Barito. Kebetulan ia sedang ditugaskan di Banjarmasin. Subuh itu ia hendak menikmati pasar apung Barito yang tersohor itu.
Pukul lima pagi pasar apung telah ramai. Dipenuhi para pedagang yang saling menjajakan sayuran. Ollie menatap pada sesosok ibu setengah baya sedang menimbang terong dagangannya. Seorang pembeli dikapal depan sedang menawarnya. Sigap dan penuh senyum. Tiba-tiba kapal ibu tadi terguncang keras,ada pemuda berkapal yang menabraknya. Tanpa ekspresi meminta maaf,pemuda tadi berlalu sambil mengatakan sesuatu yang tak Ollie mengerti. Yang pasti,wajah ibu tadi murung.
Pikiran Ollie terusik. Seperti ada gravitasi yang menariknya mendekati ibu penjual terong tadi dengan perahunya.
"Ibu",panggil Ollie
"Iya nak,mau belanja?",sapa Ibu tadi ramah,tak ada tanda gundah seperti lima menit lalu.
"Jual terong aja bu?"
"Oh kadak,Ibu jual makanan pagi",jawab Ibu itu dalam logat Kalimantan yang kental,sembari mengangsurkan kue-kue ketan khas Banjarmasin pada Ollie.
Ollie tersenyum,ia memang lapar dan segera mengambil kue tadi,dengan masih diatas perahunya sendiri.
"Ibu jualan ini sudah lama?",tanya Ollie dengan pertanyaan khas jurnalisnya.
Pelan seperti aliran Barito yang tenang,Ibu penjual terong tadi berkisah. Konsentrasi Ollie penuh mendengar kisah Ibu yang bernama Jani itu.
"Ibu punya mimpi nak, nanti uang jual terong ini untuk ketemu Allah di Mekkah sana,naik haji",ujar bu Jani sambil tersenyum.
"Nak Ollie harus punya mimpi,apalagi masih muda."
"Iya bu,saya punya mimpi buat menulis,berbagi",sambut Ollie sembari menunduk,sedih.
"Nah itu bagus cita-citanya. Jangan sedih lagi,nak Ollie harus kuat karena sekarang nak Ollie harus jadi panutan buat adik,buat mama papa bahagia disana",telunjuk bu Jani mengacung ke langit.
"Nak Ollie sekarang berpikir,hendak kemana,mau kemana..supaya hidup tidak sia-sia. Tidak apa diremehkan orang lain,mungkin karena diri kita mengizinkan mereka buat itu. Tapi kita harus bangun terus,dan jangan sedih lama-lama", ujar bu Jani memegang tangan Ollie.
"Iya bu Jani,makasih banyak yah bu buat nasehatnya.Saya belajar tahu akan kemana saya", Ollie mencium tangan bu Jani.
Matahari meninggi,bu Jani hendak melanjutkan berjualan,sementara Ollie berjanji untuk melanjutkan hidupnya dengan lebih baik.

Kenangan Barito masih melekat,dari alur sungai itu Ollie banyak belajar dalam Ollie  yang sekarang.

Seperti diingatkan atas tugasnya sebagai manusia dengan keunikannya sendiri. Ollie kini sedang mengumpulkan modal untuk membuka butiknya. Ia kini memakai hijab demi melindungi kehormatan dirinya. Ia masih seorang teknisi, hanya saja, tanpa mata yang resah yang diganti dengan mata berbinar dan senyum yang cerah. Ia belajar untuk hidup. Ia masih menatap langit malam, tapi kali ini ia selalu menutup malamnya dengan senyum terima kasih untuk apa yang telah ia lalui.
Salah satu yang amat ingin ia kenakan pada wisuda Andi adalah...Ia bisa membayangkan dirinya dalam balutan baju rancangannya sendiri. Dalam baju yang menyatakan ketegaran,keberanian dan senyuman pada kehidupan.
Welcome Salsabeela...
Inilah Ollie kelak dalam balutan kreasinya sendiri yang diangankan dalam butiknya yang bernama salsabeela shop  dalam Rose Hijab in Blue






Tidak ada komentar:

Posting Komentar