Senin, 01 Juli 2013

Sabar

Orang yang terbiasa berinteraksi dengan fasilitas publik dan pelayanan publik,pasti pernah dengar kata satu itu "Sabar". Diucap secara literal,atau dengan perumpamaan,kata tadi memang harus diserap oleh sebagian besar orang yang bersedia memakai jasa pelayanan publik seperti di Jakarta.

Misalnya saat menumpang Busway. Busway punya banyak sekali armada. Meski kadang ia datang tidak tepat waktu,hal itu bukan murni kesalahan mereka,karena memang banyak pemakai jalan raya terutama mobil yang kurang cerdas. Mereka yang bermobil masih saja memakai lajur busway dan menjadi biang macet. Apalagi ketika mobil hanya ditumpangi satu orang dan berukuran besar. Nah,kembali ke busway. Busway biasanya berdesakan. Sangat identik dengan lelah,bau keringat meski AC busway disetel maksimal,lalu berhimpitan. Kenapa bisa begitu? Karena orang tidak sabar. Beberapa hari lalu aku coba memaknai sabar ini saat menunggu busway datang. Aku menyambangi halte pada pukul setengah tujuh pagi di hari kerja. Di jalan raya,macet seperti biasa. Halte masih sepi,hanya terlihat beberapa orang penumpang. Lalu armada busway pertama datang. Sangat penuh dan calon penumpang disebelahku memaksa masuk. Jadilah ia berhimpitan. Aku diam dan tidak terjebak dengan keadaan. Busway kedua datang, masih saja penuh. Ia kuabaikan. Busway ketiga sama penuhnya,dan aku masih mengabaikan. Jam menunjukkan pukul 7. Lalu busway ke-empat datang,masih sama penuhnya,aku masih tidak tertarik menumpang.Dan ternyata,pas dibelakang busway ke-empat tadi,ada sebuah busway yang hanya berisi 10 orang dengan banyak tempat duduk kosong. Buru-buru aku menaikinya. Dan aku duduk santai didalam busway yang membelah kemacetan panjang,tidak berhimpitan,dingin,murah dan bisa melanjutkan tidur. Aku mempraktekkan strategi yang mungkin tidak banyak dipikirkan orang Jakarta saat ini. Voila..sabar menunggu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar